Muslimahdaily - Tumadhar binti ‘Amr bin Syuraid bin ‘Ushayyah As-Sulamiyah yang lebih dikenal dengan panggilan Al-Khansa merupakan wanita berparas cantik, beradab mulia dan sangat fasih dalam berkata-kata. Kemampuan Al-Khansa dalam merangkai kata-kata menjadi puisi sangatlah mengagumkan. Semua orang mengetahui kedudukan dan keahliannya yang luar biasa dalam berpuisi. Bahkan, semua sastrawan sepakat bahwa tidak ada wanita yang memiliki kekuatan puisi yang lebih hebat dari Al-Khansa’, baik di masa lalu maupun masa berikutnya.
Al-Khansa radhiyallahu ‘anha memulai membaca puisi sejak usianya masih sangat muda. Dulunya, puisi yang ia baca hanya terdiri dari 2-3 baris. Namun, setelah saudaranya, Sakhr, meninggal dunia, kesedihannya pun mendorong talenta untuk membacakan puisi yang lebih panjang. Dari sejak itulah, Al-khansa seringkali membacakan puisi yang panjang dan emosional.
Al-khansa yang lahir pada masa jahiliyah atas izin Allah subhanahu wa ta'ala pun ditanamkan keimanan dalam dadanya sehingga kemudian Al-Khansa’ ikut dalam rombongan kabilahnya, Bani Sulaiman, untuk menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menyatakan beragama islam.
Ketika Mutsanna bin Haritsah asy-Syaibani berangkat ke Qadisiyah di masa Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu, Al-Khansa’ turut berangkat bersama keempat puteranya untuk menyertai pasukan tersebut.
Empat putera kandung Al-Khansa bergabung dengan pasukan muslim yang ditugaskan menyerang Qadisiyah. Sehari sebelum perang, Al-Khansa’. Menyampaikan beberapa wasiat kepada putera-puteranya,
“Hai Putra-putraku, kalian semua memeluk Islam dengan suka rela dan berhijrah dengan senang hati. Demi Allah yang tidak ada Tuhan selain Dia, sesungguhnya kalian adalah keturunan dari satu ayah dan satu ibu. Aku tidak pernah merendahkan kehormatan dan merubah garis keturunan kalian. Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan akhirat jauh lebih baik daripada kehidupan dunia yang fana.
Putra-putraku, sabarlah, tabahlah, bertahanlah, dan bertakwalah kepada Allah. Semoga kalian menjadi orang-orang yang beruntung. Jika kalian melihat gendering perang telah ditabuh dan apinya telah berkobar, maka terjunlah ke medan laga dan serbulah pusat kekuatan musuh, pasti kalian akan meraih kemenangan dan kemuliaan, di dalam kehidupan abadi dan kekal selama-lamanya”.
Keesokkan harinya, keempat anak Al-Khansa’ turun ke medan perang dengan semangatnya berkobar, berjuang dengan penuh semangat, hingga satu persatu berguguran dan menjadi syuhada (orang yang mati syahid).
Ketika berita mati syahid keempat anaknya sampai kepada Al-Khansa’, dengan tenang pun ia berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah memberiku kemuliaan dengan mati syahidnya keempat anakku. Aku berharap, Allah akan mengumpulkanku dengan mereka di tempat limpahan kasih sayang-Nya”
Dengan mati syahidnya keempat anak Al-Khansa’, ia pun kemudian dijuluki dengan ‘Ibu dari Para Syuhada’. Sehingga yang dikenal hingga sekarang adalah Alkhansa’, Penyair dan Ibu Para Syuhada.
Rasulullah pernah bersabda,
“Siapa yang merelakan tiga orang putra kandungnya (meninggal dunia), maka dia akan masuk surga. Seorang wanita bertanya, bagaimana jika hanya dua putra?, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian menjawab: ‘Begitu juga dua putra”. (Diriwayatkan oleh Nasa’I dan Ibnu Hibban dari Anas radhiyallahu’anhu dalam kitab Al-Albani Shahiihul Jaami’ no 5969).