Muslimahdaily - Alkisah hiduplah seorang muslim dari kalangan Anshar bernama Ts’alabah. Ia dan sang istri hidup dalam kemiskinan. Walau demikian, Ts’alabah merupakan sosok yang rajin beribadah dan enggan meninggalkan satu shalat pun. Dirinya bahkan mendapat julukan hamamatul masjid atau merpati masjid lantaran sering menetap dan itikaf di masjid.
Namun entah mengapa, Ts’alabah selalu terburu-buru pulang tepat usai shalat berjamaah, seakan-akan ada yang menunggunya di rumah. Hal tersebut tentu memancing rasa penasaran Rasulullah dan para sahabat lain. Hingga suatu hari Rasulullah menanyang alasannya selalu terburu-buru setelah shalat berjamaah.
“Saya hanya memiliki sehelai kain untuk dipakai secara bergantian. Ketika saya shalat, istri saya akan bersembunyi hingga saya datang untuk kembali,” ucap Ts’alabah dengan jujur. Ternyata selama ini Ts’alabah pulang dengan terburu-buru karena bajunya tersebut hendak dipakai sang istri untuk shalat.
Pengakuan jujur Ts’alabah tersebut membuat Rasulullah dan para sahabat terenyuh. Mereka pun mengizinkan Ts’alabah agar segera pulang.
Beberapa waktu kemudian, Ts’alabah mulai jenuh dengan kemiskinannya. Ia pun memutuskan untuk menghadap Rasulullah dan meminta tolong didoakan agar Allah merubah nasibnya. Setidaknya ia punya sedikit lebih banyak harta.
Rasulullah tak lantas mendoakannya dan malahan menasihati Ts’alabah.
“Wahai Ts’alabah bersyukurlah dengan apa yang engkau miliki saat ini. Sesungguhnya sedikit jasa sesuatu yang bisa engkau syukuri jauh lebih baik daripada yang banyak namun tidak mampu engkau syukuri. Bukankah engkau memiliki suri tauladan dari Rasulullah (yang tidak hidup dengan harta berlimpah)? Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, jika aku menginginkan gunung berubah menjadi emas dan perak maka semua itu akan terjadi,” ucap Rasulullah.
Penolakan Rasulullah tak membuat Ts’alabah patah semangat. Esok harinya, ia kembali ke lagi dan mendesak agar Rasulullah mendoakannya. Sementaa itu, Rasulullah menolak karena alasan takut jika Ts’alabah kaya maka ia akan kufur.
Pada akhirnya Rasulullah luluh karena Ts’alabah berjanji akan istiqamah di jalan Allah. Beliau pun mendoakan agar Allah memberi Ts’alabah harta yang berlimpah.
Hari berlalu dan Ts’alabah pun mendapat seekor kambing. Ts’alabah pun mulai sibuk merawat dan mengembangbiakkan kambingnya tersebut. Karena tekenunan usahanya tersebut, Ts’alabah berhasil menghasilkan ribuan kambing. Bahkan saking banyaknya disebut-sebut mampu mengisi dua lembah gunung.
Ts’alabah yang semakin sibuk pun perlahan meninggalkan shalatnya. Ketika beberapa jamaah melewati padang gembalaan untuk shalat Jumat, ia hanya menyapa dan menanyakan kabar. Tentu tanpa niat ikut shalat Jumat.
Bakan saat salah satu nabi menghampirinya untuk meminta zakat dari Ts’alabah, ia menolak dengan dalih zakat sebagai alat pemeres ummat.
“Ini hanyalah pajak, ini adalah semacam pajak. Aku tidak tahu, apa ini? Pergilah sehingga selesai tugasmu, nanti kembali lagi kepadaku,” kilah Ts’alabah.
Mendengar perlakuan Ts’alabah yang makin jauh dari agama membuat Rasulullah terkejut. Terlebih Ts’alabah mengingkari janjinya untuk istiqamah dengan ibadahnya apabila Allah menambah rezekinya.
“Aduh celaka Ts’alabah, aduh celaka Ts’alabah, celaka Ts’alabah,” ujar sang nabi.
Ucapan Rasulullah tadi akhirnya sampai ke telinga Ts’alabah dan membuat dirinya resah. Ia mendatangi Rasulullah dan memohon agar zakatnya diterima.
“Allah telah melarangku menerima zakatmu,” ucap Rasulullah.
Semenjak itu, Ts’alabah diberi hati muanafik. Dan sejak itu pula merpati masjid berubah menjadi sosok yang munafik hingga akhir hayatnya.
Karena kejadian inilah, Allah menurunkan firman-Nya dalam at-Taubah ayat 75-78.
“Dan diantara mereka ada yang telah berikrar kepada Allah, ‘Sesungguhnya jika Allah memberikan sebagian karunia-Nya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang yang saleh’. Maka setelah Allah memberikan kepada mereka sebagian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu, dan berpaling, dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran). Maka, Allah menimbulkan kemunafikan pada hati mereka sampai kepada waktu mereka menemui Allah, karena mereka telah memungkiri terhadap Allah apa yang telah mereka ikrarkan kepada-Nya dan (juga) karena mereka selalu berdusta. Tidaklah mereka tahu bahwasanya Allah mengetahui rahasia dan bisikan mereka, dan bahwasanya Allah amat mengetahui segala yang gaib?” (QS. At-Taubah: 75-78).
Wallahu ‘alam.