Muslimahdaily - Tes Swab Antigen dikenal sebagai salah satu metode pemeriksaan yang dilakukan untuk mendeteksi virus COVID-19 dengan diagnosis pernapasan. Dikutip dari jurnal publikasi American Medical Association ternyata banyak dari masyarakat yang enggan melakukan tes ini dengan pihak medis dan memilih untuk melakukan tes mandiri.
Tes mandiri ini dipilih karena kekhawatiran akan 'rasa sakit' yang ditimbulkan jika dilakukan oleh tenaga medis. Padahal, tes yang dilakukan dengan menggunakan kapas lidi dan diusapkan ke rongga nasofaring untuk mendapatkan lendiri ini akan riskan jika dilakukan sendiri.
Hal ini juga kembali dibahas ketika artis sekaligus penyanyi Bunga Citra Lestari (BCL) melakukan tes swab antigen ini kepada teman-teman yang ingin bertemu dengannya tanpa bantuan tenaga medis. Jelas perlakuan BCL itu mendapatkan kecaman, sebab dalam melakukan tes swab ada pertimbangan yang seharusnya dibantu dengan tenaga ahli.
Pasalnya, jika tidak dilakukan dengan benar maka akan berakibat fatal. Menurut dr. Devia Irine Putri dilansir dari laman Klik Dokter menerangkan bahwa orang yang bukan tenaga kesehatan terlatih tidak diperbolehkan melakukan tes swab mandiri.
"Idealnya tidak boleh, karena pada umumnya orang tidak tahu cara mengambil sampel yang benar seperti apa," ujar dr. Devia.
"Bisa aja asal colok, sampel tidak jelas, sehingga hasil juga tidak akurat," lanjutnya.
Dr. Devia juga menjelaskan bahwa letak sampel berada di rongga hidung dalam. Bagi yang tidak mengerti, pendarahan akan menjadi akibat yang paling fatal akibat menganggap enteng penggunaan swab tersebut.
Bahaya lain yang akan muncul adalah, jika saja yang diperiksa itu seseorang yang sudah positif COVID-19, sebagaimana contoh dalam unggahan video BCL yang tidak mengenakan APD (alat pelindung diri) maka akan membahayakan kedua belah pihak, yang diperiksa dan memeriksa. Yang memeriksa akan rentan tertular karena tidak melakukan prosedur yang benar.
Selain itu, pengetahuan akan anatomi hidung sangat dianjurkan untuk menghindari iritasi yang disebabkan oleh alat swab yang sembarang dicolok ke dalam hidung. Demi menghindari kejadian yang tidak diinginkan dr. Devia pun merekomendasikan kembali kepada masyarakat untuk tetap memilih dokter atau tenaga medis dalam pengambilan sampel.
"Bagi yang tidak mengetahui anatomi hidung, bisa saja alat swab nyangkut dan patah, tetap paling aman ya nakes atau dokter yang mengambil (sampelnya)," pesannya.
Sebaiknya sebelum melakukan tes, masyarakat lebih memperhatikan resiko yang ada sebelum membahayakan diri sendiri dan orang lain.