Muslimahdaily – Laila Al-Ghifariyah radhiyallahu’anha beliau merupakan sosok perempuan cilik yang ikut berjuang bersama pasukan muslimah, ia bertugas untuk mengobati para sahabat yang terluka di medan perang. Namanya mungkin tidak sepopuler sahabat di golongan muslimah lainnya, seperti Asma binti Abu Bakar dan Khaulah binti Azwar. Namun, namanya tersebut tercatat di dalam sejarah Islam.
Imam at-Thabarani di dalam kitabnya meriwayatkan dari Laila Al-Ghifariyah dia berkata: “Aku pernah keluar bersama Rasulullah Shaallahu Alaihi Wassalam dan aku mengobati orang-orang yang terluka (Maima’uz Zawa’id).
Selain Laila Al-Ghifariyah, ada beberapa Shahabiyah Nabi yang bertugas untuk membantu sahabat nabi yang terluka, di antaranya adalah Ummu Sinan al-Aslamiyah, Ummu Ziyad al-Asyaja’iyah, Umayah binti Qais al-Gifariyah, Ummu Dlahhak binti Mas’ud, Ummu Kabsyah al-Qudha’iyah.
Dilansir dalam Sirah Ibn Hisyam tentang peristiwa perang Khaibar, dikisahkan bahwa saat melewati kabilah Ghifar menuju Khaibar di utara Madinah, Nabi dan pasukan disambut oleh kaum wanita dari anak-anak hingga orang tua. Mereka berdesak-desakan mengikuti prajurit untuk menawarkan bantuan.
Di antara kaum wanita itu terdapat seorang anak perempuan yang baru menginjak remaja. Namanya Laila Al-Ghifariyah, anak yang cerdas, energik, dan penuh semangat. Nabi merasa kasihan terhadap Laila yang masih kecil dan berjalan kaki, lalu beliau menaikkannya ke unta agar Laila tidak kecapean.
Nabi berhenti dan Laila mengikutinya. Pada saat itu rupanya ada darah di sekitar pelana yang didudukinya tersebut. Setelah kejadian tersebut, ia kembali menaiki unta itu untuk menutupi darah haidnya, supaya tidak terlihat oleh Baginda Nabi.
Setelah kejadian tersebut, nabi tetap bersikap tenang, membiarkan Laila bersama beliau untuk membuktikan bahwa ia istimewa diantara kaum wanita lainnya. Laila mendapat seuntai kalung dari pemberian Nabi. Beliau sendiri juga mengalungkan ke lehernya, hal tersebut menjadi saksi bisu bahwa beliau mencintai, memberi semangat, hingga menghormati gadis itu.
Laila pun tumbuh dewasa. Ia terus mengabdi kepada Islam dengan kemampuan yang bisa ia berikan. Ketika ia dalam keadaan sekarat, ia berwasiat agar setelah meninggal ia dimandikan dengan air yang sudah tercampur dengan garam, dan kalung pemberian Nabi itupun turut ikut dikubur bersamanya. Laila Al-Ghifariyah wafat pada 40 Hijriyah. Namanya tersebut selalu dikenang dengan Sosok Perempuan Cilik yang menjadi Perawat di Medan Perang.