Ummu Habibah, Wanita yang Teguh Memegang Islam

Muslimahdaily - Ramlah Binti Sufyan Radhiyallahu ‘anha merupakan putri dari Abu Sufyan bin Harb Radhiyallahu ‘anhu yang merupakan pemimpin kaum Quraisy’ yang kemudian memeluk Islam dan menjadi salah satu sahabat Rasulullah Shallallahu‘alaihi wa sallam. Ramlah binti Sufyan lebih dikenal dengan panggilan Ummu Habibah karena memiliki putri bernama Habibah. 

Pada masa awal ia memeluk Islam, Ummu Habibah mengalami banyak sekali cobaan. Ayahnya yang pada saat itu merupakan musuh besar Rasulullah setelah meninggalnya Abu Jahal. Tidak cukup itu saja, suaminya, Ubaidullah bin Jahsy, pun murtad setelah hijrah ke Abyssinia (Ethiopia) dan wafat dalam keadaan kafir. 

Namun di balik segala ujian tersebut, keteguhan iman Ummu Habibah pun membawakan kebahagiaan untuknya. Pada suatu hari datanglah budak wanita utusan Najasy bernama Abrahah mengatakan bahwa Rasulullah telah mengirim surat kepada Raja Najasy yang di dalamnya berisi keinginan beliau untuk melamar Ummu Habibah, sekaligus menunjuk Abrahah sebagai wakil beliau melaksanakan akad nikah di Habasyah.

Abrahah menyerahkan mahar sebesar empat ratus dinar. Mahar itu kemudian diterima oleh Kholid bin Sa’id bin Al-Ash yang menjadi wakil Ummu Habibah dalam akad pernikahan tersebut. Ketika menerima mahar tersebut, Ummu Habibah pun memberi Abrahah lima puluh dinar, namun Abrahah menolaknya dan mengatakan bahwa ia hanya menjalankan perintah Rajanya. 

Ummu Habibah merupakan wanita yang tidak takut akan bahaya dan konfrontasi selama ia membela kebenaran, bahkan pada relasi terdekatnya sekalipun. Ketika ayahnya tiba di Madinah dan mengunjunginya, Ummu Habibah tidak mengizinkannya untuk duduk di atas tempat tidur Rasulullah karena ayahnya yang masih kafir. 

Sikap yang ditunjukan sebagai istri Rasulullah ini seperti layaknya yang terjadi ketika perang Badar; perang antara ayah dan anak dan juga antar saudara kakak dan adik. Seperti firman Allah,

Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan dimasukkan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat) -Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah golongan yang beruntung. (QS. Al-Mujadilah : 22)

Tidak hanya teguh pendirian dan tegas, Ummu Habibah juga memiliki hati yang mulia. Sepanjang hidupnya, ia selalu ingin meninggal dalam keadaan terbebas dari kebencian dari umat muslim lainnya. Sebelum wafat, Ummu Habibah memanggil Aisyah Radhiyallahu ‘anha dan meminta Aisyah untuk memaafkan segala perbuatannya dan memastikan bahwa tidak ada kebencian pada dirinya. 

Add comment

Submit