Muslimahdaily - Pertama kali dalam sejarah, umat islam di New York City menggelar salat tarawih berjamaah di kawasan Times Square pada Sabtu (2/4/22).
SQ selaku penyelanggara acara tersebut mengungkapkan bahwa ia berharap agar masyarakat non-muslim dapat menjadikan salat tarawih berjamaah kali ini sebagai pelajaran terhadap agama islam. Pasalnya, selepas serangan 9/11 silam, warga New York melihat islam sebagai agama yang menonjol dan kerap dijadikan perlawanan dari kelompok masyarakat.
Melansir Middle East Eye (MEE) terdapat 1.200 orang yang mengikuti salat berjamaah di Times Square NYC pada sabtu kemarin. “Times Square membawa orang-orang dari seluruh NYC dan dunia dan itu hanya getaran,” ucap SQ kepada MEE.
“Allah mengilhami saya untuk mengadakan acara dakwah, yang tidak hanya menyatukan umat islam tetai juga mengajarkan kepada non-Muslim apa itu Ramadhan, mengapa kita berpuasa dan pada dasarnya mendidik mereka tentang islam sambil menciptakan acara dakwah yang paling menghibur dan bersejarah yang pernah ada,” lanjutnya.
Diketahui selain mengadakan salat tarawih berjamaah, SQ juga turut menggelar acara buka puasa bersama.
Namun sayangnya, tidak semua warga sekitar memberikan respons positif. Sebagian dari mereka menyuarakan keprihatinan atas digelarnya salat tarawih berjamaah di Times Square yang merupakan tempat paling keras dengan musik keras di mana-mana. Pasalnya, mereka menganggap hal tersebut kurang etis. Tidak seharusnya kata-kata Allah yang paling indah dilantunkan di tempat seperti itu.
“Apakah mereka akan benar-benar membungkam Times Square, yang secara harfiah merupakan tempat paling keras dengan musik keras di mana-mana, sementara mereka melafalkan kata-kata Allah yang paling indah? Semoga berhasil,” ucap salah satu warga New York, Farah Zaidi kepada MEE.
Bahkan, beberapa komunitas Muslim juga turut menyuarakan keprihatinan atas acara yang diadakan di lokasi yang ramai. “Tarawih seharusnya menjadi bentuk ibadah yang intim. Saya tidak mengerti mengapa ini harus dilakukan di Times Square. Pernahkan Anda melihat papan reklame? ujar Sabrina Jamil kepada MEE.
“Saya berada di sana kemarin dengan mertua saya. Orang-orang praktis telanjang di layar. Pesan apa yang kami kirimkan kepada non-Muslim dengan berdoa di bawah itu?” ucap Zainab Iqbal yang juga turut merasa prihatin atas digelarnya acara keagamaan di tempat yang menurutnya kurang pantas.
Salah seorang warga New York lainnya pun mengungkapkan pendapatnya yang merasa bahwa lebih baik uang yang digunakan SQ untuk mendanai acara tersebut dapat digunakan untuk memberi makan para tunawisma atau kelompok rentan lainnya di kota tersebut.
“Saya yakin dia menghasilkan banyak uang sebagai YouTuber. Tapi dia bisa menggunakannya untuk memberi makan seribu orang. Dia bisa menyumbangkannya ke salah satu pantries. Tidak semuanya harus mencolok,” ujar Sami Rizwan.
Middle East Eye menghubungi departemen Perizinan New York untuk mengonfirmasi status resmi acara tersebut, tetapi tidak mendapat tanggapan pada saat publikasi. Pihak pendukung acara tersebut juga masih belum jelas, apakah ada masjid, walikota atau pihak berwenang setempat yang mendukung proyek tersebut atau terlibat dalam penyelenggaraan acara tersebut.
Sebagai informasi, sebelumnya Trafalgar Square London sempat mengadakan pertemuan buka puasa sebelum dimulainya pandemi coronavirus, tetapi belum dapat melaksanakan salat tarawih berjamaah.