Nabi Hizqil dan Dibangkitkannya Kaum yang Binasa

Muslimahdaily - Alkisah di masa pra Islam, terdapat sebuah negeri bernama Dawirdan (Jawurdan). Bani Israil tinggal di sana dengan populasi yang sangat besar. Ada yang berkata jumlah mereka 4 ribu atau 8 ribu. Namun ada pula yang menuturkan jumlahnya mencapai 30 ribu atau 40 ribu orang.

Suatu hari, wabah tha’un melanda negeri tersebut. Penyakit mematikan itu menghantui dan menakuti penduduk negeri. Mereka sangat takut mati hingga setiap penduduk berkemas meninggalkan desa. Mereka lari menghindari wabah dengan keyakinan dapat lari pula dari kematian.

Puluhan ribu orang Bani Israil itu pun bereksodus meninggalkan Dawirdan. Mereka pindah ke suatu tempat di dataran rendah yang diyakini aman dari wabah Tha’un.

Mereka bersuka cita dengan negeri baru yang akan mereka tempati. Dengan sombong mereka merasa dapat melawan kematian dan akan hidup dengan usia yang sangat lama.

Namun Allah lah Sang Maha Kuasa dan Yang Maha Mematikan. Rabb Ta’ala mengutus dua malaikat ke dataran rendah negeri baru warga Dawirdan. Salah satu malaikat berada di atas lembah dekat negeri tersebut. Adapun satu malaikat lain menuju bagian bawahnya.

Serentak, kedua malaikat meneriakkan sebuah pekikkan. Lalu matilah seluruh Bani Israil di negeri tersebut. Tak ada satu pun dari mereka yang tersisa. Semuanya tergeletak menjadi mayat,bergelimpangan tak ada yang mengurus.
Waktu berlalu, tak ada yang tahu mengenai negeri tersebut. Mayat-mayat penduduknya terkubur sendirinya. Mereka membusuk dan tersisa belulang saja.

Tulang satu dengan tulang lain pun tercerai berai. Bahkan andai ada sekumpulan arkeolog pun, mereka tak akan sanggup untuk menyatukan rangka puluhan ribu mayat Bani Israil yang amat berantakan itu.

Hingga kemudian, dengan takdir Allah, seorang nabi melewati bekas negeri tersebut. Ia bukan lah salah satu dari 25 nabi yang dikenal. Namun sang nabi merupakan salah satu manusia pilihan Allah. Sebagian pendapat, nama nabi tersebut ialah Hizqil.

Nabi Hizqil tengah memikirkan bagaimana cara Allah membangkitkan orang-orang mati kelak di hari akhir. Ia sangat penasaran dengan keajaiban tersebut. Nabi Hizqil pun kemudian berdoa agar Allah menunjukkannya, yakni menunjukkan kebangkitan manusia dari alam kubur yang tak lagi tersisa kecuali tulang yang telah membusuk.

Allah kemudian membangkitkan kembali warga Dawirdan yang telah musnah. Tulang belulang mereka yang tercerai berai disatukan kembali dengan sempurna.

Lalu tulang tersebut terbungkus kembali dengan daging, otot dan kulit. Kembali pula satu per satu anggota tubuh mereka, kemudian ruh-ruh mereka. Puluhan ribu Bani Israil itu pun hidup kembali setelah puluhan tahun dimusnahkan.
Nabi Hizqil menyaksikan peristiwa luar biasa itu dengan kedua matanya. Sementara penduduk Dawirdan yang bangkit dari kubur merasa baru saja bangun dari tidur yang amat panjang.

“Maha suci bagi Allah, tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah,” ucap mereka.

Kisah menakjubkan tersebut dicantumkan Ibnu Katsir dalam tafsirnya. Beliau mengisahkannya saat menjelaskan ayat Allah, “Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang ke luar dari kampung halaman mereka, sedang mereka beribu-ribu (jumlahnya) karena takut mati; maka Allah berfirman kepada mereka: “Matilah kamu”, kemudian Allah menghidupkan mereka. Sesungguhnya Allah mempunyai karunia terhadap manusia tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur.” (QS: Al-Baqarah: 243).

Dari kisah tersebut banyak hikmah yang bisa dipetik. Di antaranya tentang sikap bergantung hanya kepada Allah. Bani Israil ingin menghindari takdir kematian dan menginginkan usia yang panjang.

Tak bergantung hanya kepada Allah, mereka pun berpendapat bahwa pergi merupakan cara yang tepat menghindari wabah. Namun siapa sangka, yang mereka lakukan justru mendekatkan diri kepada kematian.

Hikmah lain dari kisah tersebut yakni tentang bagaimana kuasa Allah dalam menghidupkan manusia baik ruh maupun jasadnya. Dengan cara yang sama, Allah akan membangkitkan seluruh manusia kelak di hari berbangkit. Sesungguhnya bagi Allah sangatlah mudah melakukannya.

Selain itu, tentang takdir kematian juga menjadi hikmah berharga dari kisah tersebut. sesungguhnya setiap orang tidak dapat menghindari kematian maupun mendahulukannya. Sebagaimana firman-Nya,

“Orang-orang yang mengatakan kepada saudara-saudaranya dan mereka tidak turut pergi berperang, ‘Sekiranya mereka mengikuti kita, tentulah mereka tidak terbunuh’. Katakanlah, ‘Tolaklah kematian itu dari diri kalian, jika kalian orang-orang yang benar’.” (QS. Ali Imran: 168).

Add comment

Submit