Muslimahdaily - Kisah kali ini datang dari Nabi Khidir, diceritakan langsung oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pada para sahabatnya.
Ketika pada suatu hari, Nabi Khidir sedang berjalan-jalan di pasar Bani Israil, kemudian ada seorang mukatab (seorang budak yang berjanji kepada tuannya untuk menyicil uang untuk membayar pembebasannya sebagai budak) melihatnya dan berkata, “Bershadaqahlah kepadaku, semoga anda mendapatkan keberkahan dari Allah.”
Khidir menjawab, “Aku beriman kepada Allah, apa yang dikehendaki oleh-Nya pasti terjadi (ungkapan takjub). Aku tidak memiliki apa-apa saat ini untuk aku berikan kepadamu.”
Orang itu berkata lagi, “Demi kebesaran Allah aku bertanya kepadamu, mengapa kamu tidak bershadaqah kepadaku, sesungguhnya aku melihat tanda keluhuran di wajahmu. Aku hanya memohon sedikit keberkahan yang ada pada dirimu.”
“Percayalah kepadaku atas nama Allah, aku tidak punya apapun untuk aku berikan kepadamu. Kecuali jika kamu mau mengambil tubuhku agar kamu dapat menjualnya (untuk dijadikan budak),” ujar Khidir.
Kemudian orang itu bertanya, “Apakah kamu benar-benar akan memberikan dirimu untukku?” Khidir menjawab, “Benar sekali, aku berkata jujur kepadamu. Kamu telah meminta kepadaku dengan mengatas namakan Tuhan, maka demi kebesaran-Nya aku tidak akan mengecewakanmu. Juallah diriku.”
Setelah percakapan itu terjadi, orang yang meminta shodaqoh dari Nabi Khidir itu segera ke tempat perdagangan hamba sahaya. Ia menjual Khidir dengan harga empat ratus dirham. Maka Khidir pun menjadi milik pembelinya.
Namun, setelah tinggal bersama pembelinya untuk sekian lama, sang pembeli itu tidak pernah menyuruhnya sama sekali dan tidak pernah menggunakan tenaga Nabi Khidir.
“Kamu membeliku tentu untuk mendapatkan manfaat dariku, maka perintahkanlah aku untuk melakukan sesuatu,” ujar Khidir.
Pembeli itu menjawab, “Aku tidak mau menyulitkan dirimu, karena kamu sudah tua dan lemah. Mendengar hal tersebut, Khidir memaksa, “Kamu tidak akan menyulitkan diriku.”
Akhirnya pembeli itu pun mulai menyuruh Khidir. “Pindahkanlah batu ini,” ujarnya.
Setelah memberikan perintah, ia pun keluar dari rumahnya untuk menyelesaikan suatu urusan. Setelah satu jam berlalu, ia kembali lagi dan melihat batu itu sudah dipindahkan, padahal bisanya batu itu hanya bisa diangkat oleh enam orang lebih dan menghabiskan waktu satu hari penuh.
Melihat hasil kerja Nabi Khidir, majikannya berkata, “Bagus sekali pekerjaanmu. Kamu telah melakukan pekerjaan yang aku kira sebelumnya kamu tidak akan dapat melakukannya.”
Suatu hari, pembeli itu berniat untuk melakukan perjalanan jauh. Ia pun memberikan kepercayaan kepada Khidir untuk menjaga rumah dan keluarganya. Khidir kembali meminta sesuatu untuk dikerjakan, namun pembeli tidak mau memberatkannya.
Namun, Khidir kembali memaksa dan akhirnya ia diberi pekerjaan. “Buatkanlah untukku batu bata untuk merenovasi rumahku sampai aku kembali lagi.”
Setelah melakukan perjalanan dan kembali ke rumah, pembeli itu sangat terkejut tentang apa yang telah dilakukan Khidir. Ia tak hanya membuatkan batu bata, tetapi juga melakukan renovasi rumah sang pembeli. Maka pembeli itu bertanya, “Demi kebesaran Allah aku bertanya kepadamu, siapakah dirimu sebenarnya?”
Khidir menjawab, “Kamu bertanya kepadaku atas nama Allah, padahal pertanyaan yang diajukan kepadaku atas nama Allah sebelum ini telah membuatku menjadi seorang hamba sahaya. Namun aku tetap akan menjawab pertanyaanmu. Aku adalah Khidir dan kamu tentu tahu siapa aku sebenarnya jika mengetahui namaku itu. Sebelumnya kamu membeliku, ada orang mislin yang meminta shadaqah dariku, namun aku tidak memiliki apa-apa untuk aku berikan kepadanya. Lalu ia memintaku atas nama Tuhan, maka aku berikan diriku untuk dijualnya. Lalu ia pun menjualku. Dan aku akan memberitahukan kepadamu, bahwa siapa saja yang ditanya atas nama Tuhan, lalu ia menolak untuk memberikan padahal ia sanggup untuk memberi, maka di Hari Kiamat nanti orang itu akan berusaha untuk berdiri tanoa kulit dan tanpa daging di seluruh tubuhnya, bahkan tanpa tulang yang berdecit.”
“Aku beriman kepada Allah. Aku telah memberikan pekerjaan yang berat kepadamu wahai Nabi, aku tidak menyadari bahwa engkau adalah seorang Nabi,” ujar pembeli itu.
Khidir menjawab, “Tidak apa-apa, kamu telah baik terhadapku selama ini dan juga telah memberikan tempat yang teduh untukku.”
“Demi ayah dan ibuku wahai Nabi, tetapkanlah hukuman bagiku, atau keluargaku atau hartaku sesuai dengan ketetapan yang Allah turunkan. Atau apakah aku boleh mengganti hukuman dengan memerdekakan engkau?” ujar si pembeli.
“Aku senang jika kamu mau membebaskan aku, agar aku dapat menyembah Tuhan setiap waktu,” ujar Khidir.
Maka pembeli itu pun segera membebaskan Khidir. “Segala puji bagi Allah yang menuntunku untuk menjadi seorang budak, lalu menyelamatkanku dai perbudakan,” lanjur Nabi Khidir.
Wallahu a’lam.
Sumber: Kitab Kisah Para Nabi – Imam Ibnu Katsir