Muslimahdaily - Anak adalah kebanggaan dan aset akhirat. Setiap muslimin menginginkan keturunan sebagai buah pernikahan. Karena itulah Allah menguji sebagian orang dengan kesulitan memilikinya. Hannah adalah salah satu yang diuji, dan yang berhasil lulus ujian.
Nama Hannah tak semasyhur kisahnya. Padahal sebagian perjalanan hidupnya diabadikan dalam Al Qur’an. Nama keluarganya bahkan menjadi nama salah satu surat. Ia adalah istri di keluarga Imran, salah satu keluarga terbaik sepanjang masa.
“Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga 'Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing), (sebagai) satu keturunan yang sebagiannya (turunan) dari yang lain. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Ali Imran: 33-34).
Hannah merupakan sosok wanita shalihah yang giat beribadah. Akhlaknya mulia dan bijaksana. Hannah pula berasal dari keluarga yang bertakwa. Ia dan saudara perempuannya tumbuh dewasa dan menjadi dua wanita utama di masanya. Saudaranya menikah dengan nabi yang diutus kala itu, yakni Nabi Zakaria. Sementara Hannah menikah dengan pemimpin Bani Israil, Imran.
Hannah menikah dengan Imran yang juga amat sangat saleh dan faqih dalam agama. Sang suami pula merupakan keturunan Nabi Daud dan mewarisi Kerajaan Bani Israil dengan bijaksana. Di bawah kepemimpinan Imran dan bimbingan dari Nabi Zakaria, Bani Israil hidup sejahtera dan beriman kepada Allah.
Membangun rumah tangga, Imran dan Hannah hidup tenang dan bahagia. Hingga ujian dari Allah pun terasa sangat berat. Bertahun-tahun sudah Imran dan Hannah menanti keturunan. Namun tak pernah ada tanda-tanda kehamilan. Keduanya pun terus bersabar.
Di dalam perjalanan sabar itu, Hannah senantiasa berdoa. Ia tak pernah merasa letih untuk bermunajat kepada-Nya. Tak pernah sekalipun ia menyalahkan dan mencela takdir. Tak ada sedikit pun pikiran negatif tentang Allah, dan tak ada sedikit pun perasaan ragu akan kekuasaan-Nya.
Gosip-gosip pastilah bermunculan. Apalagi saudari Hannah, yakni istri Nabi Zakaria juga tak kunjung memiliki keturunan. Kemandulan menjadi prediksi banyak orang. Namun Hannah tak pernah berpikir demikian.
Hannah berharap dengan harapan yang murni dan sempurna. Ia sangat yakin bahwa suatu hari Allah akan mengabulkan doa. Jika hari ini keinginannya belum terijabah, maka ia akan berdoa lagi dan mungkin esok keinginan itu akan terwujud. Jika esok belum terkabul, maka ia tetap akan berdoa dan berharap lusa akan tercapai keinginan itu. Demikian seterusnya dari hari ke hari.
Hingga tibalah hari itu. Hannah pergi ke Baitul Maqdis untuk beribadah. Keimanannya masih sempurna, keyakinannya pada Allah tak pernah berubah. Ia pun memanjatkan doa seperti yang biasa ia lakukan bertahun-tahun lamanya, yakni agar diberikan keturunan.
Di hari Hannah pergi ke Baitul Maqdis, di hari itulah Allah menakdirkan adanya janin di dalam rahim Hannah. Betapa bahagianya Hannah ketika mengetahui kehamilannya. Ia pun segera membagi kebahagiaan dengan suaminya, Imran. Keduanya sangat bersyukur atas rahmat Allah. Sungguh Allah mengabulkan setiap doa hamba-Nya.
Karena rasa syukur yang tak terkira, Hannah pun mengucapkan sebuah nazar. Al Qur’an mencatat nazar Hannah dengan tinta emas, “(Ingatlah), ketika isteri 'Imran berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Ali Imran: 35).
Nazar Hannah bukanlah sembarang Nazar. Mengingat Imran adalah pemimpin Bani Israil dan silsilah keluarganya adalah keturunan Nabi Daud. Dalam keyakinan Bani Israil, keturunan Nabi Daud lah yang layak menjadi pemimpin. Dengannya, anak Imran pun sangat berpotensi meneruskan jabatan tertinggi itu.
Namun Hannah justru bernazar agar anaknya kelak mengabdi di Baitul Maqdis dan tak akan bersentuhan dengan urusan duniawi. Artinya, anak Hannah dan Imran yang sangat dinanti itu kelak tak akan duduk di singgasana. Sungguh nazar yang luar biasa mengingat kebanyakan raja mengharapkan pangeran untuk meneruskan kerajaan.
Waktu berlalu, Hannah melalui kehamilan sebagaimana para wanita pada umumnya. Ia melalui masa kehamilan dengan bahagia. Namun seorang yang saleh pastilah selalu mendapat ujian. Setelah lulus ujian kesabaran, Hannah diuji kembali dengan ujian kematian. Imran sang suami tercinta menemui ajal.
Betapa Hannah sangat berduka. Ia dan Imran selalu menanti kelahiran anak dengan bahagia. Namun ternyata Imran meninggal sebelum bayi itu lahir. Imran yang juga menanti keturunan sekian lama ternyata tak sempat melihat hasil penantiannya. Namun kedukaan Hannah hanya sementara karena cintanya pada Allah lebih utama.
Tak lama kemudian, kehamilan Hannah pun memasuki masa puncaknya. Tibalah hari kelahiran buah hati yang amat sangat dinanti. Ternyata bayi Hannah dan Imran berjenis kelamin wanita. Hannah sangat bahagia dan bersyukur. Namun ia juga sangat khawatir akan nazarnya. Ia khawatir tak bisa memenuhi nazar karena saat itu wanita dilarang berkhidmat, mengabdi dan mengurus Baitul Maqdis.
Namun Allah telah menerima nazar Hannah. Nabi Zakaria mendukung nazar Hannah dan memberikan perlindungan kepada putrinya di Baitul Maqdis. Lalu siapakah putri Hannah dan Imran itu? Ialah Maryam, wanita suci, wanita terbaik Bani Israil, ibunda Nabi Isa Al Masih. Masya Allah, seorang wanita mulia pastilah lahir dari rahim wanita yang mulia pula.
Allah mengisahkan nazar Hannah dalam firman-Nya, “Maka tatkala isteri 'Imran melahirkan anaknya, diapun berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku melahirkan seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai dia Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunan-nya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada syaitan yang terkutuk.” Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakaria pemeliharanya.” (QS. Ali Imran: 36-37).
Di samping kisah Hannah, saudara perempuan Hannah yakni istri Nabi Zakaria pun mendulang kesabaran menanti buah hati. Ia yang mandul tiba-tiba terijabah doanya di usia yang sangat tua. Sungguh tak ada yang mustahil bagi Allah, wanita mandul dan usia menopause pun mampu hamil dan melahirkan.
Sebagaimana Hannah, saudarinya pun melahirkan anak yang luar biasa. Hannah melahirkan Maryam, sementara saudarinya melahirkan Nabi Yahya.
Sumber: Al Qur’an, Qashashul Anbiya karya Ibu Katsir.