Muslimahdaily - Jika mendengar nama Nabi Muhammad shalallahu alaihi wa sallam, pasti kita teringat akan akhlaknya yang mulia. Tutur katanya yang halus dan semua nasihat serta pesan yang dibawanya untuk umat Islam akan selalu teringat sampai saat ini meskipun raganya sudah tak ada. Rasa cinta pada umatnya pun begitu luas, bahkan hingga akhir hayatnya, beliau masih memikirkan nasib kehidupan umatnya yang akan datang.

Sebagaimana diceritakan dalam buku Kisah Inspiratif Teladan Rasul karya Miftahul Asror Malik, yang menceritakan detik-detik terakhir Rasulullah dalam hidupnya. Saat malaikat maut hendak mencabut nyawanya, disitu pula ia teringat akan umatnya.

Dikisahkan bahwa pada waktu itu rumah Rasulullah masih tertutup, terdengarlah suara ketukan pintu dan salam dari luar rumah. Saat itu, rasul sedang berbaring di atas daun kurma di kamarnya. Fatimah, putri rasulullah yang saat itu juga mendengar langsung menjawab salam dan membuka pintu.

Tamu itu pun meminta izin untuk masuk dan bertemu dengan sang ayah. Namun Fatimah melarangnya karena melihat kondisi sang rasul yang sedang sakit.

“Maafkan aku, sekarang ayahku sedang sakit,” ujar Fatimah.

Setelah tamu itu pergi, rasul pun bertanya pada putrinya, “Siapakah yang datang tadi wahai Fatimah?”

Fatimah pun mengatakan bahwa ia tak mengetahuinya sama sekali. Orang itu belum pernah ia temui sebelumnya. Namun, jawaban rasulullah sungguh mengejutkan.

“Ketahuilah Fatimah, bahwa itu adalah malaikat maut,” ujar beliau.

Mendengar jawaban itu, Fatimah sangat terkejut hingga mengeluarkan air mata. Seakan ia tahu apa yang akan terjadi selanjutnya jika malaikat maut telah bertamu hendak menemui rasulullah.

Selanjutnya, rasulullah berkata, “Mengapa Jibril tidak ikut bersama tamu tadi?”

Tak lama setelah mendengar pertanyaan sang rasul, malaikat Jibril pun turun dan segera berada di samping beliau.

“Wahai malaikat, beritahukan kepadaku apakah yang menjadi hakku nanti di hadapan Allah?” tanya rasulullah pada malaikat Jibril.

Malaikat Jibril pun menjawab, “Wahai rasulullah, para malaikat senang menyambut kedatangan rohmu, lalu langit akan terbuka, dan surga bersiap kedatanganmu.”

Rasulullah pun terdiam mendengar jawaban tersebut, malaikat Jibril terheran dan bertanya, “apakah engkau tidak gembira dengan kabar ini, wahai Muhammad?”

Beliau pun mengabaikan pertanyaan Jibril dan beralih dengan menanyakan tentang nasib umatnya, “Lalu bagaimana nasib umatku kelak setelah ketiadaanku?”

Malaikat Jibril kemudian menjawab untuk menenangkan, “Janganlah engkau merasa risau. Sesungguhnya Allah telah berfirman akan mengharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad yang telah berada di dalamnya.”

Saat itu Fatimah berada di samping rasulullah, ia melihat wajah ayahnya dibasahi oleh keringat dan sesekali ia mengusapnya.

Tibalah rasulullah di detik-detik terakhirnya, saat malaikat maut hendak mencabut ruhnya yang suci, malaikat Jibril yang saat itu mendampingi memalingkan mukanya.

“Wahai rasulullah, sesungguhnya aku tidak sampai hati melihat engkau berhadapan dengan ajal seperti ini,” ujar malaikat Jibril.

Dengan menahan rasa sakit yang sangat berat saat sakaratul maut, rasulullah teringat dengan umatnya yang nanti juga akan merasakan sakit ini kemudian ia berdoa, “Ya Allah, betapa sakitnya maut yang sudah dekat ini. Jika demikian rasa sakitnya, maka biarlah siksa maut ini ditimpakan kepadaku saja, jangan kepada umatku.”

Tak lama, tubuh rasulullah perlahan menjadi dingin dan Sayyidina Ali bin Abu Thalib segera mendekati telinga rasulullah dan membisikkan sesuatu. Setelah itu, para sahabat berdatangan menunggu di luar, berpelukan dan sedih akan kepergian rasulullah ke rahmatullah.

Betapa besarnya kasih sayang rasulullah pada umatnya, bahkan di akhir hayatnya ia masih mengkhawatirkan umatnya setelah ketiadaannya nanti.

Allahumma shalli ala Muhammad.

 

Suha Yumna

Add comment

Submit