Muslimahdaily - Rasulullah terkadang dikabarkan dalam hadits sebagai sosok kaya raya yang memberikan banyak mahar kepada istri beliau. Namun ada pula hadits yang menjelaskan bagaimana Rasulullah hidup susah hingga harus berpuasa karena tak ada makanan. Jadi sebetulnya, bagaimana kondisi ekonomi nabiyullah, apakah Rasulullah kaya ataukah miskin?

1.Yang Mengabarkan Rasulullah Miskin

Terdapat banyak sekali hadits yang mengisahkan kehidupan nabiyullah dalam kondisi terbatas ekonomi. Bukan hanya shahabat beliau yang mengabarkannya, namun juga para ummahatul mukminin.

Di antaranya hadits yang datang dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, “Tidak pernah keluarga Rasulullah kenyang dengan makanan dari gandum halus selama 3 hari berturut-turut, sejak beliau tiba di Madinah hingga beliau diwafatkan.” (HR. Al Bukhari dan Muslim).

Hadits lain juga datang dari Aisyah, “Sesungguhnya kami, keluarga Rasulullah pernah selama sebulan tidak menyalakan api (tidak memasak apapun), (kami hanya makan) kurma dan air.” (HR. Muslim dan At Tirmidzi).

Umar bin Khaththab juga pernah menangis karena melihat kondisi Rasulullah. Saat itu Al Faruq melihat sang utusan Allah tengah berbaring di atas tikar yang tak beralas apapun. Bantalnya pula sangat keras karena terbuat dari kulit kambing yang diisi sabut. Di kedua kaki nabi terdapat daun penyamak yang dikumpulkan.

Umar berkata, “Aku melihat guratan anyam tikar di sisi perut beliau, maka aku pun menangis.” Melihat Umar menangis, Rasulullah pun bertanya, “Apa yang menyebabkanmu menangis, ya Umar?”

Umar pun menjawab, “Wahai Rasulullah, kaisar Kisra dalam keadaan mereka (yakni selalu di dalam kemewahan harta), padahal engkau adalah utusan Allah.” Maksud Umar ialah, Rasulullah lebih layak menerima segala harta dan kemewahan dunia.

Namun Rasulullah menjawab, “Apakah engkau tidak senang, bahwa dunia ini bagi mereka dan akhirat untuk kita?” (HR. Al Bukhari dan Muslim).

Selain hadits di atas, masih banyak hadits lain yang mengabarkan kondisi ekonomi nabiyullah yang serba sulit. Beliau dan keluarganya hidup dalam keterbatasan ekonomi. Meski demikian, ada pula yang mengabarkan kekayaan Rasulullah sangat melimpah.

2.Yang Mengabarkan Rasulullah Kaya

Sebelum masa nubuwah, Nabi Muhammad merupakan pemuda kaya yang sukses dalam perniagaan. Mahar yang diberikan nabi saat melamar Khadijah radhiyallahu Nha pun sangat besar, yakni senilai 20 ekor unta muda. Namun setelah mendapat wahyu, Rasulullah memang menyedekahkan harta beliau untuk dakwah fi sabilillah. Lalu apakah kemudian beliau jatuh miskin?

Dikisahkan dalam kisahmuslim.com, Umar bin Khaththab pernah mengabarkan bahwasanya Rasulullah memiliki tiga ladang dari ghanimah perang. Dari salah satu ladang tersebut, hasilnya nabi bagi menjadi tiga bagian. Dua per tiga dibagikan untuk masyarakat, dan sepertiganya untuk menafkahi istri-istri beliau.

Setiap tahunnya, masing-masing istri nabi mendapat jatah lebih dari 1000 wasaq gandum dan kurma. Padahal 1 wasaq setara dengan 122,4 Kilogram. Itu baru satu ladang, belum dua ladang lain yang nabi gunakan untuk berbagai keperluan termasuk sedekah.

Shafiyurrahman Al Mubarakfury dalam Sirah Nabawiyah pun menyebutkan, ketika menjelang ajalnya, Rasulullah menyedekahkan harta-harta beliau. Sang manusia terbaik membebaskan semua budak yang dimiliki, bersedekah dengan 7 dinar dan menghadiahkan senjata-senjata beliau kepada kaum muslimin.

3.Jadi, Rasulullah Kaya atau Miskin?

Dari beragam riwayat di atas, dapat disimpulkan bahwasanya Rasulullah mengalami masa hidup kaya dan mengalami pula masa ekonomi sulit. Namun bagaimanapun keadaan beliau, kesimpulan lain yang didapat ialah; nabiyullah selalu hidup bersahaja dan qanaah. Gaya hidup nabi tak pernah berubah baik kaya ataupun miskin. Gaya hidup nabi selalu sederhana.

Di masa kaya raya, Rasulullah tetap hidup sederhana dan tak bermewah-mewahan. Harta yang beliau miliki bukan untuk meningkatkan statusnya, ataupun menambah belanja kebutuhan beliau, melainkan untuk meningkatkan pemberian dan sedekah. Makanan, pakaian, dan tempat tinggal nabi tak banyak berubah meski dalam kondisi kaya.

Masya Allah, sungguh kehidupan sang uswatun hasanah sangat jauh berbeda dengan kondisi kebanyakan umat beliau. Bahkan saat ini, tak sedikit muslimin yang terjebak dengan gaya hidup mewah. Padahal jika mengikuti jalan hidup nabi, setiap muslimin akan merasakan bahagia bagaimanapun kondisi keuangannya, karena Rasulullah adalah orang paling bahagia di muka bumi.

Afriza Hanifa

Add comment

Submit