Muslimahdaily - Rasulullah shalallahu ailihi wa sallam merupakan suri tauladan umat Islam dari seluruh aspek kehidupan. Salah satu hal yang senantiasa Rasul contohkan kepada umatnya adalah kehidupannya yang sungguh amat sederhana. Mulai dari pakaian hingga tempat tinggalnya, semua jauh dari kata mewah.
Bahkan Rasulullah pernah mengatakan kepada Umar bin Khattab, bahwa dunia bukanlah apa yang beliau impikan. Tetapi kehidupan akhirat yang lebih utama.
“Wahai Umar, aku ini adalah Rasul Allah. Aku bukan seorang kaisar Romawi dan bukan pua seorang Kisra dari Persia. Mereka hanya mengejar duniawi, sedangka aku mengutamakan ukhrawi.”
Nabi Muhammad pada dasarnya merupakan sosok pemimpin tertinggi baik di bidang politik maupun agama. Tetapi ia tak seperti pemimpin-pemimpin lainnya yang hidup mewah bergelimang harta. Beliau memilih hidup sederhana, bahkan ia tak segan untuk mengerjakan sendiri pekerjaan rumah.
Bukan hal yang tak mungkin apabila Rasulullah ingin hidup bermewah-mewahan. Ia memiliki harta yang banyak, tetapi bukan untuk dirinya sendiri. Semua digunakan untuk kemaslahatan dan kesejahteraan umat. Bagi sahabat, keluarga dan semua umatnya yang membutuhkan.
Keadaan yang sangat sederhana terkadang membuat Nabi Muhammad tak makan seharian bahkan berhari-hari. Ia rela menahan rasa laparnya dengan mengikat batu di perutnya. Jika tiba-tiba perut berbunyi, beliau akan mengencangkan tali ikatnya.
Namun, suatu hari ada kondisi yang mengharuskan Nabi Muhammad meminjam uang dari seorang Yahudi Madinah bernama Zaid bin Sa’nah. Akhirnya Zaid bersedia untuk meminjamkan uangnya pada Rasulullah. Mereka pun telah sepakat tentang tanggal jatuh tempo pelunasan hutang.
Saat tiga hari sebelum jatuh temp, Zaid bin Sa’nah sudah menagih pembayaran hutang pada sang Rasul. Disertai dengan kata-kata kasar yang tidak berakhlak.
“Hai Muhammad, mengapa engkau tidak membayar hutangmu?” ujar Zaid dengan nada tinggi.
Saat Zaid mengatakan hal tersebut kepada Nabi Muhammad, Umar bin Khattab berada di samping beliau dan turut mendengar perkataan Zaid. Umar pun memarahi kembali Zaid dan hendak memukulnya. Namun, Rasulullah segera melerai.
Dengan penuh kerendahan hati, Rasulullah meminta Umar untuk menasihati dirinya dan Zaid bin Sa’nah.
“Katakan kepadaku (Nabi Muhammad) untuk membayar utang dengan benar, dan katakana kepadanya (Zaid bin Sa’nah) untuk menagih hutang dengan cara yang lebih baik,” ujar Rasulullah.
Setelah kejadian itu, Nabi Muhammad memerintahkan Umar untuk membayarkan hutangnya kepada Zaid bin Sa’nah meski belum jatuh tempo. Dengan hati yang sangat lembut, meski sudah tersakiti, Rasulullah juga menyuruh Umar untuk menyertakan 20 sa’ash (sekitar 40 kg) kurma pada Zaid bin Sa’nah karena telah membuatnya ketakutan.
Masya Allah, begitu menginspirasi kisah Rasulullah yang satu ini. Semoga bisa menjadi contoh bagi kita semua untuk tetap berbuat baik pada siapapun, bahkan pada orang yang telah mendzholimi kita.
Wallahu a’lam.
Sumber: Nu Online