Muslimahdaily - Dikisahkan hiduplah seorang anak yang tinggal bersama ibunya. Namun, bukan bakti yang diberikan sang anak, malah kata-kata kasar dan makian. Tiap harinya, sang ibu diperlakukan layaknya seorang pembantu. Dipaksa memenuhi setiap kebutuhannya. Bahkan tak jarang dimarahi bila sang ibu tidak melakukan hal yang dimintanya.

Walau tua, sang ibu masih bisa merawat dirinya sendiri dengan baik. Walau demikian, sudah sepatutnya bagi anak mengurusi orangtua di usia senja.

Tiap malam, sang ibu berdoa agar Allah melembutkan hati anaknya. Agar sang anak diberi kesempatan untuk bertaubat. Bahkan tak jarang, mata sang ibu dipenuhi air mata bila mengingat kekejaman anaknya.

Suatu hari sang anak pulang dengan wajah merah bukan main. Ia siap marah lantaran sang ibu belum menyiapkan makanan untuknya.

“Apakah ibu belum menyiapkan makanan juga?” katanya sambil berteriak.

Mendengar anaknya marah, sang ibu lantas menyiapkan makanan dengan segera. Setelah makanan siap, sang anak justru melemparnya. Ia marah karena makanan tersebut adalah makanan yang tidak ia sukai.

“Sungguh aku kena musibah karena hidup dengan wanita yang tua renta. Aku tidak tahu kapan aku bisa terlepas darinya,” ucapnya sambil marah.

Tangisan mulai terdengar dari sang ibu ketika berkata, “Wahai anakku, takutlah kamu kepada Allah terhadapku. Tidakkah kamu takut akan murka dan kemarahan-Nya?”

Tak terima dinasihati, sang anak kemudian bangkit. Emosinya meluap-luap. Ia kemudian memegang baju sang ibu dan mengangkatnya. Menggungcangkan ibunya dengan kuat seraya berkata, “Dengar, aku tidak mau dinasihati. Bukan aku yang mesti dibilang harus bertakwa kepada Allah.”

Lalu ia melempar ibunya. Sementara itu, tangisan sang ibu makin kencang.

“Ibu pasti akan mendoakan kecelakaan bagiku, kan? Ibu mengira Allah akan mengabulkannya?” katanya sambil tertawa. Ia tak hanya menyakiti perasaan sang ibu, namun juga menyombongkan dirinya di hadapan Allah.

Kemudian ia keluar rumah sambil mengolok-ngolok ibunya. Sementara sang ibu tak henti-hentinya menangis. Siang dan malamnya ditemani air mata yang terus keluar setiap teringat akan perkataan pedih anaknya. Hatinya telah sakit.

Setelah mengolok dan meninggalkan sang ibu, ia kemudian pergi dengan mobilnya. Bergembira dan bersukacita sambil mendengarkan musik. Menyetelnya dengan amat keras.

Tat kala ia pergi ke luar kota untuk menghadiri sebuah acara, mobilnya melaju dengan amat kencang. Kecepatannya membabi buta hingga tak sadar ada seekor unta tengah berada di tengah jalan.

Mobilnya mengenai unta tersebut hingga membuatnya terguncang dan oleng. Ia mencoba untuk menguasai keadaan, namun Allah memberinya takdir lain.

Dalam kecelakaan tersebut, ada potongan besi mobil yang menusuk perutanya hingga dalam. Walau demikian, ia tak langsung tewas. Allah menangguhkan kematiannya. Dia harus menjalani beberapa kali operasi hingga akhirnya terbaring di tempat tidur tanpa bisa bergerak sedikipun.

Walau demikian, rasa sakit yang dialaminya sebelum meninggal masih belum sebanding dengan sakit hati sang ibu akibat perlakuan dan perkataanya. Belum lagi siksaan neraka yang amat pedih siap membalas seluruh pebuataannya di dunia.

Sunggguh malang nasibnya akibat berperilaku kejam terhadap sang ibu.

Sumber: Laman Kisah Muslim