Kisah Ummu Kultsum dan Sayyidina Umar yang Membantu Proses Melahirkan

Muslimahdaily - Dikisahkan Ummu Kultsum binti Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu 'anhum adalah orang yang pertama kali masuk Islam dari golongan anak kecil. Secara nasab, beliau memiliki kedudukan yang tinggi dan posisi yang luhur di sisi Rashullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.

Begitu juga putri Khalifah Rasyidin yang keempat. Kakeknya adalah penghulu anak Adam. Ibunya adalah ratu wanita ahli surga, Fathimah binti Rasulullah Radhiyallahu 'anha, sedangkan kedua saudaranya adalah pemimpin pemuda ahli surga dan penghibur hati Rasulullah.

Putri bungsu dari Sayyidina Ali Radhiyallahu 'anhu ini lahir pada tahun ke-6 H yang artinya sempat bertemu dengan sang kakek. Ummu Kultsum tumbuh, berkembang serta terdidik. Hal ini yang menjadikannya teladan bagi para gadis muslimah yang tumbuh di atas din, keutamaan dan rasa malu.

Suatu ketika Amirul Mukminin Umar bin Khaththab, yang saat itu menjabat sebagai khalifah mendatangi ayahnya untuk meminang beliau. Akan tetapi, Ali bin Abi Thalib meminta agar pernikahan tersebut ditunda karena Ummu Kultsum masih kecil.

Umar berkata, “Nikahkanlah aku dengannya wahai Abu Hasan, karena aku telah memperhatikan kemuliaannya yang tidak aku dapatkan pada orang lain.”

Mendengar pernyataan tersebut, maka Ali meridhai dan menikahkan Umar dengan putrinya pada bulan Dzulqa’dah tahun 17 Hijriah, dan hidup bersama. Dari pernikahan tersebut, Ummu Kultsum dikaruniai dua orang anak yaitu Zaid bin Umar Al-Akbar dan Ruqayyah binti Umar Radhiyallahu 'anhum.

Ada hal yang mengesankan dari sosok Ummu Kultsum, istri dari Amirul Mukminin ini. suatu ketika Umar keluar pada malam hari seperti biasa untuk mengawasi rakyatnya, beliau melewati suatu desa di Madinah. Tiba-tiba, beliau mendengar suara rintihan seorang wanita yang bersumber dari dalam sebuah gubuk. Di depan pintu, ada seorang laki-laki yang sedang duduk.

Melihat laki-laki itu, Umar mengucapkan salam kepadanya dan bertanya tentang apa yang terjadi. lalu laki-laki tersebut berkata bahwa dia adalah seorang Badui yang ingin mendapatkan kemurahan Amirul Mukminin. Kemudian Umar bertanya tentang wanita yang sedang merintih di dalam gubuk tersebut.

Namun, laki-laki tersebut tidak mengetahui bahwa yang berbicara dengannya adalah Amirul Mukminin, maka dia menjawab “Pergilah kamu! Semoga Allah merahmatimu sehingga mendapatkan hal yang kamu cari, dan janganlah bertanya tentang sesuatu yang tak ada gunanya bagi kamu.”

Umar tak tak lantas pergi, ia terus mengulangi pertanyaannya agar dapat membantu kesulitan laki-laki tersebut.

“Dia adalah istriku yang hendak melahirkan dan tak ada seorang pun yang dapat membantunya," katanya dengan getir.

Jawaban tersebut membuat Umar bergegeas kembali ke rumahnya. Sesampainya di rumah, Umar menemui istrinya yakni Ummu Kultsum dan berkata, “Apakah kamu ingin mendapatkan pahala yang akan Allah limpahkan kepadamu?”

Beliau menjawab dengan penuh antusias dan berbahagia dengan kabar gembira tersebut yang mana beliau merasa mendapatkan kehormatan karenanya, “Apa wujud kebaikan dan pahala tersebut, wahai Umar?”

Usai mendengar penuturan Umar, Ummu Kultsum segera bangkit dan mengambil peralatan untuk membantu melahirkan dan kebutuhan bagi bayi. Sementara Amirul Mukminin membawa kuali yang di dalamnya ada mentega dan makanan. Setelah itu, keduanya segera berangkat ke gubuk tersebut.

Sesampainya di gubuk tersebut, Ummu Kultsum masuk ke dalam gubuk dan membantu ibu yang hendak melahirkan, dan beliau bekerja dengan semangat sebagai seorang bidan. Sedangkan Umar duduk-duduk bersama laki-laki tersebut di luar sambil memasak makanan yang beliau bawa.

Tatkala istri laki-laki tadi melahirkan anaknya, Ummu Kultsum secara spontan berteriak dari dalam rumah, “Beritakan kabar gembira kepada temanmu, wahai Amirul Mukminin, bahwa Allah telah mengaruniakan kepadanya seorang anak laki-laki.”

Mendengar hal itu, sontak membuat laki-laki tersebut terperanjat karena ternyata orang yang berada di sampingnya ini adalah Amirul Mukminin.

Begitu pula wanita yang melahirkan tersebut terperanjat karena yang membantunya melahirkan adalah istri dari Amirul Mukminin, Ummu Kultsum. Mereka tak menyangka bahwanya kedua orang penting dan terhormat hadir dan membantu proses melahirkan keluarga rakyat biasa.

Add comment

Submit