Muslimahdaily - Hari baru saja memasuki fajar. Cahaya mentari membuat siluet putih di atas langit. Para wanita dan anak-anak masih berlindung di balik benteng. Mereka diliputi kekhawatiran akan nasib suami, ayah dan anak mereka yang tengah bertempur di jalan Allah. Mereka menunggu harap cemas akan kemenangan perang kali ini, yakni perang khandaq.
Sesosok wanita mulia selalu mengawasi dari balik benteng. Dialah Shafiyyah binti Abdul Muthalib, bibi Rasulullah dan ibunda dari shahabat Zubair bin Al Awwam. Sebetulnya telah ditugaskan beberapa orang mujahidin untuk melindungi benteng muslimin. Namun Shafiyyah merasa harus selalu sigap dan berjaga-jaga.
Perasaan Shafiiyah benar adanya. Pagi itu, benteng muslimin kosong dari para mujahidin. Rupanya mereka tengah sibuk menghadang pasukan Quraisy di ujung Khandaq hingga lupa atas penjagaan benteng. Hampir-hampir benteng itu diserang musuh seandainya Shafiyyah yang cerdik tak sigap kala itu.
Saat itu ia melihat sesosok bayangan tengah mengendap endap mendekati benteng. Shafiyyah pun segera menajamkan pandangan dan pendengarannya. Ia kemudian mengetahui bahwa sosok mencurigakan itu adalah seorang Yahudi yang tengah memata-matai benteng muslimin.
Saat perang Khandaq, pasukan Quraisy memang mendapat bala bantuan dari kaum Yahudi Bani Quraizhah. Padahal, bani tersebut telah membuat perjanjian damai dengan muslimin. Namun rupanya, mereka telah melanggar perjanjian yang berarti mereka boleh diperangi.
Shafiyyah tahu betul bagaimana Bani Quraizhah melanggar perjanjian. Tak heran jika kemudian mereka mengirim mata-mata untuk menumpas muslimin di titik terlemah, yakni para wanita dan anak-anak.
Pastilah si mata-mata ini tak tahu bahwa tak ada pasukan penjaga benteng. Pastilah ia tengah mencari tahu jikalau benteng ini hanyalah didiami wanita dan anak-anak. Demikian pikir Shafiyyah.
"Kalaulah satu musuh Allah ini mampu lolos dan memberitahu kaumnya tentang kondisi kami, tentu Yahudi ini akan menawan dan menyandera para wanita serta memperbudak anak-anak. Maka ini akan menjadi musibah besar bagi kaum muslimin," ujar Shafiyyah dalam hati.
Sang shahabiyah cerdik ini pun segera mengencangkan pakaiannya, memakai kudung dan mengambil tongkat. Dengan berani, ia menuju gerbang benteng untuk melawan si Yahudi. Dengan kehati-hatian dan kecerdikan, Shafiyyah keluar benteng dan mengendap ke arah si musuh.
Hingga saat posisinya telah dekat dengan si Yahudi, Shafiyyah segera memukulnya dan melempar tongkatnya ke arah kepala musuh Allah. Berkali-kali diserangnya si Yahudi hingga tewas. Tak hanya itu, kepala sang musuh dipenggalnya kemudian dibawanya ke atas benteng. Lalu dilemparkan kepala tersebut ke luar benteng tempat pasukan Yahudi menunggu.
Sungguh cerdas Shafiyyah. Apa yang ia lakukan tersebut rupanya untuk menjadikan peringatan bagi pasukan Yahudi dan agar tak diketahui bahwa benteng kosong dari para penjaga.
Benar, begitu pasukan Yahudi melihat kepala si mata-mata yang mereka utus, merindinglah mereka. Pemimpin mereka berkata, "Sungguh kami tahu bahwa Muhammad tidak mungkin meninggalkan para wanita dan anak-anak tanpa ada yang menjaga dan melindungi mereka." Maka pasukan Yahudi itu pun bertolak mundur dan batal menyerang benteng.
Luar biasa apa yang telah dilakukan Shafiyyah. Seorang wanita yang tak pernah memegang belati tersebut mampu membunuh musuh dengan gagah berani. Dialah wanita pertama muslimin yang mampu membunuh musuh Allah. Ia lah wanita muslimin pertama yang berlakon layaknya mujahidin di medan perang. Shafiyyah binti Abdul Muthalib, wanita pertama yang membunuh seorang musyrik dalam sejarah Islam. Semoga Allah merahmatinya dengan keindahan surgawi.