Muslimahdaily - Perang Yarmuk berkecamuk sangat hebat. Pasukan muslimin dengan gagah berani melawan musuh. Tak ada yang mereka harapkan kecuali dua pilihan, yakni kemenangan atau mati syahid.
Peperangan terus berlangsung. Pedang-pedang saling beradu, kuda-kuda memekik, anak panah melesat. Pasukan muslimin bertarung tanpa takut ajal. Namun peperangan kali ini berbeda dari perang-perang sebelumnya. Perang melawan pasukan Romawi tersebut sangat berat hingga hampir saja pasukan muslimin kalah.
Di saat yang genting, ketika pasukan Islam hampir mundur, sesosok shahabat Rasulullah turun dari kudanya. Ia mematahkan sarung pedangnya, lalu maju ke barisan paling depan. Menyemangati pasukan muslimin lain, ia pun berseru sembari menerobos pasukan Romawi. Sang shahabat Rasul yang pemberani tersebut ialah Ikrimah bin Abu Jahl.
Seorang putra dari musuh terbesar Rasulullah tersebut selalu berada di barisan terdepan peperangan, terhitung sejak ia beriman hingga ajalnya. Ia tak pernah absen dari panggilan jihad. Tak pernah absen di setiap peperangan. Ialah salah satu prajurit handal andalan umat Islam.
Saat menerjang pasukan Romawi yang memiliki peralatan perang tercanggih kala itu, Ikrimah tahu konsekuensinya, yakni terbunuh di tengah kancah peperangan. Namun saat sahabatnya, sang panglima kebanggaan umat, Khalid bin Walid melarangnya, Ikrimah tetap maju tanpa gentar.
“Jangan kau lakukan, Wahai Ikrimah! Jika kau terbunuh, keadaan akan semakin gawat!” Seru Khalid bin Walid.
Namun Ikrimah tetap maju dengan berani. “Menjauhlah dariku, Wahai Khalid. Engkau telah lebih dahulu bersama Rasulullah. Sedangkan aku dan ayahku dahulu adalah orang yang paling keras permusuhannya kepada beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Pergilah, tinggalkan aku. Biarkan aku menebus segala kesalahanku dulu. Tidak pantas bagiku untuk lari dari Romawi. Itu tidak mungkin selama-lamanya!” ujar Ikrimah.
Ternyata keberanian Ikrimah menjadi pemicu semangat muslimin yang lain. Pasukan yang tadinya hendak mundur tiba-tiba kembali bergairah untuk meraih predikat mujahid. “Siapa yang bersedia berbaiat untuk mati?!” seru Ikrimah.
Muncullah Al Harits bin Hisyam yang turut maju mengikuti langkah Ikrimah. Ia turut menghunuskan pedang dan menembus pasukan Romawi yang tangguh. Satu per satu muslimin pun turut serta. Hingga 400 pasukan muslimin pun mengikuti keberanian Ikrimah.
Hasilnya, pasukan muslimin meraih kemenangan. Romawi berhasil dipukul mundur hingga akhirnya menyerah. Muslimin bergembira dan bersyukur tiada tara.
Namun pemandangan di akhir perang sangatlah menyedihkan. Selain banyak mujahid yang tewas, ada tiga orang shahabat Rasulullah yang terbujur lemah penuh luka dan darah. Mereka bukan lain adalah Ikrimah bin Abu Jahl dan Al Harits bin Hisyam yang gagah berani maju melawan Romawi, serta seorang shahabat lain yakni Ayyasy bin Abi Rabi’ah (riwayat lain menyebutkan bukan Ayyasy melainkan Suhail bin Amr).
Dengan tubuh terbujur kaku dan luka yang tak mampu lagi ditahan, Ikrimah meminta seteguk air. Dibawakanlah untuknya air minum. Namun ia melihat Al Harits yang juga terbujur lemah tak berdaya. Ia pun berkata, “Berikan air itu pada Al Harits dulu.”
Maka dibawalah air itu pada Al Harits. Namun Al Harits melihat Ayyasy menoleh padanya. Al Harits pun meminta agar Ayyasy lebih dahulu meneguk air segar itu. “Berikan air itu untuknya saja,” kata Al Harits.
Air itu pun dibawa pada Ayyasy. Namun sebelum meneguknya, Ayyasy sudah menemui ajal. Maka si pembawa minum itu pun kembali menuju Ikrimah dan Al Harits agar keduanya dapat meminum air. Namun terlambat, keduanya pun sudah wafat sebagai mujahid.
Betapa mulianya akhlak para shahabat Rasulullah. Di saat sakaratul maut pun, mereka masih mengutamakan saudara seiman daripada diri sendiri. Semoga Allah memberikan ketiganya nikmat telaga Al Kautsar di surga kelak. Dengannya, mereka tak akan lagi merasa haus selama-lamanya.