Muslimahdaily - Di hari pembalasan kelak, manusia akan diberi ganjaran sesuai dengan amal perbuatan mereka di dunia. Bila mampu melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya dengan baik, maka akan dibalas dengan surga. Sebaliknya, bila lebih sering berbuat dosa, maka neraka adalah balasan yang setimpal.

Walau demikian, Allah memiliki Sifat Maha Pengasih bagi hamba-Nya. Di balik azab dan kemurkaan-Nya yang pedih, rahmat dan kasih sayang-Nya justru lebih besar.

Allah berfirman,

“Dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu.” (Al Araf: 156).

Dalam sebuah hadits, Allah berfirman,

“Sesungguhnya rahmat-Ku mengalahkan kemurkaan-Ku.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Kemurahan hati Allah ini tergambar dari sebuah kisah. Dalam riwayat Bukhari dari Abu Hurairah, diceritakan ada seorang hamba bernama Syahdan. Di akhirat, Sayhdan ternyata merupakan orang paling terakhir yang dihisab. Ketika manusia dan makhluk lain sudah selesai berhadapan dengan Allah, hanya dirinya saja yang masih berdiri di antara surga dan neraka.

Satu kaki Syahdan bahkan sudah menyentuh bibir neraka. Tak ada lagi kebaikan yang dapat menyelematkannya. Amalannya terkuras dan kini harus menanggung kedzaliman, kepelitan, dan ketidakpedulian terhadap sesama, serta perilaku-perilaku tidak terpujinya selama di dunia.

Di saat seperti ini, hanya Allahlah penolong satu-satunya. Walau sadar dengan segala perilakunya di dunia, tentu saja ia tak mau tenggelam dalam lautan api nereka. Oleh sebab itu dengan segala kepasarahannya, Syahdan berujar hendak memohon.

“Aduh Tuhanku! Palingkanlah wajahku dari api neraka. Baunya sangat menyiksaku dan panasnya membakarku,” kata Syahdan.

“Bukankah bila Aku melakukan hal itu untukmu, engkau akan meminta yang lain?” tanya Allah.

“Sungguh, hamba tidak akan meminta kepada Engkau yang lain lagi,” jawab Syahdan penuh harap dan cemas.

Dengan sedikit usaha lagi, akhirnya si hamba dan Tuhannya tersebut melakukan perjanjian seperti di atas. Allah menghendakinya, sehingga akhirnya dipanggilkan wajah Syahdan dari nereka.

Tak kala wajahnya sudah menghadap surga, Syahdan ternyata amat tergoda dengan kenikmatan yang ada di dalamnya, begitulah kehendak Allah padanya. Tentu saja berbanding terbalik dengan bau busuk dan gersangnya hawa neraka.

Lagi pula, siapa yang tidak terpikat dengan keindahan surga buatan Allah? Di dalamnya ada bangunan paling megah yang tak pernah ada di dunia. Dialiri dengan sungai yang airnya terbuat dari madu. Serta para bidadari yang kecantikannya tidak tertandingi oleh wanita paling cantik sekalipun.

Oleh sebab itu, Syahdan kembali memohon agar dirinya dapat sedikit lebih dekat mendekat dengan kenikmatan surga.

“Ya Rabbi! Majukanlah hamba ke gerbang surga,” katanya merajuk.

“Bukankah telah kauberikan perjanjianmu untuk tidak meminta yang lain selain ini. Bagaimana engkai hai anak Adam! Alngkah khianatnya dirimu,” demikian firman Allah.

Masih merajuk, si hamba kembali berujar, “Aduh Tuhanku.”

“Bukankah kalau Aku memberiku yang ini lantas engkau akan meminta yang lain?” tanya Allah.

Syahdan masih berusaha, ia lantas mengajukan perjanjian lain, “Tidak, demi keagungan-Mu.”

Bukan hal sulit bagi Allah untuk mengabulkan permintaanya Syahdan tersebut. Oleh sebab itu, Allah memperkenannya. Membawa Syahdan ke gerbang surga dan memperlihatkan lebih dekat kenikmatan di dalamnya. Mata Syahdan terbelak gembira. Namun dirinya terdiam sebagaimana Allah menghendakinya terdiam.

“Aduh Tuhanku! Masukkanlah hamba ke dalam surga-Mu. Ya Rabbi, janganlah hamba menjadi hamba-Mu yang paling malang,” ujar Syahdan hendak kembali merayu Allah. Ia terus merajuk, demikian Allah menghendakinya, hingga Allah tertawa karenanya.

“Masuklah engkau ke dalam surga!” lantas Allah berfirman.

Ketika Syahdan melangkahkan kakinya dalam dalam surga, Allah kembali berfirman, “Sebutkanlah segala keinginanmu!”

Maka Syahdan meminta apa saja yang diinginkan dan diangankannya, sampai-sampai Allah menawarkannya ini dan itu yang tidak sempat disebutkan oleh si hamba.

Ketika semua impiannya telah dikabulkan, Allah berfirman, “Itu semua jadi mililkmu, ditambah lagi dengan yang senilai itu.”

Demikianlah kisah orang terakhir yang masuk surga. Betapa luas dan besar rahmat Allah bagi hamba-Nya. Kisah ini bisa jadi alasan kita untuk senantiasa berbaik sangka pada Allah. Semoga kita termasuk orang-orang yang dirahmati Allah.

Wallahu ‘alam.

Sumber: Republika.

Itsna Diah

Add comment

Submit