Muslimahdaily - Alkisah, suatu hari Rasulullah didatangi seorang miskin peminta-minta. Dengan nada melas, ia meminta bantuan sang nabiyullah, entah sepiring makanan ataupun beberapa dirham. Disebutkan bahwa pengemis tersebut merupakan penduduk asli Madinah yang berislam atau dari kalangan Anshar.

Melihat kondisi si pengemis yang masih bugar, Rasulullah tidak serta merta memberinya harta. Beliau justru bertanya pada si peminta tersebut, “Apa kau memiliki sesuatu di rumah?”

Pengemis itu pun menjawab, “Ada, wahai Rasulullah. Saya mempunyai sehelai pakaian dan sebuah cangkir.” Segera Rasulullah meminta si pengemis pulang ke rumah untuk mengambil dua barang tersebut. Ia pun menuruti permintaan sang nabi.

Saat kembali ke hadapan Rasulullah, si pengemis mendapati para shahabat sudah berkumpul. Rupanya Rasulullah mengundang mereka radiyallahu anhum segera setelah si pengemis beranjak pulang mengambil dua buah barang yang menjadi satu-satunya harta yang dimiliki. Harta itu pun kemudian diserahkan si pengemis kepada sang Rasul.

Di hadapan para shahabat, Rasulullah menunjukkan sehelai pakaian dan sebuah cangkir milik si pengemis. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian melelang dua barang tersebut. “Adakah di antara kalian yang ingin membeli ini?” tanya Nabiyullah.

Seorang shahabat lalu menunjukkan diri dan menawarkan sebuah harga. “Saya akan membelinya dengan harga satu dirham,” ujarnya.

Rasulullah melanjutkan lelang barang si pengemis. “Adakah yang ingin membayar lebih (dari satu dirham)?” tanya nabiyullah pada para shahabat.

“Saya bersedia membelinya dua dirham, wahai Rasulullah,” ujar seorang shahabat lain. Rasulullah pun menyetujui dan segera menjual dua barang tersebut pada sang shahabat yang menawar dua dirham.

Hasil penjualan pakaian dan cangkir itu pun diberikan Rasulullah kepada sang pengemis. Namun beliau berpesan agar si pengemis tak menggunakan semua uang itu. Nabiyullah meminta agar si peminta-minta hanya menggunakan satu dirham untuk membeli kebutuhannya dan keluarganya. Adapun satu dirham sisa harus digunakan untuk membeli sebuah kapak. Nabi Muhammad pun meminta si pengemis kembali menemui beliau setelah memiliki sebuah kapak.

Maka pergilah si pengemis itu ke pasar untuk membeli makanan dengan uang satu dirham dan sedirham lain untuk sebuah kapak, sesuai dengan pesan Rasulullah. Ia lalu pulang ke rumah dan memberi makanan kepada keluarganya. Ia pun turut makan hingga kenyang.

Dengan membawa sebuah kapak yang baru dibelinya, si pengemis pun kembali menghadap Rasulullah. Ia tak tahu mengapa Rasul menyuruhnya membeli sebuah kapak. Namun ia memiliki harapan dan keyakinannya yang besar pada sang nabi.

“Carilah kayu bakar dengan kapak itu, lalu juallah,” demikian perintah Rasulullah ketika melihat si pengemis datang dengan membawa sebuah kapak. Tahulah di pengemis kini apa yang tengah direncanakan Rasulullah untuknya. Bukan memberikan uang ataupun makanan, Rasulullah justru memberinya pekerjaan. Si pengemis itu pun bersuka cita dan bersemangat untuk bekerja.

Sehari hingga sepekan tak ada kabar lagi dari si peminta-minta. Hingga dua Minggu berlalu, seorang pria datang mendatangi Rasulullah, pria yang sama seperti dua pekan lalu. Namun kali ini pria itu tak lagi berstatus pengemis. Ia pun datang menemui Rasulullah bukan hendak meminta bantuan. Ia hanya ingin berterima kasih pada sang nabi karena berhasil mengumpulkan 10 dirham dari hasil mencari kayu bakar selama dua pekan.

Rasulullah pun bergembira melihatnya. “Hal ini lebih baik bagimu, karena meminta-minta hanya akan membuat noda pada wajahmu di akhirat kelak,” sabda beliau. Tak lupa, Rasulullah pun menjelaskan syariat Islam kepada si pengemis dan kepada shahabat beliau, bahwasanya seorang tidaklah layak meminta-minta kecuali dalam tiga kondisi, yakni fakir miskin yang tak memiliki sesuatu apapun, seorang yang berhutang dan tak sanggup membayar, dan seorang sakit yang tak mampu bekerja mencari nafkah.

Kisah tersebut menunjukkan bagaimana Rasulullah bersikap dalam menghadapi pengemis. Beliau tidak memanjakannya, melainkannya memberi peluang untuk si pengemis berusaha. Dari kisah ini pula diketahui bahwa Islam sangat menganjurkan umatnya untuk berusaha dan bekerja, apapun pekerjaannya selama itu halal.

Dari Zubair bin Awwam, Rasulullah bersabda, “Sungguh jika salah seorang dari kalian mengambil tali, lalu pergi ke gunung (untuk mencari kayu bakar), kemudian dia pulang dengan memikul seikat kayu bakar di punggungnya lalu dijual, sehingga dengan itu Allah menjaga wajahnya (kehormatannya), maka ini lebih baik dari pada dia meminta-minta kepada manusia, diberi atau ditolak.” (HR. Al-Bukhari).