Muslimahdaily- Nabi Sulaiman salah satu nabi yang memiliki mukjizat bisa mengerti bahasa bermacam-macam makhluk hidup di alam semesta. Kisah yang terkenal di kalangan umat muslim adalah ketika Nabi Sulaiman berbicara dengan binatang. Namun, sebenarnya terdapat kisah lain yang menyebutkan bahwa Nabi Sulaiman juga bisa berbicara dengan tanaman.
Melalui perbincangannya tersebut Nabi Sulaiman Alaihisalam dengan tanaman, muncul konsep Ekologi Spiritual kenabian pada masanya.
Ekologi spiritual menekankan pentingnya dimensi spiritual dalam merawat alam karena alam tidak layak dieksplorasi habis-habisan. Lingkungan alam yang meliputi makhluk hidup seperti tanaman, hewan, maupun benda mati seperti bebatuan, air, dan tanah sangat erat kaitannya dengan keperluan hidup manusia.
Bagi manusia yang beragama, sumber daya alam merupakan bekal berharga yang menjadi sarana beribadah kepada Tuhannya dan dapat diwariskan untuk generasi berikutnya.
Sebuah hadits yang diriwayatkan dari Al-Hasan melalui Qatadah mengatakan bahwa ketika Nabi Sulaiman ‘alaihis salam selesai membangun Baitul Maqdis, dia memasuki tempat shalat dan tiba-tiba di hadapannya ada segerombol semak-semak yang berwarna hijau.
Ketika Beliau selesai shalat, semak-semak itu bersuara, ‘Tidakkah engkau akan bertanya siapa aku ini?’ Nabi Sulaiman ‘alaihis salam menjawab, ‘Ya siapa engkau ini?’ Semak-semak itu menjawab, ‘Aku adalah semak-semak yang bernama ini dan itu, serta merupakan obat untuk penyakit ini dan itu,’” (Al-Hafiz Adz-Dzahabi, Thibbun Nabawi, [Beirut, Dar Ihyail Ulum: 1990], halaman 68).
Berdasarkan hadits tersebut, tempat tumbuh tanaman yang berbicara dengan Nabi Sulaiman ‘alaihi salam sangat dekat dengan tempat ibadah shalat. Perbincangan antara Nabi dan tanaman dilakukan setelah ibadah shalat. Sebagai seorang raja yang mengurusi banyak keperluan rakyatnya, Nabi Sulaiman memberikan perhatian terhadap kemanfaatan tanaman sebagai bentuk pelaksanaan amanah dari Allah subhanahu wa ta’ala. Dengan kata lain, mengurusi ekologi sangat erat dengan urusan spiritual.
Koleksi dan perbanyakan tanaman yang bermanfaat bagi manusia telah dilakukan oleh Nabi Sulaiman. Budidaya tanaman pangan maupun tanaman herbal yang berkhasiat obat merupakan konsep penting ekologi spiritual. Dalam riwayat yang lain, Nabi Sulaiman juga memiliki kebun koleksi tanaman yang bermanfaat untuk berbagai keperluan. Hasil dari tanaman kebun itu tidak hanya dapat dinikmati manusia, tetapi juga untuk hewan ternak dan hewan liar.
Keunikan tanaman-tanaman bermanfaat yang tumbuh di berbagai belahan dunia selalu sesuai untuk mencukupi kebutuhan manusia di daerah tempat dia tumbuh. Misalnya, tanaman pangan di daerah tropis yang berbeda dengan tanaman pangan di daerah subtropis akan sesuai dengan kondisi kebutuhan energi manusia yang berbeda iklim lingkungannya tersebut.
Tanaman obat yang tumbuh di lingkungan berbeda-beda menjadi kajian etnomedisin bagi para ahli pengobatan. Bahkan, Hippocrates yang merupakan Bapak Ilmu Kedokteran pernah merekomendasikan agar setiap penderita sakit harus diobati dengan tumbuh-tumbuhan yang berasal dari negerinya sendiri.
Tanaman buah juga selalu memberikan nutrisi yang tepat sesuai dengan kebutuhan manusia dan musim yang dialami. Oleh karena itu, musim buah selalu berganti karena menyediakan kebutuhan gizi manusia yang selalu dinamis.
Akhir-akhir ini, para peneliti melalui aktivitas riset dan percobaan sedang berusaha menguak bahasa segala makhluk hidup yang ada di dunia, termasuk bahasa tanaman. Kita perlu mengapresiasi upaya dan ikhtiar-ikhtiar dalam bentuk riset dan eksperimen tersebut.
Sebagai bagian dari manusia yang beragama, kaum muslimin selayaknya berupaya untuk menerapkan ekologi spiritual. Gerakan menanam pohon masih sangat relevan untuk terus digalakkan. Selain mendukung ketersediaan tanaman sebagai sumber daya alam yang kaya manfaat. Upaya tersebut juga memiliki arti agar tanaman tetap lestari dan dapat dinikmati oleh generasi di masa yang akan datang.