Muslimahdaily - Bukahkah menjadi seorang yang mulia itu menjadi kebanggaan, terlebih mulia di atas agama Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Seperti Ummu Fadhal yang mendapatkan kemuliaan atas keberaniannya melawan musuh-musuh Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Ummu Fadhal memiliki nama lengkap Lubabah binti al-Harits bin Huzn bin Bajir bin Hilaliyah. Ummu Fadhal pun memiliki suadara yang juga mulia, yakni Ummul Mukminin Maemunah istri Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa ssalam, Salma adalah istri dari paman Rasulullah yakni Abbas bin Abdil Muththolib dan Asma’ adalah istri dari Ja’far bin Abi Tholib. Sedangkan ia adalah seorang istri dari paman Rasulullah yang bernama Abbas, dari pernikahan keduanya dikaruniai enam orang anak yang jua mulia, diantanya ialah Abdullah al-Faqih yang mendapat julukan Turjumanul Qur’an (pakar dalam hal tafsir Al-qur’an), Ubaidullah al-Faqih, Ma’bad, Qatsam, dan Abdurrahman.
Abdullah bin Yazid berkata pernah berkata tentang Ummu Fadhal, yakni,“Tiada seorang wanita pun yang melahirkan orang-orang terkemuka yang aku lihat sebagaimana enam putra Ummu Fadhl, putra dari dua orang tua yang mulia, pamanda Nabiyul Mushthafa yang mulia, penutup para rasul dan sebaik-baik rasul.”
Selain memilki anak-anak yang shalih, Ummu Fadhal pun merupakan salah seorang wanita yang termasuk pada orang-orang yang pertama masuk Islam. Dalam literatur lain dikatakan bahwa Ummu Fadhal masuk Islam sebelum hijrah bahkan bersyahadat setelah Siti Khadijah bin Khuwaild. Ummu Fadhal pun salah seorang kepercayaan Rasulullah, hingga tatkala Hasan cucu Rasulullah lahir, beliau dipercaya untuk menjadi pengasuhnya.
Suatu hari kaum muslimin berjihad dalam perang badar melawan pasukan kaum musyrik yang berada di bawah perintah Abu Lahab. Pada peperangan itu Abu Lahab tidak turun langsung dan mewakilkannya kepada Ash bin Hisyam bin Mughirah, begitulah kebiasaan mereka manakala tidak dapat mengikuti suatu peperangan. Pada perang badar pasukan kaum musyrik pun mendapatkan musibah dan berita ini sampai pada Abu Lahab.
Mendengar kabar berita tersebut, Abu Lahab pun datang dengan berlari dan duduk di sekitaran bebatuan air zam-zam yang kala itu juga ada Abu Rafii yang sedang memahat bebatuan untuk dijadikan alat rumah tangga dan Ummu Fadhal. Sungguh, kabar berita tersbut telah merendakan kesombongan Abu Lahab.
Salah satu pasukan kaum musyrik pun tiba-tiba datang dan disambut orang-orang di sekitar. Ia adalah Abu Sufyan bin Harits, dan Abu lahab pun berkata padanya, “Marilah ke sini, aku menanti beritamu, bagaimanakah keadaan manusia di perang badar?” Abu Sufyan bin Harits pun menjawab,“Demi Allah, tatkala kami menjumpai mereka, tiba-tiba mereka tidak henti-hentinya menyerang pasukan kami, mereka memerangi kami sesuka mereka dan mereka menawan kami sesuka hati mereka. Demi Allah, sekalipun demikian, tatkala aku menghimpun pasukan, kami melihat ada sekelompok laki-laki yang berkuda hitam-putih berada di tengah-tengah manusia, demi Allah mereka tidak menginjakkan kakinya di tanah.”
Seketika itu, Abu Rafii mengangkat batu yang sedang dipegangnya dan berkata, “Mereka adalah malaikat Allah Subhanahu Wa Ta’ala.” Mendengar perkataan Abu Rafii, Abu Jahal pun marah besar dan memukul Abu Rafii lalu melemparkannya ke tanah, Abu Rafii pun tersungkur di tanah.
Tatkala Abu Lahab mendekatinya, dengan keberaniannya, Ummu Fadhal mengambil sebilah tongkat dan memukulkannya dengan keras ke kepala Abu Lahab, darah pun menetesi tanah karena lukanya cukup parah, kemudian Ummu Fadhal berkata,“Saya telah melemahkannya sehingga jatuhlah kredibilitasnya.”
Abu lahab jatuh di tangan seorang wanita, maka Allah Subhanahu Wa Ta’ala benar-benar telah menghinakannya di dunia ini, bersama lukanya Abu lahab pun dijatuhi penyakit bisul yang mengantarkannya kepada kematian.
Sungguh, Ummu Fadhal tak hanya seorang ibu yang pandai dalam mendidik anak-anaknya, tetapi ia juga berani menumpaskan musuh Allah dan keberaniannya pun tercatat sejarah yang tak akan lekang oleh masa.
Dengan takwa dan jihadnya dalam menjaga agama Allah, Ummu Fadhal menghembuskan nafas terakhirnya pada masa kekhalifahan Ustman bin Affan. Semoga kita para Muslimah mampu meneladani Ummu Fadhal yang berani menumpaskan musuh Allah dan melahirkan generasi pejuang agama Allah Subhanahu Wa Ta’ala.