Muslimahdaily - Suatu hari Nabiyullah Ibrahim 'alaihissalam melewati sebuah bangkai hewan yang telah menjadi tulang belulang. Beliau kemudian bertanya-tanya, bagaimana Allah Al Baa'its menghidupkan sesuatu yang telah mati. Lalu, bagaimana pula kehidupan terjadi setelah kematian.
Sang utusan Allah pun kemudian memanjat do'a, meminta kepada Al khaliq, "Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati," pinta Nabi Ibrahim.
Allah kemudian berfirman kepada nabiyullah ayahanda Ismail dan Ishaq tersebut, "Belum yakinkah kamu?"
Nabi Ibrahim pun menimpali, "Aku telah yakin. Akan tetapi (aku memintanya) agar hatiku tetap mantap dengan keimananku," ujar nabiyullah.
Maka diwahyukanlah kepada Nabi Ibrahim untuk mengambil empat ekor burung untuk kemudian dilatih agar mengenali majikannya. Nabi Ibrahim pun melakukan apa yang diperintahkan kepadanya.
Dipeliharalah empat ekor burung oleh Nabi Ibrahim. Setiap hari burung itu dilatih hingga menjadi peliharaan yang pandai. Hanya dengan tepukan, maka burung-burung akan datang.
Jika burung itu dilepaskan ke alam bebas, maka mereka dapat kembali kepada Sang utusan Allah. Bahkan sekalipun dilepaskan di tempat yang jaraknya sangat jauh, para burung dapat pulang ke tempat sang majikan, nabiyullah Ibrahim.
Namun sayang seribu sayang, empat ekor burung terlatih itu harus dipotong. Tak hanya itu, tubuh-tubuh mereka pun harus dicacah hingga bagian-bagian kecil. Inilah memang tujuan awal mengambil empat ekor burung sebagai peliharaan sang nabi. Demikianlah yang Allah perintahkan yang kemudian dilakukan oleh Nabi Ibrahim.
Allah berfirman: "Kalau demikian tujuanmu, ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah semuanya olehmu. Letakkan di atas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka," firman Allah Ta’ala kepada kekasih-Nya, Ibrahim ‘alaihissalam.
Cacahan tubuh empat ekor burung kemudian dicampur menjadi satu ke dalam wadah. Selepas itu, Nabi Ibrahim membaginya menjadi empat bagian. Setiap bagian ditaruhnya di atas bukit yang berbeda. Jarak bukit satu dengan lainnya pun sangat berjauhan.
Usai menuruni bukit, Nabi Ibrahim menepukkan tangannya. Beliau 'alaihissalam memanggil empat ekor burung peliharaanya yang telah tercacah tak bernyawa. Dengan kekuasaan Allah, kun fayakun, empat ekor burung itu kembali kepada Ibrahim Al Hanif. Mereka terbang mendatangi sang rasul Allah dalam kondisi hidup dan utuh tak cacat sedikit pun.
Kisah ajaib hidupnya kembali empat bangkai burung milik Nabi Ibrahim tersebut disebutkan dalam Surah Ibrahim ayat 260. Pada akhir ayat dikatakan, "Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana".
Salah satu sifat Allah dari 99 Asmaul Huna yakni Al Baa’its yang artinya Maha Membangkitkan. Kisah nabi Ibrahim dan empat ekor urung tersebut telah membuktikan sifat Allah yang agung tersebut. Hanya dengan kun fayakun, maka segala sesuatu yang diinginkan Allah untuk jadi maka terjadilah.
Bagaimana Allah membangkitkan sesuatu yang sudah mati? Diibaratkan di dalam Al Qur’an, hal itu layaknya menumbuhkan tanaman-tanaman yang layu menjadi indah kembali.
"Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah. Yang demikian itu, karena sesungguhnya Allah, Dialah yang haq dan sesungguhnya Dialah yang menghidupkan segala yang mati dan sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya hari kiamat itu pastilah datang, tak ada keraguan padanya; dan bahwasanya Allah membangkitkan semua orang di dalam kubur," (Q.S Al Hajj 5-7).