Muslimahdaily - Salah satu kisah haru kehidupan Rasulullah terjadi saat peristiwa perang Khandaq. Perang yang sangat berat itu mengharuskan pasukan muslimin membuat parit panjang nan dalam. Sementara itu muslimin juga harus menghadapi paceklik.

Rasulullah memiliki ide brilian untuk membuat benteng dari parit. Dengannya, pasukan muslimin dapat membendung serangan pasukan kafir. Mereka para musyrikin pun tak mampu menyerang muslimin.

Membuat parit tentu bukanlah perkara mudah. Pasukan muslimin bahu membahu menggali tanah. Mereka bekerja keras hingga terbuatlah parit tersebut. Pun dengan Rasulullah. Beliau turut turun dan mengeruk tanah. Bahkan saat itu ada momen mengharukan direkam oleh para shahabat.

Dikisahkan dalam hadits Jabir bin Abdullah Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah tidak makan selama tiga hari. Namun beliau Shallallahu‘alaihi wasallam tetap bekerja menggali parit. Untuk mengganjal rasa lapar, Rasulullah mengikat dua buah batu di perut. “Saat penggalian Khandaq, aku melihat Rasulullah dalam keadaan sangat lapar,” ujar Jabir dalam haditsnya.

Dikisahkan dalam beberapa hadits, Rasulullah terbiasa mengganjal perut dengan batu saat lapar. Para sahabat sangat mengetahuinya kebiasaan tersebut. Tak hanya saat momen pembuatan Khandaq, namun juga di beberapa kesempatan lain.

Melihat Rasulullah yang lapar namun tetap bekerja, Jabir merasa begitu sedih. Ia kemudian pulang ke rumah dan bertanya pada istrinya, “Apa kau punya sesuatu untuk dimakan? Aku melihat Rasulullah dalam kondisi sangat lapar,” ujarnya.

Keluarga Jabir ternyata hanya memiliki sewadah kecil gandum dan seekor kambing kecil. Namun itu cukup untuk makan dua tiga orang. Maka ia pun segera meminta istrinya untuk membuat roti dari gandum itu, sementara ia menyembelih kambing. Kambing itu kemudian di masak dalam sebuah periuk dari batu.
Setelah makanan siap, Jabir hendak mengajak Rasulullah untuk makan. Istrinya berkata, “Jangan membuatku malu di hadapan Rasulullah dan para sahabat.” Maksudnya, sang istri mengingatkan Jabir bahwa makanan yang tersedia hanya sedikit, jadi jangan mengajak banyak orang.

Jabir mengerti. Ia pun kemudian tidak mengumumkannya dan hanya membisikkan ajakan makan itu ke telinga Rasulullah. “Wahai Rasulullah, kami menyembelih seekor kambing kecil dan membuat sedikit gandum yang kami miliki. Maka, datanglah engkau bersama beberapa sahabat,” bisik Jabir.
Namun Rasulullah justru berseru dan mengajak semua orang yang menggali parit, “Wahai para penggali parit, sesungguhnya Jabir telah menyiapkan hidangan. Marilah bersegera, kalian semua,” ujar Rasulullah.

Jabir panik mendengarnya. Hidangannya tak akan cukup untuk semua orang. Ia hanya mengajak Rasulullah yang tengah lapar. Namun Rasulullah justru mementingkan para shahabatnya daripada diri beliau sendiri.

Rasulullah lalu bersabda pada Jabir, “Jangan turunkan dulu periuk dan adonan kalian hingga aku datang,” sabda beliau.

Jabir pun pulang dan menuruti apa kata Rasulullah. Tak lama kemudian Rasulullah datang sebelum pasukan muslimin penggali parit hadir. Istri Jabir sangat terkejut saat melihat rombongan orang yang sangat banyak hadir di rumahnya.

“Gara-gara kamu, gara-gara kamu,’’ katanya pada Jabir.

“Aku sudah melakukan apa yang kau katakan,” ujar Jabir.

Lalu Jabir mengeluarkan adonan roti dan menyerahkannya kepada Rasulullah. Beliau kemudian mendoakan keberkahan dan meniup sedikit ke adonan tersebut. Rasulullah kemudian bersabda, “Panggil si pembuat roti agar ia membuat roti bersamaku, lalu ambillah (kambing) dari periuk kalian dan jangan diturunkan,” sabda nabi.

Mukjizat Rasulullah terjadi. Ketika para penggali parit tiba, mereka semua makan hingga kenyang. Saat mereka pulang, isi periuk masih meletup penuh dan adonan masih seperti sedia kala. Padahal jumlah yang makan hingga ribuan orang.

“Mereka berjumlah seribu orang. Aku bersumpah demi Allah, sungguh semuanya makan sampai tersisa dan mereka pulang, sementara periuk kami benar-benar masih mendidih isinya seperti awalnya dan adonan itu pula masih seperti semula.” (HR, Al Bukhari dan Muslim).