Muslimahdaily - Nabi Ibrahim alaihissalam merupakan salah satu nabi kesayangan Allah (Khalilullah) yang namanya disebutkan dalam Al-Quran dengan penuh pujian dan penghormatan. Bahkan dikatakan bahwa penghormatan untuk Nabi Ibrahim disebutkan dalam Al-Quran sebanyak tiga puluh lima kali, dan lima belas di antaranya disebutkan dalam surat Al-Baqarah.
Ia juga merupakan salah satu dari lima Ulul Azmi yang paling mulia setelah Nabi Muhammad shalallahu alaihi wa sallam.
Salah satu keistimewaan Nabi Ibrahim adalah dijadikannya ia sebagai orang pertama yang membangun Baitullah (Ka’bah) dan dibimbing langsung oleh Allah.
“Sesungguhnya rumah (ibadah) pertama yang dibangun untuk manusia, ialah (Baitullah) yang di Bakkah (Makkah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi seluruh alam. Di sana terdapat tanda-tanda yang jelas, (di antaranya) maqam Ibrahim. Barangsiapa memasukinya (Baitullah) amanlah dia.
Dan (di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, yaitu bagi orang-orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana. Barangsiapa mengingkari (kewajiban) haji, maka ketahuilah bahwa Allah Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) dari seluruh alam.” (Qs. Ali Imran: 96-97).
Proses pembangunan Ka’bah oleh Nabi Ibrahim pun diceritakan dalam hadist berikut.
Al-Azraqy meriwayatkan dari Ibnu Juraji, bahwa Ali bin Abi Thalib berkata, “Ibrahim melangkah diiringi malaikat, awan dan burung. Mereka adalah petunjuk jalan, hingga Ibrahim menempati Baitul Haram, sebagaimana laba-laba menempati rumahnya. Dia melakukan penggalian dan memunculkan pondasi dasarnya sebesar punggung unta. Batu itu hanya dapat digerakkan oleh tiga puluh orang laki-laki.”
Kemudian Allah berfirman kepada Ibrahim, “Bangkitlah dan dirikanlah untuk-Ku sebuah rumah.” Nabi Ibrahim pun bertanya kepada Allah, “Ya Tuhan, dimanakah.”
Allah menjawab dengan firman-Nya, “Akan Kami tunjukkan kepadamu.” Kemudian Allah mengutus awan berkepala untuk menyampaikan pesan pada Nabi Ibrahim, “Hai Ibrahim, sesungguhnya Tuhanmu menyuruhmu untuk membuat garis sebesar awan ini.”
Nabi Ibrahim pun akhirnya memandang kearah awan dan mengambil ukurannya. Setelah itu awan berkepala itu bertanya pada Ibrahim, “Apakah sudah engkau lakukan?”
Ayah dari Nabi Ismail itu pun menjawab “Ya.” Setelah memastikan bahwa Nabi Ibrahim telah melakukan permintaan Tuhannya, awan itu pun menghilang dan Allah segera menghadirkan pondasi yang menancap dari bumi yang kemudian dibangun oleh Ibrahim.
Dalam riwayat lain dari Ali bin Abi Thalib, dikatakan sebagai berikut,
“Llau turunlah awan hitam laksana mendung atau kabut yang di tengahnya terdapat sebentuk kepala dan berbicara, ‘Hai Ibrahim, ambillah ukuranku pada bumi, jangan lebih dan jangan kurang.’ Kemudian Ibrahim membuat garis, dan itulah yang disebut Bakkah, sedangkah apa yang ada di sekelilingnya adalah Makkah.”
Proses pencarian Hajar Aswad
Seperti kita ketahui bahwa pada salah satu bagian Ka’bah terdapat batu hitam bernama hajar aswad. Sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu Katsir bahwa saat pembangunan Ka’bah hampir selesai, saat itu masih ada ruang kosong untuk menutupi temboknya.
Berkatalah Nabi Ibrahim pada anaknya, Ismail. Meminta ia untuk mencari sebuah batu agar ruang kosong itu bisa tertutupi. ‘Pergilah engkau mencari sebuah batu yang bagus untuk aku letakkan di salah satu sudut Ka’bah sebagai penanda bagi manusia.”
Ismail pun menuruti perintah ayahnya dan pergi menuju suau bukit ke bukit lainnya untuk mencari batu terbaik. Saat dalam pencariannya, Ismail bertemu dengan malaikat Jibril yang memberinya batu hitam (Hajar Aswad) yang paling bagus.
Dengan gembira, Ismail pun menerimanya dan segera memberikan batu tersebut pada sang ayah. Nabi Ibrahim pun ikut bergembira dan mencium batu itu berkali-kali.
Sedangkan dalam buku Ibnu Katsir disebutkan bahwa saat Nabi Ibrahim meminta Ismail untuk mencari batu tersebut, Ismail merasa Lelah dan ia pun mengeluh pada ayahnya. Hingga akhirnya Ibrahim berakat, “Biar aku saja yang mencari.”
Lalu ia pergi menemui malaikat Jibril yang membawakan batu hitam dari India yang sebelumnya batu itu berwarna putih bersih seperti permata.nabi Adam lah yang membawa batu itu ketika ia turun dari surga. batu itu kemudian berubah warna menjadi hitam karena dosa-dosa manusia.
Nabi Ismail kemudian datang membawa sebuah batu, namun ia telah melihat batu tersebut di salah satu sisi Ka’bah.
Ismail berkata, ''Wahai ayahku, siapakah yang membawa batu ini.'' Ibrahim menjawab, ''Yang membawa adalah yang lebih giat darimu.'' Lalu keduanya melanjutkan pembangunan Ka'bah sambil berdoa, ''Ya Tuhan kami, terimalah dari kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.'' (QS Al-Baqarah [2]: 127).
Sumber: Ihram Republika dan Buku Kisah Para Nabi – Imam Ibnu Katsir