Muslimahdaily - Nabi Dawud merupakan salah satu sosok nabi panutan dalam berlaku adil dalam memutuskan suatu perkara. Ia juga rajin beribadah dan selalu mendekatkan diri kepada Allah. Bahkan waktu siang dan malamnya ia gunakan untuk beribadah bersama keluarganya.
Allah berfirman, “Bekerjalah seperti keluarga Dawud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur.” (Qs. Saba:13).
Salah satu kisahnya adalah mengenai wafatnya beliau secara tiba-tiba, tanpa sakit atau diketahui tanda-tandanya. Seluruh rakyatnya bersedih dan ikut mengantar jenazah beliau di tengah terik panas matahari.
Wafatnya Nabi Dawud Secara Tiba-Tiba
As-Suddi meriwayatkan, dari Abi Malik, Ibnu Malik, dari Ibnu Abbas, ia berkata, “Dawud meninggal dunia ketika memasuki hari Sabtu. Ia meninggal dengan cara tiba-tiba (tanpa sakit atau diketahui tanda-tandnya). Saat kematiannya, sayap-sayap burung menaunginya dari cahaya matahari.
Riwayat dari Ishaq bin Bisyr, dari Said bin Abi Arubah, dari Qatadah, dari Hasan, ia berkata, “Dawud meninggal dunia pada usia seratus tahun, ia meninggal pada hari Rabu secara tiba-tiba.”
Abus-Sakan Al-Hajari mengatakan, “Ibrahim meninggal dunia secara tiba-tiba, begitu pula dengan Dawud, begitu pula dengan anknya, Sulaiman.” (HR. Ibnu Asakir).
Ulama lain meriwayatkanm bahwa malaikat maut ketika itu datang kepada Dawud tepat ketika Dawud berada di tengah-tengah anak tangga hendak turun dari mihrabnya (mushalla atau tempat Nabi Dawud biada melaksanakan shalat), lalu Dawud berkata, “Biarkanlah aku turun atau naik.”
Malaikat maut menjawab, “Wahai Nabi Allah, seua telah habis bagimu, tahun, bulan, peninggalan, dan rezeki telah selesai semuanya.” Setelah itu Dawud pun bersimpuh untuk bersujud di atas salah satu anak tangga tersebut, malaikat maut mengambil nyawanya saat ia sedang bersujud.
Jenazah Nabi Dawud
Ishaq bin Bisyr meriwayatkan, dari Wafir bin Sulaiman, dari Abu Sulaiman Al-Filastini, dari Wahab bin Munabbih, ia berkata, “Ketika Dawud meninggal dunia, seluruh rakyatnya hadir untuk ikut mengusung jenazahnya. Mereka duduk menungu di bawah teriknya matahari pada musim panas itu.
Saat itu empat puluh rahib telah bersiap untuk mengusung jenazahnya. Mereka menggunakan baranis yaitu semacam tudung kepala yang berhubung dengan baju gamis. Hanya beberapa saja di antara mereka saja yang tidak mengenakannya.
Tak seorang pun dari Bani Israil yang meninggal dunia setelah Musa dan Harun, yang sangat ditangisi kepergiannya, kecuali Dawud. Mereka sama sekali tidak peduli dengan sinar matahari yang begitu panas pada hari itu. Namun, lama kelamaan tubuh mereka pun melemah dengan sendirinya.
Akhirnya, mereka memanggil Sulaiman untuk memberikan mereka atap buatan agar mereka sedikit merasa sejuk. Sulaiman keluar dari rumahnya dan memanggil bangsa burung, dan burung-burung pun berdatangan dari segala arah.
Setelah mereka datang, Sulaiman menyuruh burung-burung itu untuk memberikan naungan kepada Bani Israil. Maka burung-burung itu pun menyatukan sayap-sayap mereka dan mendekati Bani Israil. Namun, karena begitu rapatnya, hingga sulit sekali angin atau udara masuk ke dalamnya, bahkan hampir saja kehampaan udara itu membuat Bani Israil jatuh pingsan atau meninggal dunia.
Mereka kembali memanggil Sulaiman dan mengeluhkan kesulitan mereka dalam bernapas. Mendengar hal itu, Sulaiman keluar dari rumahnya dan berseru kepada burung-burung agar menjauh dari Bani Israil, menghembuskan angin agar sampai pada mereka, sekaligus menutupi mereka dari sinar matahari.
Maka Bani Israil pun mendapatkan angin yang mereka butuhkan. Itulah pertama kalinya Bani Israil melihat keajaiban mukjizat Sulaiman.
Sumber: Buku Kisah Para Nabi – Imam Ibnu Katsir