Muslimahdaily - Tercatat dalam sejarah kisah Ummul Mukminin Aisyah yang dituduh berbuat keji. Beliau radhiyallahu ‘anha diisukan telah menduakan Rasulullah dan pergi bersama pria lain. Ketika banyak orang meragukannya, ada seorang shahabiyah yang senantiasa menemani dan membelanya, ialah Ummu Misthah.
Tuduhan terhadap Aisyah bermula ketika ia tertinggal dari rombongan muslimin sepulang dari perang melawan Bani Mustaliq pada tahun 5 Hijriyyah. Di tengah perjalanan, ia keluar dari sedekup karena hendak mencari kalungnya yang hilang. Namun saat kembali ke rombongan, ternyata ia tertinggal. Tubuh Aisyah yang mungil sangat ringan hingga tak ada yang tahu bahwa sedekupnya kosong.
Aisyah pun kemudian berteduh di bawah pohon sembari berharap rombongan akan putar balik untuk mencarinya. Namun bukan rombongan yang tiba melainkan seorang shahabat Rasul bernama Safwan bin Muattal. Ummul Mukminin kemudian dipersilahkan menungganggi unta Safwan sementara sang shahabat berjalan menuntun unta. Keduanya pun kembali ke Madinah. Dari situlah desas-desus bermula. Kaum munafiqin memulai tuduhan keji terhadap Aisyah dan Shafwan.
Kondisi muslimin pun terguncang, sebagian meyakini penuh kesucian Aisyah, sebagian lain bimbang karena melihat sendiri bagaimana sang istri nabi pulang bersama pria lain. Ada pula yang percaya isu dan turut menyebar tuduhan palsu. Aisyah telah melakukan pembelaan diri, namun gosip terus saja bergulir. Hingga ia pun jatuh sakit.
Di tengah kesedihan yang teramat sangat, Aisyah masih memiliki seorang shahabat yang setia, yakni Ummu Misthah. Ia selalu menemani dan menghibur istri nabi yang juga putri dari shahabat utama, Abu Bakr Ash Shiddiq tersebut. Ummu Misthah selalu membela Ummul Mukminin sekalipun harus melawan anaknya sendiri, Misthah yang terjatuh dalam kesalahan karena turut percaya dan menyebarkan isu.
Suatu malam, Ummu Misthah mengantar Aisyah yang tengah sakit ke tempat yang sunyi dan jauh dari hiruk pikuk masyarakat. Aisyah ingin menunaikan sebuah hajat di sana. Sudah menjadi tradisi Arab untuk seorang berdiam diri menjauhi keramaian ketika menunaikan hajat. Pun Aisyah yang hatinya tengah berduka karena gosip yang melandanya.
Ummu Misthah setia menemani Aisyah ke mana pun sang Ummul Mukminin pergi. Lalu di tengah perjalanan bersama Aisyah, Ummu Misthah tersandung pakaiannya sendiri. Tanpa sadar, ia pun mengucapkan hujatan pada anaknya, “Celaka Misthah!” ujarnya spontan.
Mendengarnya, Aisyah pun menegur Ummu Misthah. Ia begitu heran mengapa shahabatnya itu tega mencela anaknya sendiri yang merupakan shahabat Rasul. “Jelek sekali ucapanmu. Apa kau memaki seseorang yang turut dalam Perang Badr?!” ujar Aisyah.
Ummu Misthah pun merasa tak enak hati. Aisyah tak tahu bahwa putranya merupakan salah satu muslimin yang turut andil dalam menyebarkan fitnah terhadapnya. Ummu Misthah bahkan telah menasihati putranya namun tak didengar. Hingga mau tak mau ia pun memusuhi putranya agar sadar atas kesalahan yang diperbuat.
“Apa engkau tak pernah mendengar ucapannya, wahai Ummul Mukimin?” tutur Ummu Misthah. Aisyah pun menimpali, “Apa itu?”
Ummu Misthah pun mengabarkan bahwa putranya turut membicarakan berita keji tentang Aisyah. Karenanyalah tanpa sadar ia mengatai jelek anaknya sendiri. Hal itu karena ia mengingkari perbuatan putranya dan selalu membela dan berada di pihak Aisyah.
Setelah peristiwa itu, kondisi Aisyah ternyata makin buruk. Sakitnya makin parah. Allah pun kemudian menjadi pembela Aisyah yang segera membungkam seluruh penyebar gosip dan tuduhan palsu. Ar Rabb menurunkan ayat yang berisikan pembelaan terhadap Aisyah dalam surah An Nur ayat 22.
Setelah turun ayat tersebut, Rasulullah pun menetapkan hukum cambuk pada tiga shahabat yang terjatuh dalam kesalahan menyebarkan berita keji tentang Ummul Mukminin. Salah satu dari mereka bukan lain adalah putra Ummu Misthah. Agar Misthah terampuni dosanya, Ummu Misthah pun meridhai putranya dihukum cambuk.
Ummu Misthah memiliki nama lengkap Ummu Misthah binti Abi Ruhm bin Al Muththalib bin Abdi Manaf. Ia merupakan wanita Quraisy dan masih memiliki hubungan kerabat dengan Abu Bakr Ash Shiddiq. Semoga Allah selalu meridhai Ummu Misthah.