Muslimahdaily - Qarun hidup pada masa Nabi Musa ‘Alaihissalam, A’Masy meriwayatkan dari Minhal bin Amr bahwa Qarun adalah sepupu Nabi Musa, Qarun memiliki nasab Qarun bin Yashhub bin Qahits, sedangkan Nabi Musa memiliki nasab Musa bin Imran bin Qahits. Beberapa ahlul pun menyatakan hal demikian.
Dikisahkan bahwa Qarun adalah bagian dari kaum Nabi Musa, namun ia berlaku dzalim kepada mereka. Ajaran-ajaran yang dibawa oleh nabiyullah itu pun tak benar-benar diresapi olehnya. Qarun menjadi sosok yang ditunjukkan Allah sebagai pembelajaran bagi para kaum muslimin.
Semasa hidupnya, Qarun berlimpah pahala dan senantiasa membanggakan harta yang dimilikinya mulai dari pakaian, kendaraan, para pelayan bahkan ajudannya. Kala itu, orang—orang kaya biasanya menyembunyikan kunci harta mereka di tempat rahasia. Namun berbeda dengan Qarun, ia bahkan memerintahkan sejumlah orang kuat untuk menopang kunci-kunci tempat ia menaruh hartanya. Orang-orang itu akan senantiasa mengikuti Qarun kemanapun ia pergi. Tak dapat dibayangkan sebanyak apa harta Qarun bila kuncinya saja sampai dipikul oleh beberapa orang kuat. Bukan tanpa alasan, ia melakukan hal itu tak lain agar dapat menyombongkan diri di depan orang banyak.
Sikap kesombongannya pun membenihkan rasa iri di antara orang-orang sekitarnya, mereka yang mencintai dunia akan berkata, “Andaikan aku menjadi Qarun yang memiliki harta teramat banyak”. Sedangkan para penesehat telah memberitahukannya untuk tidak berbangga terhadap apa yang telah dimiliki. Dengan sombong, Qarun berkata, “Innama Utituhu ‘ala ‘ilmi indi” (Sesungguhnya aku diberi (harta itu) semata-mata karena ilmu yang aku miliki).
Dalam perkataan Qatadah, sikapnya itu tidak menyurutkan orang-orang di sekitar dengan menjulukinya Al-munawwir (yang memberi cahaya) kerena ia mahir membaca kitab taurat. Hanya saja Kitab Taurat tidak dipahami makna dan perintahnya hingga Qarun tergolong munafik dan menjadikan dirinya bagian dari musuh Allah. Ia pun tidak mampu mengambil pelajaran dari orang-orang sebelumnya yang turut dibinasakan oleh Allah atas kemungkarannya.
Pada suatu hari, Qarun hendak berjalan-jalan. Dipilihlah pakaian, kuda, pasukan, dan budak terbaik, serta tak lupa kunci-kuncinya untuk dipamerkan. Ia berkata, “Bawalah semua harta-hartaku! Hari ini aku ingin menunjukkan harta-hartaku pada orang-orang. Bawa semua emas, perak, perunggu, barang-barang mewahku, koleksi pribadiku, dan yang lainnya. Ketika kita lewat, aku ingin semua orang terkagum-kagum melihat banyaknya hartaku.”
Sementara orang-orang iri terhadapnya, di antara mereka ada pula yang mengatakan, “Celakalah kamu! Ketahuilah, pahala Allah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan (pahala yang besar) itu hanya diperoleh oleh orang-orang yang sabar.” Merekalah orang-orang yang memiliki ilmu.
Dikarenakan sikapnya yang telah melampaui batas, Qarun pun ditelan bumi, sebagaimana dalam firman Allah subhanau wa ta’ala yang artinya, “Maka kami benamkan Qarun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golongan pun yang menolongnya terhadap azab Allah. Dan tiadalah ia termasukorang-orang (yang dapat) membela (dirinya). (Q.S Al-Qasas: 81).
Tatkala Qarun telah di telan bumi, orang-orang di sekitarnya menyesal dan kembali pada cahaya Allah untuk bersyukur terhadap apa yang telah dimiliki. Sungguh, Allah telah mengatur hamba-hambanya dengan teramat sempurna. Terkadang duniawi itu telah menggairahkan daripada akhirat, harta lebih tinggi daripada taqwa, namun ingatlah semua itu hanya bersifat sementara.