Panutan Para Muslimah, Kisah Ketegaran Luar Biasa Seorang Istri

Muslimahdaily - Rumaisha Ummu Sulaim, seorang shahabiyah yang juga merupakan istri dari Abu Thalhah dan ibunda Anas bin Malik. Ketegahannya tercatat dalam sejarah dengan tinta emas. Ibunda mana yang lebih tegar dari Ummu Sulaim ketika ditinggal pergi putra kesayangannya.

Dikisahkan dari Anas bin Malik, bahwa sang ibunda melahirkan seorang anak laki-laki yang sangat dicintainya. Anak itu menjadi anak kesayangan sang ayah, Abu Thalhah. Namun di usia yang bahkan belum menginjak remaja, anak tersebut menderita penyakit hingga membuat Abu Thalhah sangat berduka.

Lalu suatu hari, sang anak menghembuskan nafas terakhir. Kala itu, Abu Thalhah tengah pergi menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Ummu Sulaim tahu betul bahwa Abu Thalhah sangat mencintai anak tersebut, ia pun khawatir suaminya akan berduka yang teramat sangat.

Ummu Sulaim pun berkata pada keluarganya, “Tidak boleh ada seorang pun yang mengabarkan kepada Abu Thalhah mengenai kematian putranya. Biarlah aku sendiri yang akan mengabarkannya,” tutur Ummu Sulaim yang sebetulnya pun tengah bersedih karena anaknya telah tiada.

Tanpa menyertakan Abu Thalhah, Ummu Sulaim dan sanak saudaranya pun menguburkan jenazah sang putra kesayangan. Hingga ketika Abu Thalhah pulang, tak ada kabar yang ia dengar mengenai kematian putranya. Namun sang shahabat Rasul kemudian menanyakan perihal putranya kepada sang istri.

Ummu Sulaim hanya menjawab, “Sejak putra kita sakit, tak pernah ia setenang hari ini. Aku berharap ia telah mendapat kebahagiaan,” tuturnya berusaha menahan air mata agar tak keluar.

Abu Thalhah tak merasa curiga. Ia justru merasa tenang karena mengira putranya yang sakit tengah beristirahat nyenyak. Ummu Sulaim pun menjalani aktivitasnya seperti biasa. Ia menyiapkan makan malam dan membereskan rumah.

Saat hari telah larut, Ummu Sulaim bahkan membersihkan diri, bersolek dan memakai wewangian hingga Abu Thalhah pun merasa senang dan melakukan ibadah bersama istrinya. Tak nampak sedikitpun raut duka dari wajah Ummu Sulaim meski hatinya bak karang yang hancur berkeping-keping karena meninggalnya sang belahan jiwa.

Hingga akhir malam, barulah Ummu Sulaim mengabarkan peristiwa besar yang terjadi di rumahnya pagi tadi. Namun ia tak langsung mengabarkan peristiwa besar kematian tersebut, melainkan menyampaikannya dengan sangat bijak.

“Wahai Abu Thalhah, apa pendapatmu jika ada sesuatu kaum yang meminjam barang kepada kaum lain. Lalu suatu hari kaum si piutang tersebut meminta kembali barang mereka. Apakah kaum yang berhutang diizinkan untuk menahan barang tersebut?” tanya sang shahabiyah shalihah tersebut.

“Tentu tidak boleh,” jawab Abu Thalhah jelas dan pasti. Mendengarnya, barulah Ummu Sulaim menyampaikan kabar kematian putranya.

“Allah Ta’ala telah meminjamkan anak kepadamu, lalu Ia mengambil kembali apa yang dipinjamkan-Nya itu. Oleh karena itu, bersabarlah dan harapkanlah padahal dari-Nya,” tutur Ummu Sulaim yang kini dapat menyiratkan duka yang seharian ia pendam.

Abu Thalhah pun begitu kaget mendengarnya. Hingga kemudian ia menenagkan diri dan mengucapkan istirja. “Innalillahi wainna ilahi raji’un,” ucapnya dengan sabar.

Keesokan pagi, Abu Thalhah mengisahkan kejadian tersebut kepada Rasulullah. Lalu Rasulullah bertanya, “Apakah kalian berdua melakukan hubungan tadi malam?”

“Ya,” jawab sang shahabat. Rasulullah pun kemudian mendoakan keberkahan kepada Abu Thalhah dan Ummu Sulaim, “Ya Allah, berkahilah keduanya.” Maka dengan izin Allah dan berkat do’a Rasulullah, Ummu Sulaim mengandung anak hasil dari hubungan cinta pada malam itu.

Kisah ketegaran Ummu Sulaim ini diriwayatkan oleh Imam Al Bukhari dan Imam Muslim. Kisah ini pula sangat terkenal di kalangan muslimin dan menjadi panutan para Muslimah dari era Rasul hingga akhir zaman kelak. Yakni sebuah panutan ketegaran menjadi seorang ibu sekaligus seorang istri.

Add comment

Submit