Muslimahdaily - Rangkaian ibadah Ramadan saat pandemi COVID-19 membawa perubahan di tahun kedua ini. Pasalnya pada Ramadan tahun ini, Ketua Bidang Dakwah dan Ukhuwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Muhammad Cholil Nafis mengatakan, pelaksanaan shalat terawih hingga tiga shift (giliran) diperbolehkan di masjid.

“Ya, tiga shift juga boleh. Terawih kan bisa dilaksanakan dari mulai waktu setelah Isya sampai menjelang subuh, bagi yang mengerti bahwa shalat terawih sama saja seperti shalat malam," tutur KH Cholil, dikutip dari laman Republika, Selasa (30/3).

Wabah corona yang belum kian berhenti serta lonjakan penderita yang terus bertambah setiap harinya. Mengingat Ramadan yang akan tiba dalam beberapa pekan lagi, dipastikan masih berlangsung dalam situasi pandemi. Tentunya, kondisi ini mengharuskan umat Muslim untuk senantiasa menjaga dan mematuhi protokol kesehatan (prokes) guna mencegah penyebaran virus COVID-19.

Bagi masjid atau tempat yang daya tampung jamaahnya terbatas dapat menerapkan shalat terawih secara bergiliran dalam beberapa shift. “Memang sekarang kapasitas terbatas, bisa jadi dua atau tiga shift, yang penting mereka tetap jaga protokol kesehatan,” jelas KH Cholil.

Menurut Cholil dengan adanya program shalat terawih secara bergiliran tersebut akan menghidupkan masjid selama bulan Ramadan. Sementara itu, ia menyebut shaf shalat dapat disesuaikan dengan kondisi yang ada. Bila sudah aman, shaf diperbolehkan untuk rapat.

“Kalau kita sudah aman, harapannya rapat, tapi kalau belum aman disesuaikan. Ikuti protokol kesehatan,” ucap Cholil.

Pendapat yang sama juga dituturkan oleh Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jusuf Kalla (JK). Kepada para pengurus Masjid JK menyarankan untuk menyelenggarakan shalat terawih sebanyak dua kali secara bergilir.

Lantaran, untuk memberikan kesempatan jamaah menjalankan shalat terawih di sekitar masjid dengan tetap mematuhi protokol kesehatan. JK mengatakan, daya tampung masjid menurun sekitar 40 persen dari daya tampung sebelum pandemi dikarenakan adanya ketentuan jaga jarak saat beribadah.

“Untuk itu, kita memberi kesempatan bagi jamaah yang lain untuk melaksanakan ibadah shalat terawih dengan membaginya menjadi dua shift,” ucap JK.

Lain halnya dengan pandangan Ketua Umum Ikatan Dai Indonesia (IKADI), Prof KH Ahmad Satori Ismail. Menurutnya, shalat terawih tidak diperlu dilaksanakan secara bergiliran, bila wabah belum berakhir dan sebagaimana kesepakatan dokter Islam yang mengatakan situasi masih berbahaya.

Ia menambahkan bahwa pembatasan semestinya tidak hanya diberlakukan di masjid saja bahkan harus di tempat umum lainnya seperti pasar dan mall. Segala aktivitas yang berpotensi memicu adanya kerumunan orang seharusnya dilarang.

Satori menyebut, pemerintah terlalu mempermasalahkan masjid sebagai tempat penyebaran virus corona. “Jadi, jangan masjid saja yang dipermasalahkan,” ujarnya

Ia juga menyatakan, bila bulan April sudah tidak musim hujan, masjid ataupun musholla yang memiliki halaman dapat dijadikan tempat pelaksanaan shalat terawih. Dengan begitu, prokes dilakukan dan syiar Dakwah dapat tetap dijalankan. Menurutnya, shalat terawih yang diselenggarakan secara bergiliran akan membuat jamaah banyak yang tidak hadir. Terlebih lagi, jeda waktu buka puasa yang lama menjadikan jamaah malas untuk bergerak.