Muslimahdaily - Mendengar tuduhan berzina Aisyah semakin bertambah sakit. Setibanya di rumah ia berkata untuk dibawa kembali kepada kedua orang tuanya. Aisyah ingin mengetahui berita tentang dirinya yang beredar luas melalui kedua orangtuanya,dan rasulullah menyetujui hal itu.
Aisyah pun bertanyan kepada ibunya tentang apa yang sedang hangat diperbincangkan. Namun sang ibu berkata, “Wahai putriku! Tidak ada apa-apa. Demi Allah, jarang sekali seorang perempuan cantik yang dicintai oleh suaminya sementara ia mempunyai banyak madu melainkan para madu tersebut sering menyebut-nyebut aibnya.”
Mendengar itu Aisyah pun berkata, “Maha Suci Allah! Berarti orang-orang telah memperbincangkan hal ini.’ Maka, aku menangis pada malam tersebut sampai pagi. Air mataku tiada henti dan aku tidak tidur sama sekali. Kemudian di pagi hari pun aku masih menangis.”
Rasulullah dan Saran Sahabatnya
Hingga saat itu, rasulullah belum menerima wahyu dari Allah untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Rasulullah akhirnya memanggil Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu dan Usamah bin Zaid Radhiyallahu ‘anhu, untuk bertanya kepada keduanya dan meminta pendapat perihal menceraikan istrinya karena permasalahan itu.
Usamah mengatakan, “Wahai Rasulullah! Mereka adalah istri-istrimu, menurut pengetahuan kami mereka hanyalah orang-orang yang baik.”
Sedangkan Ali bin Abi Thalib berpendapat, “Wahai Rasulullah! Allah tidak akan memberikan kesempitan kepadamu. Perempuan selain Aisyah masih banyak. Jika engkau bertanya kepada seorang budak perempuan, pasti ia akan berkata jujur kepadamu.”
Masih belum menemukan jawaban meskipun telah meminta pendapa dari orang lain, Rasulullah kemudian memanggil Barirah Radhiyallahu ‘anhu.
Beliau bertanya, ‘Hai Barirah! Apakah kamu melihat ada sesuatu yang mengutusmu dengan kebenaran. Aku tidak melihat sesuatu pun pada dirinya yang dianggap cela lebih dari bahwa dia adalah perempuan yang masih belia yang terkadang tertidur membiarkan adonan roti keluarganya, sehingga binatang piarannya datang, lalu memakan adonan rotinya.”
Kemudian Rasulullah berdiri di atas mimbar dan berkata kepada kaumnya tentang siapa yang akan membela Rasulullah dari tuduhan yang ditujukan kepada keluarga Rasulullah, karena beliau tidak mengetahui apapun tentang keluarganya selain kebaikan.
Serta tentang lelaki yang dituduh berzina dengan Aisyah adalah lelaki yang sepengetahuan Rasulullah adalah laki-laki yang baik,yang tidak datang menemui keluarganya kecuali bersama Beliau.
Mendengar itu, Sa’ad bin Mu’adz al-Anshari Radhiyallahu ‘anhu berdiri lalu berkata, ‘Aku akan membelamu wahai Rasulullah! Jika ia dari kabilah Aus, maka akan kami tebas batang lehernya. Jika ia dari kalangan saudara-saudara kami kalangan Khazraj, maka apa yang engkau perintahkan kepada kami, pastilah kami melaksanakan perintahmu.”
Kemudian Sa’ad bin Ubadah Radhiyallahu ‘anhu berdiri. Ia adalah pemimpin kabilah Khazraj. Ia adalah lelaki yang shalih tetapi ia tersulut emosi. Lalu ia berkata kepada Sa’ad bin Mu’adz, “Kamu bohong! Demi Allah! Kamu tidak akan membunuhnya dan tidak akan mampu membunuhnya. Jika ia berasal dari kabilahmu pasti kamu tidak ingin membunuhnya.”
Lalu Usaid bin Hudhair Radhiyallahu ‘anhu berdiri. Ia adalah sepupu Sa’ad bin Mu’adz. Ia berkata kepada Sa’ad bin Ubadah, ‘Kamu bohong! Demi Allah. Sungguh kami akan membunuhnya. Kamu ini munafik dan berdebat untuk membela orang-orang munafik.