Muslimahdaily - Pada tahun kelahiran Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, tepatnya sekitar tahun 571 M telah terjadi penyerangan pasukan bergajah oleh Abrahah di kota Makkah. Saat itu Kota Makkah merupakan kota yang ramai dikunjungi masyarakat. Hal tersebut dikarenakan letaknya yang strategis dan juga berada pada jalur perdagangan di Hijaz.
Abrahah al-Asyram al-Habsy merupakan seorang Gubernur Yaman yang kala itu merasa iri melihat keramaian kota Makkah. Bahkan, rakyatnya pun seringkali mengunjungi Makkah. Berbagai cara Abrahah lakukan agar kotanya bisa ramai seperti Makkah, salah satunya dengan membangun pusat pemerintahannya di Kota Sana’a.
Melansir Youtube Kastari Sentra, Abrahah saat itu sangat terheran mengapa Ka’bah mampu menarik banyak kunjungan dari bangsa Arab. Kemudian rasa irinya tersebut mendorongnya untuk mencari cara bagaimana bisa menandingi Ka’bah. Ia pun memutuskan untuk membangun bangunan yang megah tepatnya tempat ibadah yaitu Gereja yang diberi nama Al-Qullais.
Al-Qullais memang bangunan yang sangat megah dimana pintunya terbuah dari emas, sedangkan lantainya terbuat dari perak. Tak hanya itu, fondasinya pun terbuat dari kayu cendana.
Abrahah berpikir bahwa dengan membangun bangunan yang megah seperti Al-Qullais dapat menarik perhatian masyarakat. Sehingga, ia dapat menyaingi Kota Makkah.
Namun, kenyataannya bangsa Arab tak sedikit pun tertarik. Ka’bah tetap menjadi pusat perhatian bangsa Arab. Hal tersebut membuat Emosi Abrahah memuncak. Keinginannya untuk menghancurkan Ka’bah semakin menjadi-jadi.
Keesokan harinya, Abrahah segera menyiapkan rencananya untuk menghancurkan Ka’bah. Ia mengumpulkan para prajurit yang tangkas beserta pasukan gajah. Semua lengkap dengan peralatan perangnya. Ia pun memimpin pasukan tersebut untuk segera mendatangi kota Makkah, tanah suci umat Islm.
Tak lama kemudian, sampailah mereka di perbatasan kota Makkah tepatnya di Mughammas. Mereka melakukan perampasan harta benda serta hewan peliharaan milik penduduk Makkah, termasuk 200 ekor unta milik Abdul Muthalib. Hal tersebut sampai di telinga Abdul Muthalib, kakek Rasullah sekaligus orang yang diberi kepercayaan sebagai juru kunci dan menjaga Ka’bah.
Mendengar kabar tersebut, Abdul Muthalib segera menemui Abrahah. Gubernur Kota Yaman itu mengira bahwa kedatangan Abdul Muthalib adalah sebagai bentuk kecemasan jika Ka’bah akan dihancurkan oleh pasukannya.
Ternyata Abdul Muthalib hanya meminta 200 ekor untanya dikembalikan. Abrahah pun terheran-heran, ia pun bertanya mengapa Abdul Muthalib tidak menghalanginya untuk menghancuran Ka’bah. Abdul Muthalib pun menjawab, “Saya hanya memiliki unta, sedangkan Ka’bah bukan kepunyaa saya, ada Tuhan yang menjaganya.” Akhirnya Abrahah pun mengembalikan unta-untanya dan Abdul Muthalib pun segera kembali ke Kota Makkah.
Ketika sampai di Makkah, Abdul Muthalib menginformasikan masyarakatnya tentang kedatangan Abrahah. Ia memperingatkan rakyatnya untuk segera meninggalkan Kota Makkah dengan mengungsi ke daerah perbukitan. Mereka pun bergegas pergi ke bukit.
Saat itulah Abrahah melancarkan aksinya untuk menghancurkan Ka’bah. Pasukan gajah pun berlarian menuju kota Makkah. Namun, saat Abrahah memerintahkan untuk menyerang, seketika kaki pasukan gajah tersebut tidak dapat melangkah. Para prajurit mencoba memukul pasukan gajah tersebut agar mau bergerak. Tetapi hasilnya nihil.
Tiba-tiba dari arah langit datang sekawanan burung membawa batu-batu panas. Hal ini seperti disebutkan dalam surat Al-Fiil ayat 3-4, “Dan Dia Allah mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong yang melempari mereka dengan batu dari tanah liat yang dibakar.” Abrahah dan para prajurit pun berlarian meninggalkan Ka’bah.
Namun, beberapa langkah mereka bergerak, tubuh mereka kepanasan dan sendi-sendi mereka terlepas terkena serangan burung Ababil. Akhirnya satu persatu mereka meninggal dunia karena tidak kuat menahan rasa panas dari batu yang dilemparkan burung ababil, termasuk Abrahah. Terbukti bahwa tidak ada satupun makhluk yang dapat menandingi kekuasan Allah Ta'ala. Hingga kini, Ka’bah tetap berdiri kokoh dan megah.