Kisah Perjalanan Taubatnya Sahabat Rasulullah yang Mulia Tsa’labah Bin Abdul Rahman

Muslimahdaily - Tsa’labah Bin Abdul Rahman (RA) adalah seorang sahabat yang mulia.Beliau berasal dari kalangan Anshar, setelah menjadi seorang muslim, beliau selalu setia melayani Rasulullah.Setiap kali Rasulullah memberikan tugas untuknya, ia akan sangat senang dan selalu melaksanakannya dengan gesit dan cekatan. 

Suatu hari beliau melewati sebuah rumah dengan pintu yang terbuka, secara tidak sengaja pandangannya melihat sekilas sebuah gorden tipis bergoyang ditiup angin, dari pintu masuk kamar mandi ada seorang perempuan yang sedang mandi. Dia dengan cepat menundukkan pandangannya.

Beliau merasa sangat bersalah. Berpikir, bagaimana aku bisa menjadi sahabat Rasulullah? Orang yang dekat dengan Rasulullah adalah  orang yang selalu mengikuti perintah rasul dan bukan orang yang berdosa sepertiku.

Tsa’labah sungguh takut Allah akan memberitahu Rasulullah bukti-bukti kemunafikannya. Rasa bersalahnya membuat ia tak berani bertemu Rasululah.

Hari-hari berlalu dan Rasulullah bertanya kepada para sahabat apakah mereka melihat Tsa’labah. Tak seorang pun sahabat yang melihatnya. Karena khawatir, Rasululah mengutus beberapa sahabat untuk mencarinya, di antaranya Umar Bin Khattab dan Salman Al Farisi.

Mereka mencari ke seluruh Madinah sampai ke luar kota hingga sampai ke gunung antara Makkah dan Madinah di mana beberapa orang mengembalakan domba. Sahabat bertanya kepada  pengembala itu apakah mereka melihat seorang anak muda dengan ciri-ciri seperti Tsa’labah. Pengembala memberi tahu kalau ada seorang anak muda yang sedang menangis. Ia sudah berada di tempat itu selama 40 hari. Ia hanya turun dari gunung sekali sehari sembari menangis dan meminum susu yang diberikan pengembala. Ia kemudian kembali ke gunung menangis dan menangis memohon ampun kepada Allah. 

Para sahabat menunggu sampai Tsa’labah turun dari gunung.

Pada saat Tsa’labah turun, sahabat mendapati kondisinya sudah kurus, wajahnya mencerminkan kesedihan karena hanya minum susu yang bercampur dengan air mata. Para sahabat mendesak akan membawanya kembali kepada Rasulullah, tapi Tsa’labah menolak dan menanyai mereka apakah Allah menurunkan wahyu yang mengatakan kalau ia adalah orang munafik. Sahabat menjawab mereka tidak punya pengetahuan tentang ayat-ayat itu.

Akhirnya beliau dibawa kembali ke Madinah di mana Rasulullah ingin bertemu dengannya. Tsa’labah sekali lagi bertanya apakah Allah akan menempatkannya di antara orang munafik atau ada ayat yang turun menerangkan kemunafikan dirinya. Rasulullah meyakinkan tidak ada ayat  yang menjelaskan hal itu. Rasulullah membaringkan Tsa’labah dan meletakkan kepalanya di atas pangkuannya.

Tsa’labah berkata, “Ya, Rasulullah, singkirkanlah kepala seorang pendosa darimu.”

Rasulullah menenangkannya hingga Tsa’labah memberitahu.

“Aku merasa seakan-akan semut berjalan di antara daging dan tulangku.” 

Lalu Rasullah bertanya “Apa yang kamu inginkan ?”

“Aku menginginkan ampunan tuhanku” jawab Tsa’labah.

Kemudian turunlah Jibril dengan membawa wahyu dari Allah.

“Andaikata hamba-Ku ini meghadap-Ku dengan kesalahannya sepenuh bumi, Aku akan menyambutnya dengan ampunan-Ku sepenuh bumi pula.”

Lalu Rasulullah menyampaikan wahyu tersebut kepada Tsa’labah, lalu Tsa’labah mengucapkan “Tak ada Tuhan yang pantas disembah selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah.” Dan seketika ruh-nya terlepas menghadap kehadirat sang pemilik semeseta.

Lalu Rasulullah segera memerintahkan, untuk memandikan dan segera dikafani. Setelah selesai melakukan shalat mayit, Rasulullah berjalan sambil berjingkat saat menuju pemakaman, Rasulullah berjalan dengan hati-hati seakan berada di tengah keramaian.

Lalu seorang sahabat bertanya, Rasulullah menjelaskan “Demi Dzat yang telah mengutusku dengan benar sebagai Nabi, sungguh aku tidak mampu meletakkan kakiku di atas bumi, karena malaikat yang turut melayat Tsa’labah sangatlah banyak”.

Add comment

Submit