Muslimahdaily- Pada sebuah pertemuan kajian, Syaikh Saad Al Atiq memberikan kisah yang sangat inspiratif dan mengharukan. Kisah bakti seorang anak kepada sang ibu. Kisah ini berasal dari seorang dokter wanita di Saudi Arabia, menceritakan tentang seorang pasien yang datang kepadanya.
Diceritakan, ada seorang pria berumur 30 tahun beranama Muhammad. Saat berkunjung ke klinik dokter, pria tersebut terlihat sedang memeluk ibunya yang berusaha untuk kabur dan memberontak. Sang ibu terus menolak ajakan anaknya. Ia bahkan melemparkan hijab yang dikenakannya namun si anak terlihat begitu sabar dan merapikan kembali hijab ibunya. Muhammad habis digigit, dicakar bahkan diludahi oleh ibunya, namun ia tetap tersenyum, sabar dan begitu hati-hati menghadapi sang ibu.
Ketika masuk dalam ruang pemeriksaan, si ibu mulai bersikap aneh dan tertawa-tawa sendiri, berputar-putar di meja dokter. Kemudian dokter bertanya tentang identitas wanita ini. Muhammad menjawab dengan percaya diri, “Dia adalah ibuku, dia terlahir tanpa akal (gila)”. Dokter tersebut terheran dengan jawaban pemuda ini, ia lantas bertanya, “Lalu bagaimana dia bisa melahirkanmu?”.
Pria ini mulai bercerita mengapa ia bisa dilahirkan oleh ibunya yang gila. “Dahulu kakekku menikahinya dengan ayahku dengan harapan bisa memiliki keturunan. Tapi dikemudian hari ibu diceraikan oleh ayahku di tahun pertama pernikahan. Pada saat itu pula ibuku sedang dalam keadaan hamil.”
Muhammad bercerita bahwa sejak usia 10 tahun ia mulai mengabdikan hidupnya untuk sang ibu. Ia memasak dan mengurusi semua kebutuhan ibunya. Saat malam datang, ia akan mengikat kaki ibunya dengan kakinya, mencegah agar sang ibu tidak kabur dan luput dari pengawasannya.
Seperti layaknya perlakuan pada pasien yang lain, sang dokter bertanya pada Muhammad, “KKamu ingin periksa apa?"
“Ibuku memiliki penyakit gula dan darah tinggi dokter”, ujar Muhammad.
Ditengah percakapannya, sang ibu hanya tertawa dan meminta untuk dibelikan kentang oleh anaknya. Karena Muhammad ini sangat sayang dengan ibunya, maka ia langsung menuruti permintaan ibu tercinta, membelikannya saat itu juga. Tak disangka ia malah diludahkan dan ditertawakan oleh anaknya sendiri, namun Muhammad teruji kesabarannya, ia tak marah sedikitpun dan mulai membersihkan mukanya.
Karena rasa penasarannya, sang dokter mengajukan pertanyaan kembali pada pria muda ini “Apakah ibumu mengenalimu?”
Muhammad menjawab, “Ya, beliau tak tau kalau aku adalah anaknya. Tapi yang menciptakanku, Allah tau bahwa dia adalah ibuku.”
Di tengah-tengah pemeriksaan, sang ibu tiba-tiba berkata, "Wahai anakku, kamu bohong, kapan kamu ajak aku ke Mekkah?”
Merasa dokter terheran dengan pertanyaan sang ibu, Muhammad menjelaskan bahwa ibunya sering mengtakan ini karena sering melihat Ka’bah di televisi.
Sang dokter menanyakan lagi apakah Muhammad pernah mengajak ibunya pergi umroh padahal sang ibu sudah tidak wajib lagi melaksanakan ibadah. Lantas Muhammad menjawab, "Setiap kali ibuku ingin ke Mekkah, aku selalu menurutinya. Karena aku tidak ingin harapan ibuku tak terkabul padahal aku sanggup melakukannya.”
Setelah selesai melakukan proses pemeriksaan, Muhammad dan ibunya keluar. Sang dokter kemudian mengunci pintu ruangannya dan mulai menangis tersedu sedu. Ia merasa bahwa kisah ini sangat mengisnpirasi, ia sering mendengar kisah bakti kepada orang tua namun kali ini ia menyaksikan langsung di depan matanya sendiri. Padahal pria ini bisa saja menitipkan ibbunya di rumah sakit jiwa, tapi ia lebih memilih untuk terus mengabdi kepada sang ibu agar pintu surga terbuka untuknya.
Kisah ini mengajarkan kita bahwa bagaimanapun kondisi orangtua kita, maka berbakti adalah hal yang harus terus dilakukan sampai kapanpun, bahkan ketika mereka sudah tiada. Muhammad adalah contoh anak yang patut untuk dijadikan panutan, bahkan ketika ibunya sendiri tidak mengenali dirinya. Berikan kasih sayang sepenuhnya selagi orang tua masih sehat dan ada disampingmu, sebelum semuanya terlambat.