Muslimahdaily - Nabi Syu’aib datang untuk memberi pencerahan pada penduduk Madyan yang saat itu tak hanya banyak melakukan kejahatan dan kesyikiran tapi juga berbuat curang dalam timbangan dan takaran. Mereka juga melakukan kecurangan dalam bekerjasama dan senang mengambil hak orang lain.
Sesuai dengan tugasya, Nabi Syu’aib pun mendakwahi penduduk Madyan dengan perintah dan larangan dari Allah. Namun mereka masih saja keras kepala, tetap pada keputusannya untuk menyembah apa yang sebelumnya nenek moyang mereka sembah.
Setelah menyampaikan perintah dan larangan dari Allah, maka Nabi Syuaib pun kemudian beralih pada ancaman. Ia berkata, “Dan wahai kaumku! Janganlah pertentangan antara aku (dengan kamu) menyebabkan kamu berbuat dosa, sehingga kamu ditimpa siksaan seperti yang menimpa kaum Nuh, kaum Hud atau kaum Saleh, sedang kaum Luth tidak jauh dari kamu.” (QS. Hud: 89).
Yakni, janganlah kalian membuat keingkaran terhadapku dan kebencian terhadap ajaran yang aku bawa ini membawa kalian terus terlarut dalam kebodohan dan kesesatan, hingga kalian harus merasakan murka dan adzab dari Allah, seperti adzab yang dijatuhkan kepada kaum-kaum terdahulu seperti kalian, yaitu kaum Nuh, kaum Hud, dan kaum Saleh, karena mereka telah mendustakan dan mengingkari para Nabi yang diutus kepada mereka.
“Sedang kaum Luth tidak jauh dari kamu.” Beberapa ulama menafsirkan, bahwa maksud dari tidak jauh di sini adalah tidak jauh zamannya. Yakni, kalian tentu masih sangat ingat tentang adzab yang dijatuhkan kepada kaum Luth, karena kaum Luth tidak lah jauh zamannya dengan zaman kita sekarang.
Beberapa ulama lain menafsirkan, bahwa maksud dari tak jauh pada ayat tersebut adalah tidak jauh tempatnya. Beberapa ulama lainnya menafsirkan bahwa maknanya adalah tak jauh perbuatan buruknya, seperti merompak dan mengambil harta orang lain secara paksa ataupun secara sembunyi dengan berbagai muslihat dan tipu daya.
Semua penafsiran ini dapat digabungkan dan maknanya menjadi kaum Nabi Syuaib itu tidak jauh dengan kaum Nabi Luth dari segi waktu, tempat dan juga sifatnya.
Nabi Syuaib mengiringi ancamannya dengan perintah untuk bertaubat, ia berkata, “Dan mohonlah ampunan kepada Tuhanmu, kemudian bertaubatlah kepada-Nya. Sungguh, Tuhanku Maha Penyayang lagi Maha Pengasih.”
Yakni, hentikanlah apa yang kalian lakukan dan bertaubatlah kepada Tuhan Yang Maha Penyayang lagi Maha Pengasih. Siapa saja yang bertaubat kepada-Nya maka ia akan diampuni, karena Tuhanku Maha Penyayang terhadap hamba-Nya, lebih penyayang dari seorang ibu terhadap anaknya, dan karena Tuhanku Maha Pengasih terhadap hamba-Nya, walaupun setelah mereka melakukan dosa-dosa besar sekalipun.
“Mereka berkata, “Wahai Syuaib! Kami tidak banyak mengerti tentang apa yang engkau katakana itu, sedang kenyatannya kami memandang engkau seorang yang lemah di antara kami.” (Qs. Hud: 91).
Sumber: Kisah Para Nabi – Imam Ibnu Katsir