Muslimahdaily - Buah tak jatuh dari pohonnya. Ternyata pepatah tersebut tak selamanya benar. Durroh binti Abu Lahab mematahkan ungkapan itu. Ia lahir dari pasangan suami dan istri yang saling bahu-membahu menyakiti Rasulullah Shallallahu‘alaihi wa sallam. Namun, dibalik kondisi lingkungan yang seperti itu, Durroh memperlihatkan semangat besarnya untuk melindungi kekasih Allah tersebut.
Allah dengan kuasanya memperlihatkan bahwa hidayah-Nya bisa datang kepada siapa saja. Jika Allah sudah memutuskan untuk menunjukkan kebaikan-Nya kepada seseorang, maka dengan kondisi kesulitan dan keburukan yang teramat sangat pun, ia akan mendapat kebaikan-Nya.
Sang ayah dengan rajin memperhatikan dan mencari sisi buruk Rasulullah untuk dijadikan bahan untuk menghasut orang lain. Ia selalu datang dengan ide cerdiknya untuk melukai keponakannya itu. Setiap hari ia gunakan untuk mengahalangi dakwah Rasulullah. Kadang ia berhasil membuat orang lain untuk ikut membenci Rasulullah hanya karena ia seoang paman. Orang lain akan beranggapan, “Kalau pamannya saja berpendapat seperti itu, maka untuk apa kita mempercayai kepercayaannya (Rasulullah).”
Sedangkan sang ibu dengan setia membantu setiap akal buruk sang suami. Ia serta-merta membawa kayu bakar agar ide Abu Jahal terlaksana dengan sempurna. Jika Abu Jahal bertanggung jawab menghasut para laki-laki agar ikut membenci Sang Rasul, maka (Arwa Binti Harb) akan senantiasa menghasut para perempuan dan ibu-ibu di Mekkah.
Tinggal dengan paman Rasulullah yang sekaligus jadi musuh nomor satu sang nabi tidak membuat Durroh lantas ikut-ikutan membenci Rasulullah. Ia tumbuh dengan rasa cinta kepada Rasulullah. Durroh bahkan menjadi salah satu sahabiyah yang sangat dekat dengan sosok sang nabi.
Ia pun tidak lupa untuk mengajak orangtua dan saudara-saudaranya berjihad Bersama Rasulullah. Namun usahanya selalu mendapat penolakan keras. Walau demikian, Durroh tak putus semangat. Ia rela meninggalkan keluarga dan tempat tinggalnya untuk berjuang bersama muslimin.
Karena lahir dari pasangan yang setia membenci Rasulullah, kehidupan Durroh sering dirundung duka dan celaan, tak hanya dari keluarganya sendiri, namun juga dari masyarakat sekitar. Saat Durroh ikut hijrah ke Madinah, beberapa wanita dari Zuraiq mencibir Durroh karena kelakuan orangtuanya. Mereka berkata, “Engkau puteri Abu Lahab, yang Allah berfirman tentang dia. ‘Binasalah kedua tangan Abu Labah.’ Maka hijrahmu sia-sia.”
Celaan terhadapnya membuat Durroh bersedih. Ia lantas datang kepada Rasulullah untuk mengadu. Rasulullah kemudian meminta Durroh untuk duduk sejenak. Setelah mengimami shalat Zuhur, Rasulullah duduk di atas mimbar. Beliau kemudian berkata, “"Wahai, orang-orang, mengapa aku diganggu atas keluargaku? Demi Allah, sungguh syafaatku akan diperoleh kerabatku, bahkan Shada, Hakam, dan Salhab pun akan memperolehnya pada hari kiamat.” Perkataan Rasulullah mengobati rasa sedih sekaligus jadi penyemangat Durroh.
Sebelum memeluk Islam, DUurroh menikah dengan Harits bin Naufal. Seorang kafir yang gigih memerangi Rasulullah. Ia meninggal dalam perang Badar. Pada pernikahannya ini ia dikarunia tiga orang anak, Uqbah, Al – Walid, dan Abu Muslim. Setelah ikut berhijrah ke Madinah, Durroh dipinang oleh Dahiyah Al – Kalbi, seorang muslim yang taat sekaligus yang paling tampan di masanya. Sungguh Allah mengganti suami Durroh dengan seorang yang jauh lebih baik daripada sebelumnya.
Durroh binti Abu Lahab juga dikenal sebagai salah satu sahabiyah yang banyak meriwayatkan hadits Rasulullah. Sungguh mulia perbuatannya dalam membantu jalan Rasulullah dalam berdakwah. Semoga Allah senantiasa memberi berkah kepada Durroh berserta keturunannya.