Muslimahdaily - Nabi Musa alaihissalam merupakan salah satu nabi utusan Allah yang diberikan ujian berupa raja yang dzhalim dan kaumnya yang keras kepala. Enggan untuk beriman setelah beberapa kali diperlihatkan kekuasan Allah.

Bahkan setelah mereka diberikan adzab yang nyata pun, mereka masih terus ingkar. Sebagaimana tercatat dalam Al-Quran sebagai berikut,

Allah berfirman, “Dan ketika ereka ditimpa adzab (yang telah diterangkan itu) mereka pun berkata, “Wahai Musa! Mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu sesuai dengan janji-Nya kepadamu. Jika engkau dapat menghilangkan adzab itu dari kami, niscaya kami akan beriman kepadamu dan pasti akan kami biarkan Bani Israil pergi bersamamu,” Tetapi setelah Kami hilangkan adzab itu dari mereka hingga batas waktu yang harus mereka penuhi ternyata mereka ingkar janji. Maka Kami hukum Sebagian di antara mereka, lalu Kami tenggelamkan mereka di laut karena mereka telah mendustakan ayat-ayat Kami dan melalaikan ayat-ayat Kami.” (QS. Al-A’raf: 134-136).

Dikisahkan dalam Kitab Kisah Para Nabi karya Imam Ibnu Katsir, bahwa saat Raja Firaun dan kaumnya merasa sudah tertekan oleh berbagai bencana yang Allah turunkan pada mereka, mereka pun akhirnya mendatangi Nabi Musa dan berjanji akan beriman.

Musa pun berdoa kepada Tuhannya agar bencana yang menimpa Firaun dan kaumnya segera berakhir. Namun, mereka tak menepati janji dan tetap saja mempertahankan kekufuran mereka. Maka setelah itu, diutuslah belalang oleh Allah sebagai bencana bagi mereka yang memakan seluruh tanaman.

Bahkan tak hanya tanaman, belalang-belalang itu juga menggerogoti paku yang terbuat dari besi yang digunakan untuk memperkuat bangunan, sehingga rumah-rumah mereka menjadi roboh. Setelah itu mereka meminta kembali kepada Musa seperti sebelumnya, dan berjanji akan beriman.

Musa pun berdoa pada Allah untuk menghentikan bencana tersebut.

Setelah Allah kabulakn, mereka masih saja tidak menepati janji untuk segera beriman kepada Allah. Saat itu pula Allah menurunkan kutu-kutu sebagai bencana bagi mereka. Nabi Musa diperintahkan untuk berjalan ke padang pasir untuk kemudian memukulkan gundukan pasir disana dengan tongkatnya.

Lalu Musa pun melangkahkan kaki menuju pasir-pasir yang bergelombang dan memukulnya dengan tongkat, dari situ keluarlah kutu-kutu yang akhirnya menyerang rumah dan makanan orang-orang Mesir hingga mereka tak dapat makan dan tidur.

Saat semakin kesusahan, mereka kembali menemui Nabi Musa untuk menyatakan hal yang sama dengan pernyataan mereka sebelumnya. Dengan hati yang lapang, Nabi Musa berdoa kepada Allah untuk mengangkat bencana tersebut. Namun, lagi-lagi mereka ingkar dan berbohong.

Diturunkanlah kembali adzab dari Allah berupa katak-katak. Katak itu memenuhi makanan, bejana, dan seisi rumah mereka. Setiap kali mereka ingin memakan makanan atau mengenakan pakaian, maka di dalamnya mereka akan menemukan katak yang telang mengotorinya.

Keadaan kemudian semakin sulit, hingga akhirnya mereka harus menemui Musa lagi untuk menghentikan ini semua. Permohonan maaf dan janji kembali mereka ucapkan, Nabi Musa pun taka da bosannya untuk berdoa kepada Allah untuk menghentikan bencana tersebut.

Hingga seketika itu juga bencana segera diangkat dari mereka. Namun, mereka tetap mengingkari janji dan tak mau beriman. Dikirimkanlah darah yang mengontaminasi sumber air Firaun dan kaumnya, hingga mereka tak dapat mengambil air dari sumur ataupun sungai mereka. Setiap kali menyidukkan air dari bejana, maka mereka akan melihat air itu telah tercampur darah yang sangat kental.

Sungguh, mereka adalah orang-orang yang larut dalam kesesatan. Mereka merasa sombong sehingga tak mau mempercayai tanda-tanda kebesaran Allah dan mengikuti Rasul-nya, meskipun mereka telah diperlihatkan banyak mukjizat yang nyata.

Meski begitu, Allah Yang Mahaagung, Maha Pemurah dan Maha Berkuasa tetap menangguhkan adzab yang sesungguhnya dan tidak menyegerakannya, Allah tetap memberikan kesempatan untuk bertaubat dengan disertai ancaman jika mereka tetap larut dalam kekufuran.

Setelah hujjah sudah tegak atas mereka, hingga mereka tak dapat ditoleransi lagi berbagai alasan mereka untuk tetap kafir, maka adzab yang sesungguhnya pun sudah layak dijatuhkan, agar adzab tersebut menjadi pelajaran bagi orang-orang kafir setelah mereka, dan menjadi hikmah bagi orang-orang yang beriman.