Muslimahdaily - Kematian merupakan suatu hal yang paling ditakuti oleh umat manusia. Manusia takut akan kematian karena amalannya selama di dunia belum lah cukup. Namun sering kali ketika masih diberi kesempatan hidup di dunia, manusia menjadi lalai dan tak memperbanyak amalannya.
Kematian bukan hanya menakutkan, namun juga menyedihkan. Bagi orang yang ditinggalkan, pasti akan merasakan kesedihan yang luar biasa. Apalagi jika yang wafat merupakan keluarga atau kerabat dekat kita, pasti merasa sangat kehilangan dan sedih.
Kesedihan ini juga pernah dirasakan oleh Nabi Adam Alaihi salam. Nabi Adam pernah merasakan kesedihan yang mendalam ketika ditinggal wafat oleh anaknya. Begitu pula dengan sang istri, Siti Hawa. Siti Hawa pun sangat sedih dan terpukul dengan kabar wafatnya anak mereka.
Kala itu, Nabi Adam mengetahui fakta bahwa anaknya wafat. Ia pun lantas memberi tahu istrinya bahwa anak mereka telah tiada. Namun pada awalnya, Hawa tak dapat mengetahui apa iti definisi mati. Lantas ia pun bertanya, apa itu kematian pada Nabi Adam. Nabi Adam pun mendefinisikan kematian adalah kondisi di mana makhluk tak dapat makan, tak dapat minum, tak dapat berdiri, dan tak dapat duduk. Mendengar penjelasan Nabi Adam, Siti Hawa pun menangis. Ia merasa sedih karena mengetahui apa itu definisi kematian.
Kisah ini terdapat pada bab an nahyi 'an tamanniy al mauti waddu'ai bihi lidzurri nazala fi al-maali wa al-jasadi).
وروى الترمذي الحكيم أبو عبدالله : حدثنا قتيبة بن سعيد والخطيب بن سالم عن عبد العزيز الماجشون عن محمد بن المنكدر قال: مات ابن لام عليه السلام : فقال : يا حوا إنه قد مات ابنك، قالت: وما الموت ؟ قال : لا يأكل، ولا يشرب، ولا يقوم، ولا يقعد، فرنت. فقال آدم عليه السلام: عليك الرنة وعلى بناتك أنا وبني منها برآء
Dan At Tirmidzi Al Hakim Abu Abdullah meriwayatkan, Qutaybah bin Saidd dan Al Khotib bin Salim meriwayatkan dari Abdul Aziz Al Majisyun dari Muhammad bin Al Mankadr berkata, “Nabi Adam memberitakan kepada Hawa bahwa anaknya telah meninggal, lalu dia berkata, "Wahai Hawa, anakmu telah meninggal dunia."
Hawa kemudian bertanya, "Apa yang dimaksud dengan meninggal dunia?" Dia berkata, "Meninggal dunia adalah tidak bisa makan dan tidak bisa minum, tidak bisa berdiri dan tidak bisa duduk." Mendengar keterangan tersebut Hawa menjadi sedih dan menangis. Lalu Adam berkata kepadanya, "Kamu dan anak perempuanmu berhak menangisinya, sedangkan aku dan anak laki-lakiku tidak harus menangisinya."
Berdasarkan kisah Nabi Adam, maka dapat diambil kesimpulan bahwa ketegaran harus dimiliki oleh laki-laki. Namun, bukan berarti laki-laki tak boleh sama sekali untuk menangis. Laki-laki boleh merasakan emosi, termasuk kesedihan dan menangis. Namun, alangkah lebih baik jika ketegaran itu dimiliki oleh laki-laki lebih dari perempuan. Sejatinya, laki-laki merupakan imam yang jauh lebih kuat dari pada perempuan, makmumnya.