Muslimahdaily - Pada suatu kisah, ketika Nabi Musa sedang berada di atas Gunung Thursina, ia diberitahukan oleh Allah tentang kaumnya yang menyembah patung anak sapi, namun Musa tidak terlalu merasa kaget dengan kabar tersebut. Kemudian Musa diperintahkan untuk turun dan melihatnya secara langsung.
Saat itu musa merasa sangat marah dan kecewa terhadap kaumnya. Ia kemudian menghadap ke arah kaumnya dan mengecam perbuatan mereka.
Tak lama, Musa menghampiri saudaranya Harun seraya mengeluh mengapa ketika Harun dititipkan oleh Musa dan kemudian melihat kesesatan tersebut tidak menyusul Musa dan memberitahukan padanya.
Harun saat itu takut karena jikalau ia pergi menghampiri Musa maka ia akan meninggalkan bani Israil yang diamanahkan oleh Musa. Harun takut disangka tak bertanggung jawab.
Setelah selesai dengan Harun, kemudian Musa berpaling kepada Samiri, lalu "Dia (Musa) berkata, "Apakah yang mendorongmu (berbuat demikian) wahai Samiri?" Kemudian Samiri menjawab, "Aku mengetahui sesuatu yang tidak mereka ketahui." Jadi aku ambil segenggam
(tanah dari) jejak Rasul." Yakni, dari jejak kaki kuda Malaikat Jibril.
Sebagaimana disebutkan sebelumnya riwayat dari sejumlah ulama, bahwa Samiri melihat Malaikat Jibril ketika menyebrangi Laut Merah dengan menunggang kuda, setiap kali kaki kuda menapak ke tanah, maka bekas jejaknya akan menghitam dan tumbuh rerumputan, maka Samiri pun mengambil segenggam tanah bekas jejak kaki kuda tersebut.
Lalu ketika ia menaburkan tanah itu kepada patung yang terbuat dari emas, maka terjadilah apa yang terjadi. Oleh karena itu ia berkata, "lalu aku melemparkannya (ke dalam api itu), demikianlah nafsukku membujukku."
Kemudian Musa berkata, "pergilah kau! Maka sesungguhnya di dalam kehidupan (di dunia) kamu (hanya dapat) mengatakan, 'Janganlah menyentuh (aku)'" ini adalah doa yang dipanjatkan nabi Musa untuk melaknat Samiri, yaitu agar ia tidak akan pernah bersentuhan lagi dengan manusia, sebagai hukuman baginya yang telah menyentuh sesuatu yang seharusnya tidak ia sentuh.
Itu hanyalah hukuman baginya di dunia saja, karena setelah itu Nabi Musa juga berkata, "Dan kamu pasti mendapat (hukuman) yang telah dijanjikan (di akhirat) yang tidak akan dapat kamu hindari."
Lalu Musa melanjutkan, "Dan lihatlah Tuhanmu itu yang kamu tetap menyembuhkannya. Kami pasti akan membakarnya, kemudian sungguh kami akan menghamburkannya (abunya) ke dalam laut (berserakan)."
Musa pun mendekati patung anak sapi tersebut dan membakarnya. Ada yang mengatakan dengan api, sebagaimana diriwayatkan dari Ali, Ibnu Abbas dan ulama lainnya. Keterangan ini pula yang tertulis dalam kitab suci ahli Kitab. Lalu disebutkan, setelah digiling kemudian ditaburkan ke atas air, lalu Bani Israil diperintahkan untuk meminum air tersebut.
Bagi mereka yang pernah menyembah patung itu akan tersekat di dalam mulut mereka. Ada juga yang mengatakan, bagi para penyembah patung yang meminum air tersebut, maka warna kulit mereka berubah menjadi kuning.
Allah berfirman, "Sungguh, Tuhanmu hanyalah Allah, tidak ada Tuhan selain Dia. Pengetahuan-Nya meliputi segala sesuatu."
Allah juga berfirman, "Sesungguhnya orang-orang yang menjadikan (patung) anak sapi (sebagai sembahannya), kelak akan menerima kemurkaan dari Tuhan mereka dan kehinaan dalam kehidupan di dunia. Demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat kebohongan."
Ancaman itu benar-benar terjadi. Beberapa ulama salaf bahkan mengatakan, bahwa firman Allah, "Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat kebohongan." Hukuman itu berlaku bagi semua pelaku bid'ah hingga Hari Kiamat.
Kemudian, Allah juga menyampaikan tentang kelembutan dan rahmat-Nya terhadap hamba-Nya, maka bagi mereka yang mau bertaubat, ia pasti akan diampuni, "Dan orang-orang yang telah mengerjakan kejahatan, kemudian bertaubat dan beriman, niscaya setelah itu Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."