Kisah Yahya Schroder Menemukan Kebahagiaan Lewat Sebuah Tragedi

Muslimahdaily - Beberapa orang mengatakan bahwa kebahagiaan adalah sesuatu yang tak bisa dibeli dengan apapun, ia terletak dalam hati yang paling dalam. Bahkan harta dan kekayaan pun belum tentu bisa menjadikan seseorang bahagia. Itulah yang dirasakn Yahya Schroder.

Seorang pemuda Jerman yang hidup dalam kemewahan. Ia tinggal bersama ibu dan ayah angkatnya di rumah yang besar dan memiliki berbagai macam fasilitas, seperti kolam renang, playstation, taman yang besar dan lainnya. Bahkan saat itu ia tak pernah khawatir akan kehabisan uang.

Yahya menjalani hidup sebagaimana pemuda Jerman saat itu. Memiliki banyak teman, bersenang-senang, meminum alkohol dan melakukan hal-hal konyol yang ia kira bisa mengantarkannya pada kebahagiaan.

Namun, pada akhirnya semua kesenangan itu harus ia tinggalkan ketika ia memilih untuk menjadi seorang muslim. Yahya juga memutuskan untuk meninggalkan kehidupan di rumah mewahnya untuk kemudian pindah ke Postdam, Berlin.

Ceritanya berawal ketika Yahya ingin mencari sesuatu yang lain dalam hidupnya.

Saat berusia 16 tahun ia bertemu dengan komunita muslim lewat ayah kandungnya yang sudah terlebih dahulu menjadi muslim. Ia seringkali mengunjungi ayahnya sebulan sekali. Kemudian ikut dalam kegiatan komunitas tersebut setiap minggunya.

Berkat kehadirannya disana, Yahya mulai tertarik dengan Islam. Hal ini disadari langsung oleh sang ayah. Namun, ayahnya tak mau Yahya masuk Islam hanya karena dirinya. Sebab orang-orang akan berpikir bahwa keputusan menjadi Islam ialah karena sang ayah.

Ia ingin anaknya belajar dari orang yang memiliki pemahaman yang lebih baik dari dirinya.

Akhirnya Yahya setuju dan mulai rutin mengunjungi komunitas tersebut setiap bulannya untuk belajar banyak tentang Islam. Namun, ditengah-tengah pencarian ilmunya ia mengalami kejadian yang pada akhirnya mengubah cara berpikirnya.

Yahya bercerita, ia mengalami kecelakaan saat pergi berenang bersama komunitas Muslim. Ketika ia melompat ke kolam renang dari ketinggian, kepalanya membentur dasar kolam renang dan tulang punggungnya patah. Ayahnya membawa Yahya ke rumah sakit dan dokter di rumah sakit itu mengatakan hal yang membuat gentar hatinya.

"Kamu memiliki kerusakan parah pada punggungmu, jika kamu melakukan satu gerakan kecil yang salah, kamu bisa lumpuh," ujar sang dokter.

Saat itu Yahya harus menjalani operasi. Sesaat kemudian temannya dari komunitas muslim mennghubungi Yahya dan memberikan semangat padanya.

"Yahya kamu sekarang ada di tangan Allah, hidup itu seperti rollercoaster, saat ini kamu sedang menikmati puncak kenikmatan naik rollercoaster. Percayalah pada Allah."

Tak disangka kata-kata singkat ini memberikan arti mendalam bagi Yahya, tentunya juga membantu ia untuk tetap semangat dan percaya
pada ketetapan Allah.

Operasi membutuhkan waktu lima jam, namun Yahya baru bisa sadar setelah tiga hari. Saat sadar, Ia memang tak bisa menggerakkan tangan kanannya, tetapi ia merasa seperti orang yang sangat bahagia di dunia.

"Aku tak peduli dengan tangan kananku, aku bahagia Allah telah memberi kesempatan untukku untuk hidup kembali," ujarnya.

Saat itu dokter bilang padanya bahwa ia harus dirawat di rumah sakit selama beberapa bulan. tapi berkat kegigihan dan keyakinannya pada Allah ia hanya butuh dua minggu disana. Yahya menjalankan terapi dengan rajin.

Kejadian ini mengubah banyak kepribadian Yahya. Ia menyadari bahwa Allah sangat bisa mengubah keadaan manusia kapanpun ia mau, bahkan hanya dalam sedetik.

Semenjak itu, Yahya mulai menjalani kehidupannya dengan lebih serius dan mulai menjalani hidup dengan cara Islami. Ia mulai melakukan banyak dakwah kepada teman kelasnya dan tetap melakukan shalat meski hanya dia muslim di kelas.

Yahya kini menjadi orang yang sangat bahagia tinggal bersama ayahnya di apartemen kecil namun penuh kehangatan dan rasa syukur.

Add comment

Submit