Muslimahdaily - Peristiwa kelahiran Nabi Muhammad merupakan keberkahan bagi umat manusia dan dianggap sebagai peristiwa sakral yang memiliki tempat spesial tersendiri dalam sejarah Islam. Kisahnya ini berawal dari pernikahan ayahnya, Abdullah dan ibunya, Aminah binti Wahab bin Abdi Manaf bin Zuhra.
Saat itu, Abdullah sudah mencapai umur matang yakni dua puluh empat tahun. Ia juga sudah memiliki niat hendak menikah. Ayahnya, Abdul Muthalib yang merupakan pemegang kunci Mekkah, kemudian memilih Aminah sebagai calon istri untuk anaknya. Aminah binti Wahab bin Abdi Manaf bin Zuhra berasal dari keluarga terhormat dan usianya juga tidak terpaut jauh dari usia Abdullah.
Tidak lama setelah Abdul Muthalib dan Abdullah menemui keluarga Aminah untuk bertemu dengan keluarganya dan melamar secara langsung, pernikahan pun dilangsungkan. Sesuai kebiasaan adat masyarakat Arab pada zaman itu, pengantin baru diharuskan tinggal di rumah keluarga pengantin perempuan selama tiga hari. Maka Abdullah dan Aminah pun tinggal di rumah orang tua Aminah, baru kemudian pindah ke rumah keluarga Abdul Muthalib.
Beberapa saat setelah mereka menikah, Abdullah diharuskan pergi bersama kafilah dagang untuk berniaga ke Suriah dan meninggalkan Aminah yang kala itu sudah mulai mengandung. Bukan hanya ke Suriah saja, Abdullah juga sempat mengunjungi Gaza, Palestina untuk beberapa waktu.
Di tengah perjalanan pulang, kafilah dagang Abdulullah sempat singgah di Madinah (Yastrib) untuk beristirahat. Peluang itu pun dimanfaatkan oleh Abdullah untuk berkunjung ke rumah saudara-saudara ibunya. Karena kelelahan akibat perjalanan panjang, Abdullah pun jatuh sakit dan dirawat di rumah saudara ibunya. Para kawan pedagangnya pulang lebih dulu ke Mekkah dan memberi kabar mengenai kondisi Abdullah kepada Abdul Muthalib.
Sang ayah kemudian mengutus putra tertuanya, Harits, untuk menengok Abdullah dan membawanya pulang apabila sudah sembuh. Namun sayangnya takdir berkata lain, sesampainya Harits di Madinah, ia menemukan bahwa Abdullah sudah wafat dan sudah dikuburkan sebulan setelah kafilah dagangnya kembali ke Mekkah.
Harits pun kembali ke Mekkah sambil membawa kabar duka. Keluarga sangat sedih mendengar kabar ini, terutama Abdul Muthalib dan Aminah yang saat itu sedang hamil. Dirinya merasa sangat kehilangan sosok suami tercinta. Abdullah meninggalkan warisan berupa lima ekor unta, sekelompok ternak kambing dan seorang budak perempuan bernama Ummu Aiman, yang kemudian akan menjadi pengasuh Nabi Muhammad nantinya.
Kelahiran Nabi Muhammad
Tak berselang lama, Muhammad lahir di Mekkah pada hari Senin, tanggal 12 Rabiul Awal tahun Gajah, bertepatan pada 20 April 571 M. Di saat lahirnya Muhammad, terdapat beberapa peristiwa besar dan menakjubkan yang terjadi secara bersamaan. Salah satunya peristiwa kalahnya pasukan bergajah Abrahah yang ingin menghancurkan Ka’bah.
Pasukan gajah tersebut kalah setelah mendapat serangan hujan api dari burung ababil yang dikirim Allah Ta’ala. Bukan hanya itu saja, diriwayatkan Ibnu Sa’ad Ahmad ibn Hanbal Darini, terdapat cahaya yang kemudian menerangi istana-istana di Rum tepat ketika Muhammad lahir ke dunia.
Sang kakek pun yang menerima kabar bahwa Aminah melahirkan seorang anak laki-laki langsung bergembira. Ia segera menemui menantunya tersebut dan membawa bayi yang baru dilahirkan itu ke Ka’bah seraya memberinya nama Muhammad.
Tujuh hari setelah kelahiran Nabi Muhammad, Abdul Muthalib mengadakan kenduri dengan menyembelih unta. Ia juga mengundang masyarakat Quraisy untuk makan bersama. Banyak dari masyarakat Quraisy yang kemudian bertanya-tanya mengenai alasan pemberian nama Muhammad. Alasannya karena nama tersebut lain daripada nama-nama nenek moyang mereka sebelumnya.
Abdul Muthalib pun menjawab, “Kuinginkan dia akan menjadi orang yang terpuji bagi Tuhan di langit dan bagi makhluk-Nya di bumi.”
Kelahiran Nabi Muhammad ini kemudian menjadi salah satu perayaan besar yang diadakan oleh umat muslim setiap tahunnya, yang diberi nama Maulid Nabi yang tepat dilaksanakan setiap 12 Rabiul Awwal.
Wallahu ‘alam.