Kisah dan Sikap Abu Bakar Beserta Umar Ketika Rasulullah Wafat

Muslimahdaily - Rasulullah Shalallahu‘alaihi wa salam ialah sosok anutan dan teladan umat Islam yang dipilih oleh Allah untuk menyampaikan ajaran Islam. Beliau adalah insan yang terbaik dan memiliki budi pekerti luhur. Maka tak heran, sebagai umat sudah sepatutnya kita meniru kepribadian dan akhlak mulia Rasulullah.

Semasa hidupnya, Rasulullah telah berkorban penuh dalam memperjuangkan ajaran dan agama Islam. Tak sedikit yang membencinya, tak sedikit pula yang mengikuti ajarannya. Sebut saja para sahabat dan thabi’in yang senantiasa setia menemani perjalanan Rasulullah dalam menegakkan agama Islam hingga akhir hayatnya.

Banyak yang mencintainya, banyak yang mengagungkannya. Hingga pada akhir perjuangannya, Rasulullah harus kembali kepada yang Kuasa dan kabar tersebut sangat mengejutkan Kaum Muslimin. Begitu pun dengan Sayyidina Abu Bakar dan Umar bin Khatab, Umar tak percaya bahwa Nabi Muhammad telah tiada kala itu. Mendengar hal itu, Umar pergi ke tempat disemayamkannya Rasul dan melihat ciptaan Allah yang dicintainya telah ditutui burd hibara (kain buatan yaman).

Umar Radhiyallahu'anhu menduga bahwa Muhammad hanyalah pingsan dan akan kembali siuman. Mughirah meyakinkan Umar atas kenyataan yang dilihatnya bahwa Muhammad telah meninggal dunia. Namun, Umar tetap bersi-kukuh bahwa Rasulullah tidaklah wafat, dia berkata, “Demi Allah, Muhammad Shalallahu‘alaihi wa salam tidaklah wafat, akan tetapi beliau pergi kepada Tuhannya sebagaimana Musa bin Imran pergi. Selama 40 malam dia tidak bersama kaumnya, lalu dia kembali bersama mereka setelah dikira wafat. Demi Allah, Rasulullah akan kembali seperti Musa yang kembali kepada kaumnya. Maka, terpotonglah tangan dan kaki orang-orang yang mengira bahwa Rasulullah sudah wafat.” (HR. Bukhari, Ahmad, Nasai, Ibnu Sa’id dan Baihaqi).

Ia keluar dan mengatakan hal itu sambil berteriak. Umar mengatakan hal tersebut lantaran syok yang mengguncang dirinya. Teriakannya yang kencang dan berulang membuat kaum muslimin kebingungan dan ikut mepercayai bahwa Rasulullah tidaklah meninggal.

Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu'anhu pun datang ke rumah putri Rasul, ia pun melihat kondisi Muhammad telah diselubungi kain. Abu Bakar menyingkap kain tersebut dan mencimnya seraya berkata, “Alangkah indahnya di waktu engkau hidup, alangkah indahnya pula di waktu engkau mati. Demi ibu-bapakku, maut yang sudah ditentukan Allah kepadamu sekarang sudah sampai kau rasakan. Sudah itu takkan ada lagi maut menimpamu.”

Setelah Abu Bakar melihat dengan kepalanya sendiri bahwa Rasulullah telah tiada, dia berkata kepada Umar, “Bersikaplah hati-hati wahai Umar."

Kemudian Abu Bakar bertasyahud dan memuji Allah, lalu dia berkata, “Siapa yang menyembah Muhammad, ketauhilah bahwa Muhammad telah wafat. Dan, siapa yang menyembah Allah, ketauhilah bahwa Allah Maha Hidup dan tidak akan pernah mati.” Abu Bakar kemudian membaca firman Allah dalam Surah Ali-Imran ayat 114 dengan arti:

“Dan Muhammad hanyalah seorang Rasul; sebelumnya telah berlalu beberapa Rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barang siapa berbalik ke belakang maka ia tidak akan merugikan Allah sedikit pun. Allah akan memberi balasan kepada orang yang bersyukur.”

Mendengar hal tersebut, Umar berkata, “Demi Allah, seakan baru kali ini aku mendengarnya.”

Dengan demikian segala perasaan yang masih ragu pada diri Umar bahwa Rasulullah sudah berpulang dapat dihilangkan.

Sumber: Kisah-Kisah Sahabat dan Orang-Orang Shalih

Add comment

Submit