Muslimahdaily - Handzalah bin Abi Amir adalah pemuda Anshar yang kuat dari Kabilah Aus. Handzalah juga merupakan salah satu sahabat Nabi yang sangat taat kepada perintah Allah.

Suatu hari, Handzalah menikah dengan seorang perempuan yang dicintainya bernama Jamilah binti Abdullah. Mereka menikah di Madinah. Kisah cinta antara Handzalah dan Jamilah merupakan kisah cinta sahabat Nabi yang sangat menyentuh hati karena mendahulukan rasa cintanya kepada Allah.

Setelah hari pernikahan Handzalah, dirinya izin kepada Rasulullah untuk bermalam bersama istinya. Rasulullah pun mengizinkan. Normalnya pasangan yang baru menikah Handzalah dan Jamilah sangat bahagia telah menyandang status baru sebagai suami-istri.

Pada waktu yang bersamaan, suasana kota Madinah saat itu sedang mencekam karena isu peperangan. Prajurit Muslim banyak yang berjaga di berbagai sudut kota. Walaupun mencekam, Handzalah tetap menikmati malam pengantin bersama istri tercinta pada malam itu juga. Malam kebahagiaan pengantin baru telah berlalu, dan terbitlah fajar. Handzalah pun menunaikan salat Subuh namun ia segera kembali ke dekapan istrinya.

Tidak lama kemudian terdengar samar-samar suara yang menyerukan "Mari Berjihad" sebagai tanda dari Rasulullah untuk melakukan perang. Kala itu Handzalah merasa berat sekali karena harus melaksanakan perintah Rosulullah namun harus meninggalkan istrinya sendirian tepat pada malam pernikahannya yang pertama.

Dengan pendiriannya yang teguh serta kepatuhannya terhadap Rasulullah dan agama, Handzalah segera bergegas memenuhi panggilan perang tersebut. Hal tersebut sangat didukung oleh istri Handzalah. Jamilah sangat mendukung Handzalah untuk ikut serta dalam peperangan karena rasa cinta mereka kepada Allah sangat tinggi.

Sebagai tanda perpisahan melepas kepergian Handzalah untuk berjihad melawan kaum Quraisy pada Perang Uhud, Jamilah hanya bisa memeluk dan menatap Handzalah dengan penuh cinta.

Handzalah membawa satu pedang untuk berperang. Ketika pergi keadaan diri Handzalah tidak sempat mandi junub. Dalam keadaan tersebut Handzalah segera bergabung dengan para prajurit Muslim Rasulullah. Ia menghadap musuh dari kaum kafir Abu Sufyan.

Ketika sesi pertama perang, prajurit Muslim dapat mengalahkan musuh, namun ternyata prajurit Muslim kembali diserang dari belakang. Malangnya, ketika diserang dari belakang Handzalah dihantam pedang dan belati oleh kaum kafir Quraisy. Ia juga dilempari anak panah dan tombak.

Tak lama kemudian seluruh tubuh Handzalah terbujur dan menghembuskan nafas terakhir. Ketika perang usai Rasulullah mencari tau prajurit Muslim yang gugur dalam perang Uhud. Rasul melihat jasad Handzalah dalam keadaan bersih dari bercak darah. Bahkan rambutnya basah, padahal kondisi Bukit Uhud gersang tanpa air.

Seorang sahabat Nabi memberitahu bahwa Handzalah dalam keadaan junub karena baru saja menikah.

Nabi pun mengatakan, "Aku melihat dia telah dimandikan oleh para malaikat di antara langit dan bumi."

Jamilah telah mengetahui kabar meninggalnya Handzalah dalam peperangan. Sebagai seorang istri ia sangat sedih dan merasa kehilangan. Jamilah tidak pernah menyangka akan menjanda setelah hari pernikahannya. Dengan hati yang ikhlas Jamilah melepas Handzalah ke pangkuan Allah.

Sejak peristiwa itu Handzalah tidak hanya sekadar dijuluki Mujahid, ia juga mendapat sebutan Ghasilul Malaikah, yakni orang yang disucikan makhluk Allah yakni para malaikat.