Muslimahdaily - Australia-Indonesia Institute (AII) bekerjasama dengan Universitas Paramadina mengadakan program tahunan Pertukaran Tokoh Muslim Muda antara Indonesia dan Australia. Program ini adalah kunjungan berdurasi dua minggu ke Australia, dimana para tokoh muslim yang aktif di berbagai komunitas ke-islaman dan sosial budaya, dapat mempelajari perbedaan pada masing-masing negara.

"AIMEP itu program pertukaran antara komunitas muslim indonesia dan autralia, sudah berjalan hampir 18 tahun, program ini tujuannya untuk membangun pengetahuan dan persaudaraan antara komunitas muslim indonesia dan australia, dan juga komunitas penduduk australia dan indonesia secara umumya. Tokoh-tokoh muda australia dan indonesia mereka datang ke Negara tetangganya dan mengunjungi berbagai organisasi, apakah itu organisasi islam atau organisasi agama lainnya dan juga tokoh-tokoh penting seperti pemerintah dan seterusnya." Ungkap Rowan Gould selaku Program Director AIMEP 2019.

Peserta program AIMEP tahun ini adalah Emil Radhiansyah, Feri Firmansyah, Irfan Sarhindi, Marini Sayuti dan Ni Putu Desinthya. Mereka terpilih dari berbagai daerah di Seluruh Indonesia. Emil adalah seorang Dosen di salah satu universitas swasta di Indonesia, yang berasal dari Palembang. Feri aktif sebagai salah satu anggota Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Surakarta, Irfan Sarhindi yang merupakan Penulis, sekaligus penggiat pendidikan Islam di Cianjur, Jawa Barat, Marini bekerja sebagai Jurnalis Televisi dan Dita yang merupakan lulusan Durham University London, Inggris.

Menurut Feri, selama berada di Australia, ia mendapatkan banyak pengalaman luar biasa tentang kehidupan beragama masyarakah Australia. "Saya mendapatkan berbagai pengalaman terutama berkaitan dengan kehidupan di Australia yang multi culture, dimana kita bisa hidup berdampingan side by side antara kaum muslim dan non muslim, sehingga sangat terlihat friendly, jadi orang Australia disini terutama orang asli sini dengan orang pendatang sangat kuat ikatan persaudaraannya sehingga merasa di rumah sendiri." tuturnya.

Program AIMEP sendiri berlangsung sejak tanggal 31 Maret hingga 14 April 2019. Selama dua minggu berturut-turut, para peserta mendapatkan kesempatan bertemu dengan berbagai komunitas dan institusi pemerintahan Australia. Kunjungan di fokus kan pada tiga kota besar, yaitu Melbourne, Canberra dan Sydney.

"Agak susah sih milih mana pengalaman yang paling berkesan karena setiap pertemuan menawarkan pengalaman yang berbeda luar biasa dan baru, tapi yang paling menarik adalah pertemuan dengan gubernur, karena itu pertama kalinya suasanya berbeda, bertemu dengan bagian dari kerjaan inggris, walaupun pertemuan lain juga luar biasa inspiratif." kata Irfan yang mengaku telah mencoba sebanyak tiga kali program AIMEP ini, namun pada kesempatan ketiga baru dirinya dinyatakan lolos sebagai peserta.

Rowan juga menambahkan, bahwa tiap tahun peserta yang dipilih bergantung pada kebutuhan panitia. Bisa jadi, karakter yang diinginkan tahun ini berbeda dengan tahun sebelumnya maupun yang akan datang.

"Untuk yang ingin mendaftar kadang-kadang karena jumlah yg mendaftar cukup banyak jadi kadang-kadang harus menunggu beberapa ronde untuk terpilih, tapi jangan putus asa, setiap tahun mungkin diubah sedikit karena mungkin yang dilihat dan dicari panitia pada saat itu berbeda, karena komposisi panitia sedikit berbeda tiap tahun." ujarnya.

Diharapkan, setelah mengikuti program AIMEP ini para peserta dapat meningkatkan saling pengertian, kerjasama, dan toleransi antara Australia dan Indoneisa, membangun persaudaraan antara masyarakat Muslim di Australia dan Indonesia, serta meningkatkan kesadaran tentang kemajemukan dan dialog antar agama di Australia dan Indonesia.