Muslimahdaily - Dikisahkan bahwa Uzair adalah salah seorang Nabi yang diutus kepada Bani Israil; Ia datang selama jeda antara Dawud dan Sulaiman, dan Zakariya dan Yahya. Pada masanya, tak seorang pun dari Bani Israel kebetulan menghafal Taurat, Allah Subhanahu wata'ala mengilhami dia untuk melakukannya di dalam hatinya dan kemudian dia membacakannya kepada Bani Israel. Wahb Ibn Munabih berkata: Allah Yang Mahakuasa memerintahkan Malaikat turun dengan cahaya untuk melemparkan Uzair. Dengan melakukan ini, dia menyalin Taurat surat demi surat hingga selesai.
Di Suatu hari Uzair sedang berjalan melintasi sebuah negeri yang porak-poranda. Pendapat yang masyhur mengatakan, negeri yang dilintasi itu adalah Baitul Muqaddas, Palestina. Ia melintasinya setelah negeri dan seisinya dulu dihancurkan oleh Bukhtunnashir.
Uzair perlahan melintasi suasana sepi yang terdiri dari bangunan-bangunan tak berbentuk. Ia berhenti lalu merenungkan mengapa kondisi itu bisa terjadi, padahal sebelumnya kampung ini ramai dan hidup. "Bagaimana Allah akan menghidupkan semua ini setelah kematiannya?” ujar Uzair setelah melihat kehancuran, keheningan yang menyelimuti kampung tersebut.
Uzair bertanya: Bagaimana Allah menghidupkan tulang-tulang ini setelah kematiannya, di mana ia berubah menjadi sesuatu yang menyerupai tanah. Uzair tidak meragukan bahwa Allah mampu menghidupkan tulang-tulang ini, tetapi ia mengatakan hal tersebut atas rasa heran dan kekaguman. Belum lama Uzair mengutarakan kalimatnya itu ia mati. Allah mengutus malaikat maut padanya lalu rohnya dicabut, sementara keledai yang dibawanya masih tetap di tempat. Ketika melihat tuannya sudah tak berdaya, keledai itu tetap bertahan hingga matahari tenggelam lalu datanglah waktu Subuh. Keledai berusaha berpindah dari tempatnya namun ia terikat di tempat sehingga ia mati kelaparan.
Allah menghidupkannya kembali. Pertama adalah matanya agar ia bisa melihat, berikutnya adalah anggota badannya. Ketika ia terbangun, Allah bertanya kepadanya melalui perantara malaikat. "Berapa lama kamu tinggal?" Ia menjawab, "Satu atau setengah hari." Karena ketika ia merasa tertidur, terjadi tepat di siang hari dan ketika bangkit kembali di siang hari.
Lalu Allah berfirman, "Sesungguhnya kamu telah tinggal di sini selama 100 tahun. Lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum berubah; dan lihatlah kepada keledai kamu (yang telah menjadi tulang belulang); Kami akan menjadikanmu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali; kemudian Kami membalutnya dengan daging."Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati) Ia pun berkata, "Saya yakin bahwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.'' (QS Al-Baqarah [2]: 259).
Saat Uzair kembali ke kampung
Setelah yakin akan kekuasaan Allah, Uzair kembali ke kampung dengan menaiki keledainya. Ia menyaksikan kampung itu sudah banyak diisi oleh manusia. Ketika melewati orang-orang, ternyata mereka tidak mengenalinya lagi. Ia pun mendatangi rumahnya dan terlihat seorang wanita buta berusia sekitar 120 tahun.
Sebagaimana dikisahkan Ibnu Katsir, saat Uzair meninggalkan kaumnya, wanita itu berusia 20 tahun dan sebelumnya mengenal Uzair dengan baik. "Wahai Ibu, apakah ini rumah Uzair?" tanyanya. Wanita itu membenarkannya dan menangis. Sebab, selama 100 tahun tak ada orang yang menyebut nama tersebut.
Uzair pun memperkenalkan dirinya dan menceritakan tentang kematiannya selama 100 tahun. Wanita itu tak percaya begitu saja. Uzair adalah seseorang yang mustajab doanya. Ia senantiasa mendoakan orang yang sakit dan tertimpa musibah untuk diberikan kesehatan serta kesembuhan. "Berdoalah kepada Allah agar mengembalikan penglihatanku, sehingga aku bisa mengenalimu."
Uzair berdoa untuk kesembuhan wanita itu. Ia kemudian mengusapkan kedua tangannya ke mata perempuan tua itu. Atas izin Allah, kesembuhan di dapatinya sehingga dapat mengenali Uzair.
Wanita itu kemudian mendatangi orang-orang Bani Israil dan mengatakan bahwa Uzair telah kembali. Namun, Bani Israil tak langsung mempercayainya. Setelah wanita itu bersaksi siapa dirinya, dengan serta-merta orang Yahudi itu mengatakan bahwa Uzair adalah anak Allah. Anaknya pun mengenali Uzair dari tanda hitam yang ada di antara kedua pundaknya. Mereka akhirnya meminta Uzair untuk membacakan kitab Taurat sebab di antara mereka sudah tidak ada lagi yang paham tentang kitab Taurat, karena telah dibakar oleh Bukhtunnashir.
Ayahnya Uzair, Sarukha, telah menyembunyikan sebuah kitab Taurat di salah satu tempat dan hanya Uzair yang tahu tempat itu. Maka, ia pun menggalinya dan mengeluarkan Taurat dari dalam tanah.
Uzair kemudian merenungi isi Taurat yang telah diingatnya dan orang-orang Bani Israil memperhatikannya. Allah kemudian mengilhamkan padanya isi Taurat dan ia menyampaikan isinya kepada Bani Israil. Sejak saat itulah, oleh Bani Israil (Yahudi), Uzair dipanggil dengan putra tuhan.
Menurut Ibnu Asakir yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas, Abdullah Ibnu Salam bertanya padanya dan menanyakan panggilan Uzair putra tuhan itu. Ibnu Salam menjelaskan, "Ketika Uzair menulis Taurat dari hafalannya, Bani Israil berkata, 'Dulu Musa hanya bisa memberikan Taurat kepada kita dengan tulisannya, tetapi Uzair memberikan Taurat kepada kita tanpa tulisan (kitab)'." Maka, sekelompok orang mengatakan Uzair putra tuhan sebagaimana dijelaskan dalam surat At-Taubah [9]: 30.
Para ulama mengatakan, turun-temurunnya kitab Taurat terputus hingga masa Uzair. Menurut Ishaq bin Bisyr, pada masanya terdapat sembilan kejadian besar, yakni Bukhtunnashir, kebun Shan'a, kebun Saba, Ashab al-Ukhduud, Hashur, Ashab al-Kahfi, Ashab al-Fiil, kota Anthakiyah, dan kejadian kaum Tubba penyembah berhala.