Muslimahdaily - Sebuah suara misterius menggemparkan seisi kota. Suara itu terdengar sangat pilu. Suara itu layaknya tangisan seorang bocah. Namun tak ada bocah yang tengah menangis. Tak ada seorang pun yang tengah menangis. Karena tangisan itu datang dari sebatang pohon.
Tangisan itu tak kunjung berhenti. Rupanya si pohon menangis karena takut kehilangan seorang pria yang sangat dicintainya. Pria itu terbiasa menjadikannya sandaran dan peneduh. Pria itu selalu menyampaikan kebaikan di bawah rindang si pohon. Pria itu pula yang setiap hari menjadikan si pohon sebagai mimbarnya.
Namun baru saja tadi, si pohon mendengar ketukan palu. Seorang tukang kayu menawarkan sebuah mimbar untuk sang pria. Pria itu setuju. Memang bukan batangnyalah yang akan ditebang. Memang lah ia tak akan ditebang oleh si tukang kayu. Bukan ancaman ditebang menjadi alasannya menangis. Akan tetapi, mimbar si tukang kayu itu lah penyebabnya.
Jika mimbar itu telah dibuat, artinya, esok hari pria itu tak akan lagi menghampiri si pohon. Mimbar itu akan menggantikannya. Mulai esok si pohon tak akan lagi mendengar kata-kata sang pria yang menyejukkah hati. Karena itulah si pohon menangis tersedu-sedu. Si pohon akan kehilangan pria yang sangat dicintainya.
Pohon itu terus saja menangis. Isakannya makin menjadi ketika hari Jum'at tiba. Si pohon menangis sejadi-jadinya hingga batangnya nyaris terbelah. Ia tak kuasa melihat pria yang dicintainya dari kejauhan. Mulai hari ini dan seterusnya, ia hanya bisa memandangnya dari jarak jauh.
Hari Jum'at artinya rutinitas khutbah Jum'at menjadi jadwal si pria. Biasanya, sang pria berdakwah di samping si pohon. Namun Jum'at kali ini, telah ada sebuah mimbar untuk tempat pria itu berdiri menyampaikan dakwah. Orang-orang pun berkumpul untuk mendengarkan khutbahnya.
Saat hari Jum’at itulah suara tangis si pohon menggemparkan semua orang. Suaranya membuat seisi kota bertanya-tanya, siapa gerangan yang menangis sangat sendu. Orang-orang yang hendak mendengar khutbah pun diliputi kecemasan. Karena merekalah yang mendengar suara tangis itu dengan sangat jelas dan lantang.
Tiba-tiba pria yang sangat dicintai si pohon itu turun dari mimbar. Ia mendatanginya. Ya, mendatangi si pohon. Rupanya hanya pria itu lah yang tahu bahwa suara tangis misterius itu berasal dari si pohon.
Pria itu mendekati si pohon, mengelusnya kemudian memeluknya. Ia kemudian berkata kepada jama’ah, “Pohon ini menangis karena tak lagi mendengar nasihat yang biasa disampaikan di sampingnya,” ujarnya. Si pohon pun sangat senang hati. Ia menghentikan suara tangisnya. Ia teramat sangat bahagia.
Meski telah ada mimbar yang menggantikannya, si pohon merasa bahagia karena pria itu tahu rasa dukanya. Ia tak lagi cemburu pada mimbar yang hanyalah benda mati setelah mendapat pelukan istimewa dari sang pria istimewa. Semua pohon di dunia mungkin akan iri padanya karena mendapat pelukan pria itu.
Siapakah gerangan pria yang sangat dicintai makhluk tak bernyawa seperti pohon? Tentu saja jawabannya adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Pohon yang menangis itu merupakan sebatang pohon kurma yang tumbuh kokoh di Masjid Nabawi. Ia ada di sana sejak masjid berdiri. Sejak masjid Nabawi dibangun, pohon itu berfungsi sebagai peneduh Rasulullah saat memberikan khutbah.
Pantas saja si pohon menangis tersedu-sedu ketika Rasulullah dibuatkan mimbar oleh seorang shahabat Beliau. Si pohon kurma ingin selalu berada di samping nabiyullah hingga kematiannya. Tangisan duka si pohon ini bahkan dikatakan oleh Rasulullah akan berlangsung hingga hari akhir. "Kalau tidak aku peluk dia, sungguh dia akan terus menangis hingga hari kiamat," sabda nabi.
Pantas saja si pohon sangat mencintai pria yang selalu di sampingnya. Bahkan tak ada satu pun makhluk ciptaan Allah dari kalangan hewan dan nabat yang tak mencintai Rasulullah, sosok agung nan mengagumkan yang pernah ada dan tak pernah tertandingi. Tentu semua makhluk tersebut berdzikir kepada Allah dan bershalawat kepada beliau. Subhanallah, maha suci Allah yang telah menciptakan beragam makhluk dengan sempurna. Maka jikalau ada manusia yang tak mencintai pribadi Rasulullah, sungguh suatu hal yang aneh dan membingungkan.