Muslimahdaily - Adalah Craig Considine, pria yang berprofesi sebagai sosiologis ini banyak mendalami ilmu tentang Kristiani, Islam dan etnis lainnya.

Baginya, berjumpa dan berbaur dengan komunitas Muslim adalah hal yang biasa dilakukan sehari – hari. Jadi, apabila ada orang yang masih mengkritik dan mengutuk suatu agama, ia menyebutnya sebagai “benturan peradaban”.

Alih – alih memusuhi orang lain yang berbeda agama, Craig menjelaskan bahwa ia yakin Yesus menawarkan kedamaian kepada orang – orang yang dianggap sebagai “musuh”.

Oleh karena itu, ia memutuskan untuk ikut berpartisipasi dalam bulan Ramadhan dengan ikut berpuasa dan berbuka bersama umat Muslim lain.

Craig kerap berbuka puasa Ramadhan di Clear Lake Islamic Center dan Muslim American Society di Seabrook, Texas. Pertemuan ini dilakukannya agar bisa berdiskusi dan berbincang tentang banyak hal. Termasuk integrasi sosial umat Islam, Nabi Muhammad, dan implementasi akhlak Rasul di masyarakat saat ini.

Hal ini membuat Craig dan beberapa warga non – Muslim menjadi lebih memahami dan belajar lebih banyak tentang Islam.

Yesus Juga Berpuasa

Menurut Craig berpuasa juga menjadi tradisi Kristen. Hal ini terdapat pada beberapa surat dalam kitab Injil seperti Matius 4: 1-11; Markus 1: 12-12; Lukas 4: 1-4.

Tujuan utama Yesus berpuasa sangat sederhana, yaitu untuk mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Baginya berpuasa selama bulan Ramadhan sangat menyenangkan, di mana ia bisa membangun solidaritas dan jembatan sosial dengan umat Islam.

Ia berpuasa Ramadhan justru bukan karena seorang Muslim, tetapi adalah umat Kristiani yang peduli terhadap sesamanya.

“Puasa saya lebih dari sekadar isyarat persahabatan sederhana untuk membangun jembatan pengertian antara Muslim dan Kristen,” ucap Craig Considine.

“Puasa saya adalah tentang semangat Ramadhan dan bagaimana selama bulan ini membawa saya dan orang lain lebih dekat dengan Tuhan Yang Mahakuasa. Saya mengamati Ramadhan bukan karena saya seorang Muslim, tetapi karena saya adalah seorang Kristen dan peduli terhadap sesama.” jelasnya.

Mari kita jadikan momentum Ramadhan sebagai waktu memperbaiki diri yang lebih baik dari hari kemarin tanpa memandang perbedaan agama atau suku bangsa seperti prinsip Craig Considine yang menginspirasi.