Safanah binti Hatim, Sahabiyyah Santun yang Jago Berdiplomasi

"Barangsiapa yang menyerupai ayahnya (dalam perangainya yang baik), dia tidak tersesat."

Muslimahdaily - Ialah Safanah binti Hatim ath-tha'i, salah satu shabiyyah yang dikenal akan kesantunnya dalam berperilaku dan berbicara. Bagai buah yang jatuh tak jauh dari pohonnya, adab baik Safanah ternyata diturunkan dari sang ayah, yakni Hatim Ath-tha'i.

Suatu hari, ayahnya berkata pada Safanah, "Wahai putriku, sesungguhnya dua orang mulia, apabila sama-sama memegang harta, maka harta tersebut akan cepat habis. Karena itu, biarkan harta itu aku pegang atau kamu yang memegangnya."

Safanah menjawab, "Bagaimana kalau harta itu kita bagi secara adil dan kita tidak melampaui batas (dalam membelanjakannya)."

Ayahnya segera membagi harta tersebut dan terbukti bahwa harta tersebut tidak cepat habis.

Kesantunan Safanah juga tercermin sejak ia belum menjadi muslim. Ibnu Ishaq menceritakan ketika Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallan menawan Safanah dan beberapa tawanan Tha'i yang lain, Safanah bersikap sangat diplomatis. Safanah meminta dibebaskan untuk mencari saudaranya, Adi bin Hatim yang telah terlebih dahulu lolos dari tawanan.

Safanah berkata, "Wahai Rasulullah, telah meninggal dunia seorang bapak (Hatim ath-Tha'i) dan telah kabur seorang utusan."

Rasulullah bertanya, "Siapakah utusan tersebut?"

Safanah menjawab, "Adi bin Hatim."

Rasulullah kembali bertanya, "Bukankah dia yang kabur dari Allah dan Rasul-Nya?"

Dialog tadi terulang sampai tiga kali. Hingga salah seorang dari balik Rasulullah berkata dengan tak sabar, "Wahai (putri) kaum-ku, katakan kepadanya apa yang kamu mau!"

Tanpa gentar, Safanah kemudian menjawab, "Wahai Rasulullah, telah meninggal seorang bapak dan kabur seorang utusan. Berikan kepadaku apa yang Allah berikan kepadamu."

Lantas Rasulullah menjawab, "Sesungguhnya saya telah membebaskanmu, untuk menyusul saudaramu, tapi saya belum menemukan orang yang bisa dipercaya untuk mengantarkanmu kembali ke negerimu. Nanti akan tiba saatnya."

Dengan demikian, hati Safanah menjadi tenang dan lega. Ia akan segera bertemu kembali dengan saudaranya.

Walau sebagai tawanan, mereka termasuk Safanah diperlakukan dengan baik oleh kaum muslimin. Safanah menceritakan bahwa Rasulullah menjaga dan merawat ia dengan memberikan makanan dan pakaian hingga tiba saatnya ia menemui saudaranya.

Ketika akhirnya kedua saudara itu bertemu, Adi bin Hatim bertanya, "Bagaimana kesanmu terhadap laki-laki itu?"

"Saya berharap kamu bisa menemuinya," jawab Safanah.

Pada riwayat lain, diceritakan Safanah yang menemui Adi bin Hatim di Dumatul Janda usai dibebaskan berkata, "Wahai saudaraku, datangilah laki-laki tersebut (Rasulullah) sebelum dia datang menangkapmu. Sesungguhnya saya melihat perkataan yang jujur dan santun akan mengalahkan kaumnya yang menang. Dan saya telah menyaksikan begitu mulia sifat-sifat Rasulullah. Ia adalah orang yang mencintai fakir miskin, membebaskan tawanan, menyayangi yang lebih kecil, dan menghormati yang lebih besar. Saya tidak pernah menjumpai orang seramah dan semulia dia. Seandainya dia seorang nabi, mudah-mudahan kamu mendapat keutamaannya dan seandainya dia seorang malaikat, dia masih berada pada kemuliaannya."

Sungguh, perkataan saudaranya telah menyentuh hati Adi. Ia mempercayai Safanah sebagaimana telah terlihat dari kesantunan ia berbicara.

Lantas Adi berkata," Demi Allah, benarkah apa yang kaku katakan."

Saat itu juga, Adi berangkat menemui Rasulullah untuk menyatakan keislamannya. Adi bin Hatim menjadi muslim bersama Safanah yang kemudian beganti nama menjadi Hazimah.

Sumber: Perempuan-perempuan Mulia di Sekitar Rasulullah karya Muhammad Ibrahim Salim.

Add comment

Submit