Kisah Istri Nabi Ayyub Kesabaran Seluas Samudra

Muslimahdaily - Seorang istri adalah pelengkap bagi suami, sehingga kehadirannya begitu sangat penting. Sungguh, istri sholehah tak tertandingi, bahkan keanggunannanya mampu membuat bidadari cemburu. Impiannya melahirkan generasi-genarasi islami, kokoh hatinya merujuk pada keridhoan suami.

Muslimah, sejenak kita belajar pada kesetiaan seorang istri shalehah pendamping Nabi Ayyub ‘Alaihissalam yakni Siti Rahmah. Ia adalah seornang muslimah yang garis keturunannya tersambung kepada Nabi Yusuf, bahkan ia dilahirakan dari keluarga yang berlimpah kekayaan. Sedang Nabi Ayyub pun seorang Nabi yang memiliki kekayaan berlimpah sebagai rizki dari Allah. Sungguh, kisah cinta keduanya pun telah melahirkan keturunan-keturuan yang banyak, kelak akan menjadi pejihad Allah karena di bangun di atas cinta Allah Subhanahu wa ta’ala sehingga cintanya sejati hingga surga.

Allah sangat mencintai keduanya, hingga kecintaan Allah membuat iblis cemburu dengan berkata, “Ya Allah, Ayyub sangat rajin beribadah kepada-Mu lantaran ia Engkau lapangkan rizki dan kehidupannya.” Lalu Allah menjawab, “Tidak. Dia orang yang shaleh, sekalipun aku tidak melangkan rizki dan hidupnya, dia akan tetap beribadah kepada-Ku.”

Namun Iblis tak mendengarkan Allah, hingga ia turun ke bumi dan menemui Nabi Ayyub. Iblis membakar seluruh binatang ternak milik Nabi Ayyub, namun sungguh kekuatan keimanan Nabi Ayyub dan sang istri tetap kokoh walau harta yang melimpah itu telah hangus.

Melihat hal itu, Iblis semakin diburu cemburu hingga ia menimpakan penyakit yang amat keras. Seluruh tubuh Nabi Ayyub dipenuhi luka-luka dan juga ulat-ulat, seluruh keluarganya menjauh. Selain itu, satu demi satu anaknya pun meninggal. Sungguh ini menjadi sesuatu yang pahit bagi Siti Rahmah, namun hatinya terus bertasbih pada Allah dan menyakinkan hatinya bahwa buah hatinya hanya titipan dari Allah dan pasti kembali pada pemiliknya. Sedang ujian suaminya pun semata-mata ujian dari Allah. Kondisi terpuruk ini tak lantas menjadikan siti Rahmam berpaling dari suaminya apalagi dari kecintaan pada Allah.

Dengan keras, para penduduk desa mengusir Nabi Ayyub karena takut terlular penyakitnya, sedang nabi Ayyub kala itu tak mampu lagi untuk berjalan. Dengan penuh kasih dan sayanganya, Siti Rahma menggendong Nabi Ayyub keluar dari desa hingga sampai di sebuah gubuk. Jauh dari pedesaan, hanya beralaskan tikar rapuh, tanpa makanan, jauh sekali dengan hidup sebelumnya.

Nabi Ayyub pun berkata pada istrinya, “Hai Siti Rahmah, Pulanglah. Aku rela jika kau menjauh dariku”. Dengan kelembutannya Siti Rahmah menjawab : “Tidak suamiku, Kau tak perlu khawatir, Aku tidak akan meninggalkanmu seorang diri di sini, aku kan berada di sampingmu hingga selama hayat masih di kandung badan.” Sungguh, kesabaran Siti Rahmah seluas samudra, bahkan kesetiaannya melebihi apapun.

Karena hidup harus terus bergulir, Siti Rahmah pun bekerja di sebuah perusahaan roti untuk melengkapi hidupnya dan suami. Namun, di suatu hari orang-orang kenal Siti Rahmah sebagai istri dari Nabi Ayyub yang memiliki penyakit dan akhirnya di berhentikan kerja. Sungguh, dengan berat hari Siti Rahmah pun menjual rabut indahnya untuk memenuhi kebutuhannya.

Mendengar sang istri melakukan perbuatan dosa, Nabi Ayyub marah kepada Siti Rahmah. Hukuman menjual rambut kala itu adalah dipukul 100 kali. Nabi Ayyub berjanji akan menghukum sang istri ketika ia sembuh nanti.

Meski di dera cobaan yang berlipat-lipat, Nabi Ayyub dan Siti Rahmah tetap berada dalam ketakwaan, hingga 18 tahun Nabi Ayyub tak juga sembuh dari penyakitnya. Sungguh Allah Maha Benar dengan semua segalanya, Allah pun mencabut penyakit dari Nabi Ayyub serta mengembalikan seluruh kekayaan yang berlimpah.

Nabi Ayyub pun menepati janjinya. Ia hendak memukul sang istri sebanyak 100 kali karena perbuatan terdahulunya. Namun Allah dengan kasih sayangnya memerintahkan Nabi Ayyub untuk mengikat 100 batang lidi dan dipukulkan sebanyak 1 kali. Hal ini sama artinya dengan memukul 100 kali. Siti Rahmah dengan ikhlas menerima hukumannya itu dan berbakti kepada Nabi Ayyub hingga akhir hayat.

Add comment

Submit