Muslimahdaily - Ia bernama Fakhitah binti Abi Thalib, kakak perempuan dari dua shahabat mulia Ali dan Ja’far bin Abi Thalib. Ketiga putra-putri Abi Thalib tersebut memiliki kedekatan istimewa dengan sepupu mereka, Muhammad Rasulullah. Pun dengan Fakhitah yang lebih dikenal dengan nama Ummu Hani’, menjadi salah satu kerabat dekat keluarga nabi. Seperti apa sosoknya?
Rasulullah sangat menyayangi anak-anak paman beliau, Abu Thalib. Sang paman tercinta telah merawat Rasulullah sejak kecil, karena itulah beliau sangat dekat dengan sepupu-sepupunya layaknya saudara sendiri. Jika Ja’far dianggap saudara teman sepermainan, Ali kecil dirawat Rasulullah layaknya anak sendiri, maka berbeda dengan Ummu Hani’. Ketika muda, Rasulullah memilih untuk melamar sang sepupu wanita. Ya, Rasulullah pernah berkeinginan menikahi Ummu Hani’.
Muhammad muda pernah mengajukan lamaran atas Ummu Hani’ kepada pamannya, Abu Thalib. Namun lamaran beliau ditolak. Pasalnya, Abu Thalib mendapat pinangan yang sama dari seorang pria kabilah Bani Makhzum bernama Hubayra bin Abu Wahb. Kabilah tersebut pernah menikahkan putrinya pada seorang pria dari keluarga Abu Thalib. Sudah menjadi tradisi Arab untuk membalas pernikahan demi menjaga hubungan antar kabilah.
Ummu Hani’ pun menikah dengan Hubayra bin Abi Wahb. Namun ketika Islam datang, sang suami enggan memeluk Islam. Bahkan ketika peristiwa Fathul Makkah, Hubayra kabur dari Makkah karena masih enggan bersyahadat. Meski suaminya kafir, Ummu Hani’ selalu mengimani dan membela Rasulullah Muhammad. Bukan karena Muhammad adalah sepupunya, melainkan karena Muhammad adalah utusan ilahi.
Nabiyullah pun selalu melindungi Ummu Hani dan keluarganya. Suatu hari di tahun Fathul Makkah, Ummu Hani melindungi seorang kerabat suaminya yang masih kafir. Namun ternyata Ali bin Abi Thalib menentang perlindungan yang dilakukan sang kakak. Ummu Hani pun segera mengadukannya kepada Rasulullah.
Ia menuju rumah Rasulullah seraya mengucapkan salam. Dari balik tabir, Rasulullah bertanya, “Siapa itu?” Ummu Hani menjawab, “Aku Ummu Hani binti Abi Thalib.”
Mengetahui sepupunya datang, Rasulullah pun menyambutnya gembira, “Marhaban, Ummu Hani.”
Namun saat itu Rasulullah baru saja hendak menunaikan shalat dhuha. Ummu Hani pun menunggu sembari memperhatikan cara shalat Rasulullah. Dari momen tersebut, Ummu Hani meriwayatkan sebuah hadits tentang cara shalat Rasulullah di waktu dhuha. Hadits tersebut pun menjadi rujukan utama tentang fikih shalat dhuha yang sangat berguna untuk panduan ibadah muslimin hingga akhir zaman.
Setelah Rasulullah selesai shalat dhuha, Ummu Hani pun mengadukan masalahnya. “Wahai Rasulullah, saudaraku (Ali) ingin membunuh seseorang yang aku lindungi, Fulan bin Hubayra’.
Rasulullah pun bersabda, “Sungguh kami melindungi orang yang engkau lindungi, wahai Ummu Hani.”
“Jika demikian, telah jelas masalahnya,” Ummu Hani pun merasa lega dan pulang ke rumahnya. Seorang kerabatnya yang kafir itu pun dapat hidup aman di negeri muslim di bawah perlindungannya dan atas jaminan Rasulullah sang pemimpin umat.
Adapun Ummu Hani’, menorehkan beberapa peran untuk umat Islam. Ia menjadi saksi sejarah Islam dan seorang yang selalu beriman.
Saksi Isra’ Mi’raj
Dalam sejarah Islam yang agung, Ummu Hani menorehkan peran penting. Rumahnya menjadi saksi peristiwa Isra’ Mi’raj, di langit rumahnyalah mukjizat menakjubkan bermula.
Kala itu Rasulullah tengah menginap di rumah Ummu Hani. Beliau Shallallahu‘alaihi wa sallam mengerjakan shalat malam di sana. Malam itu pula, Jibril datang mengunjungi rumah Ummu Hani. Sang malaikat hendak menjemput Rasulullah untuk melakukan perjalanan menuju Jerusalem, lalu menuju Sidratul Muntaha.
Seusai perjalanan, yakni di kala fajar, Rasulullah pun kembali ke rumah Ummu Hani. Beliau kemudian mengabarkan peristiwa ajaib Isra Mi’raj kepada kerabatnya yang ada di sana. Ummu Hani pun menjadi salah satu yang mengimani tanpa syarat dan tanpa ragu.
Menjadi Perawi Hadits
Peran lain yang diambil Ummu Hani dalam sejarah Islam yakni dengan menjadi perawi hadits-hadits Rasulullah. Ia mengabarkan beberapa hadits shahih yang kemudian tercatat dalam kitab-kitab hadits seperti Shahih Al Bukhari, Shahih Muslim, dan Riyadush Shalihin.
Salah satu hadits yang sangat terkenal dari Ummu Hani yakni tentang shalat dhuha sebagaimana dalam kisah di atas. Haditsnya datang dari jalur Abdurrahmaan bin Abi Laila. Ia berkata, “Tidak ada seorang pun yang menceritakan kepadaku bahwa ia melihat Nabi melakukan shalat Dhuha kecuali Ummu Haani’. Sungguh Ummu Hani pernah mengatakan,
“Sesungguhnya ia pernah masuk ke rumah Rasulullah pada hari Fathu Mekah, lalu beliau mandi dan melakukan shalat delapan rakaat. Aku tidak pernah melihat shalat yang lebih ringan daripada itu, namun beliau tetap menyempurnakan rukuk dan sujudnya.” (HR. Al Bukhari).
Demikian sosok Ummu Hani binti Abu Thalib yang dikenang dalam sejarah. Menjadi kerabat Rasulullah sudah cukup memberikannya keutamaan yang agung. Ditambah perannya dalam sejarah Islam, legkaplah sosok Ummu Hani menjadi idola muslimah masa kini.