Muslimahdaily - Allah dengan segala hikmah-Nya selalu menakdirkan kebaikan. Namun manusia lah yang terkadang menganggap ujian dan cobaan sebagai suatu kemalangan, kesedihan, keburukan, bahkan kesialan. Kisah ini menceritakan betapa indahnya setiap takdir Allah, bahkan yang dianggap manusia sebagai cobaan terburuk sekalipun.
Inilah kisah seorang peternak yang saleh lagi sabar. Setiap kali cobaan hidup melandanya, si peternak selalu menerima dengan lapang dada seraya berkata, “Ini adalah hal yang baik.” Apapun cobaan itu, seburuk apapun peristiwa yang menimpanya, ia selalu berkata demikian.
Suatu malam, anjing penjaga milik si peternak ditemukan mati. Bekas pukulan nampak di tubuh si anjing. Rupanya, seseorang telah memukuli anjing penjaga ternak itu. Namun bukannya dilanda kesedihan dan kekhawatiran, si peternak justru mengucapkan, “Ini adalah hal yang baik, insya Allah.”
Keesokan paginya, berita buruk kembali terjadi. Karena anjing penjaga telah mati, seekor serigala dengan mudahnya mengendap ke kandang ayam si peternak. Ternak ayamnya dimangsa serigala yang buas itu. Meski kehilangan semua ternaknya, si peternak tetap berkata, “Ini adalah hal yang baik, insya Allah.”
Si peternak kehilangan mata pencahariannya. Usaha ternaknya habis tak tersisa. Jika itu menimpa manusia pada umumnya, pastilah mereka dirundung duka yang teramat pilu. Mau makan apa istri dan anak-anak. Bagaimana menjalani hidup beberapa hari ke depan. Bagaimana membangun ulang bisnis dan cara mendapatkan modal. Beragam pikiran cemas silih berganti hadir dan membuat sakit pada jiwa.
Tak lama kemudian, terjadi sebuah peristiwa mengerikan. Di suatu malam, pasukan musuh menyerang desa si peternak. Mereka menyerang dengan diam-diam dan mengendap tanpa suara. Dengan sadisnya, mereka membantai seluruh penduduk desa.
Saat pagi tiba, mayat bergelimpangan, desa sunyi tanpa suara. Tak ada satu pun yang selamat kecuali keluarga si peternak. Hanya mereka saja yang selamat dari penyerangan mengerikan.
Mengapa hanya keluarga si peternak yang selamat? Ternyata, pasukan pembantai itu menjadikan suara hewan sebagai tanda adanya kehidupan manusia. Jika mereka mendengar di suatu rumah terdapat kokok ayam, atau gonggongan anjing, atau ringkikan kuda dan keledai, atau lengkingan domba, artinya rumah tersebut dihuni oleh manusia.
Adapun di rumah si peternak, tak ada lagi hewan tersisa. Tak ada lagi anjing penjaga yang menggonggong dan ayam-ayam yang berkokok. Seluruh hewan telah mati beberapa hari lalu yang dianggap peristiwa buruk.
Saat pasukan penyerang datang, rumah si peternak telah sepi tanpa suara. Dianggaplah rumah itu tak dihuni manusia. si peternak dan keluarganya pun selamat dari pembantaian mengerikan.
Ternyata, rangkaian peristiwa buruk yang menimpa si peternak adalah takdir baik baginya. Peristiwa yang dianggap penuh duka itu, ternyata menjadi penyebab ia dan keluarganya selamat. Masya Allah, betapa Allah maha pengasih lagi penyayang, maha mengatur segala urusan manusia, Dialah yang paling mengetahui hal ghaib dan nyata.
Menyikapi Takdir Pahit
Hakikinya, menyebut “Takdir Buruk” atau “Takdir Pahit” tidaklah tepat. Sebab, Allah Maha indah lagi Maha Baik segala perbuatan-Nya. Tidak ada sifat buruk dari Allah dan ketetapan-Nya. Setiap apa yang Dia tetapkan dan takdirkan, pastilah baik.
Manusialah yang minim ilmu dan hikmah hingga menyebut peristiwa pahit sebagai takdir buruk. Misalnya, sakit terus menerus, habis hartanya, hancur bisnisnya, didzalimi teman, tak kunjung mendapat jodoh, tak diamanahi anak, dan sebagainya. Saat peristiwa buruk menimpa, seorang muslim hendaknya menyikapi dengan sabar dan dengan ketauhidan yang sempurna.
Ingatlah firman Allah, “Dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu menganiaya hamba-hamba-Nya” (QS. Fushshilat: 46). Yakinlah bahwasanya peristiwa buruk yang terjadi sebetulnya memiliki hikmah dibaliknya. Entah peristiwa itu akan menyelamatkan seseorang dari dunia, menyelamatkannya dari akhirat, atau justru untuk menghapus dosa.
Bukankah Allah berfirman, “Dan apa saja musibah yang menimpa kalian maka adalah disebabkan oleh perbuatan tangan kalian sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahan kalian).” (QS. Asy-Syuuraa: 30).
Apapun peristiwa buruk yang tengah menimpa, tetaplah berhusnudzan kepada Rabb Ar Rahman. Yakinlah bahwasanya Dia memiliki maksud dibalik musibah itu. Jika tak diketahui di dunia, maka hikmah itu akan nampak saat di akhirat kelak.
Sumber: kisahmuslim.com, muslim.or.id