Muslimahdaily - Allah menciptakan Fir’aun dengan segala tingkah dan kesombongannya sebagai contoh bagi manusia lain. Bahwa sesungguhnya mereka yang menentang Allah akan mendapatkan adzab. Tak main-main bahkan adzab yang ditunrunkan kepadanya sudah ia rasakan sejak masih berada di dunia.
Di dalam Al Qur’an, Fir’aun dikisahkan sebagai orang yang zalim. Sifatnya senantiasa membuat kerusakan di bumi, menjadikan manusia layaknya budak hingga menyiksa mereka. Selain itu, Fir’an mempunyai penyihir yang ia harap dapat melanggengkan kekuasaannya.
“Dan para pesihir datang kepada Fir‘aun. Mereka berkata, “(Apakah) kami akan mendapat imbalan, jika kami menang?” Dia (Fir‘aun) menjawab, “Ya, bahkan kamu pasti termasuk orang-orang yang dekat (kepadaku).” (QS. Al-A’raf: 113-114).
Puncak kezaliman Fir’aun adalah pada saat ia mengingkari kebesaran Allah dan mengaku sebagai Tuhan. Fir’aun tengah berhadapan dengan Nabi Musa ‘Alaihissalam saat ia berkata, “(Seraya) berkata, ‘Akulah tuhanmu yang paling tinggi.’” (QS. An-Nazi’at 24).
Pada saat itulah Allah menurunkan adzab-Nya. Fir’aun ditenggelamkan di tengah laut. Di akhir hidupnya, ternyata Fir’aun sempat berucap, “Aku beriman bahwa tiada tuhan selain yang diimani oleh kaum Bani Israil.” (QS. Yunus: 90).
Tatkala Fir’aun diadzab, malaikat Jibril hadir di saat yang bersamaan. Ia menceritakan kejadian ini kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam. Dirinya kala itu menyumpal mulut Fir’aun dengan halul bahri, yakni lumpur hitam yang ada di dasar laut.
Jibril melakukan hal tersebut dengan alasan takut Fir’aun mengucapkan kata “La ilaha illallah,” sehingga Allah akan menurunkan rahmat kepadanya dan menerima taubatnya.
Dari Ibnu Abbas Radiyallahu’anhu, Rasulullah berkata, “Sewaktu Allah menenggelamkan Fir’aun, ia mengucapkan, ‘Aku beriman bahwa tiada tuhan kecuali yang diamni kaum Bani Israil.’ Kemudian malaikat Jibril berkatan kepada Rasulullah, ‘Wahai Muhammad, seandainya engaku melihatku, kala itu aku mengambil tanah hitam dari dasar lautan. Lalu memasukkannya ke dalam mulut Fir’aun karena takut ia diliputi oleh rahmat.” (HR. at-Tirmidzi).
Dalam riawayat lain disebutkan, “Sesungguhnya malaikat Jibril memasukkan tanah ke dalam mulut Fir’aun karena takut Fir’aun mengucapkan La ilaha illallah, atau Jibril takut Allah merahmatinya.” (HR. at-Tirmidzi).
Bukan tanpa alasan, perlakukan malaikat Jibril yang menyumpul mulut Fir’aun lantaran ia sangat murka terhadap kesombongan dan tingkah lakunya yang telah melampaui batas. Hal yang sama juga terjadi pada Nabi Musa. Kala itu ia berdoa agar Fir’aun membinasakan harta Fir’aun dan pemuka kaum-kaum serta agar mereka mendapat siksa yang amat pedih.
“Musa berkata, ‘Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau telah memberi kepada Fir'aun dan pemuka-pemuka kaumnya perhiasan dan harta kekayaan dalam kehidupan dunia, ya Tuhan Kami—akibatnya mereka menyesatkan (manusia) dari jalan Engkau. Ya Tuhan kami, binasakanlah harta benda mereka, dan kunci matilah hati mereka, maka mereka tidak beriman hingga mereka melihat siksaan yang pedih’,” (QS. Yunus: 88).
Namun di balik kisah malaikat Jibril ini, kita bisa sedikit mengambil pelajaran. Salah satunya adalah betapa besar rahmat Allah dan ampunan bagi hamba-Nya yang bertaubat. Ketakutan malaikat Jibril menunjukkan bahwa rahmat Allah bisa saja datang kepada orang paling zalim seperti Fir’aun. Kisah tersebut juga menunjukkan betapa besarnya keutamaan kalimat tauhid. Barang siapa yang sempat mengucapkan di akhir hayatnya, maka Allah mengampuni dosa mereka di dunia.
Wallahu ‘alam.